Frans Pigai (Foto: Dok/KM) |
Oleh: Frans Pigai
Opini,
(KM)---Memahami
hidup dengan tulus hati, memberi kita gambaran hidup memandang dengan penuh
suka cita. Namun, ketik dalam kehidupan ini dan kirimkan ke masa depan, agar
masa depan kaum muda Papua akan terpancarlah, seperti cahaya Bintang Kejora,
menanti-nantikan manusia Papua akan bebas dari dunia kegelapannya.
Masa
depan adalah peluang utama bagi kita, untuk mencapai pada puncaknya. Kecerahan
hati mengundang masa depan bagi diri kami, kaum muda Papua.
Maka,
jangan pernah menghukum orang lain, kalau diri sendiri masih terdakwa. Cintai
yang di basuh oleh air mata akan tetap murni dan indah senantiasa di atas tanah
leluhur bangsa Papua. Kita sudah lama terjerumus dalam masalah itu terus sampai
sekarang.
Usaha
kita adalah bagaimana pola berpikir kita yang sehat dan benar. Pandanglah ke
jauh atas, awan yang putih menghiasi permukaan langit, seperti dirimu
menghiaskan di permukaan hatiku demi membebaskan rakyat dan bangsamu.
Juah
perjalananku, Aku telah tempui, tinggalkan kampung halamanku (tanah Papua) di
seberangi lautan luas (pasifik). Langkahkan kaki di tanah orang, mencari nafkah
dan menuntut ilmu pengetahuan, tanpa memandang mandi keringat siang dan malam,
haus dan lapar saya tidak peduli, capeh dan lelah saya tidak hiraukan, demi
mencapai cita-cita dan impianku yang saya impikan, membebaskan diri saya, keluarga,
masyarakat, dan bagi tanah leluhur saya, tanah Papua.
Derita
sudah saya alami. Bahagia masih saya cari, bahagia bagi diri saya,
membahagiakan bagi rakyat, dan saya cari pula kebahagiaan kebebasan tanah
leluhur kami, tanah Papua. Begitulah nasib anak muda Papua untuk mencari dan
menentukan hak dan nasib sendiri bagi anak negri Papua. Menyesal itu tidak
berguna. Hidup kami ada di tangan Tuhan. Dan hanya bisa saya doakan bagi
penderitaan yang terjadi di tanah Papua ‘Ya Allah berikanlah kesehatan kepada
kami anak muda Papua dan kepada orang tua kami, agar kami juga tetap
menyuarakan kebenaran dan persatukanah kami, satu pikiran, satu hati, tujuan,
dan pula satu langkah demi menempuh pada suatu kebebasan harga diri manusia
Papua.
Begitulah
real misterius kehidupan kami. Miskin menyuarakan kebenaran kebebasan tanah
leluhur Papua bukan warisan bagi kehidupan kami bangsa Papua.
Kami
tetap bebas dari belenggu maut, bukanah kami hidup dan berada terus dalam
kehidupan yang tidak bermoralitas, ideologi hidup yang pasti, dan tidak ada
kedamaian.
Penulis:
Mahasiswa Papua Kuliah di Surabaya Juga Aktif Menulis di Media Kabar Mapegaa
0 thoughts on “Moralitas Hidup Manusia Papua”