Tim Penolakan Pemekaran Mapia Raya/Foto : Doc Prib/Ist |
Yogyakarta,(KM)--Menanggapi dinamika kencarnya isu pemekaran Kabupaten Mapia Raya di tanggapi secara serius oleh pihak Mahasiswa Papua dengan tegas kami menyatakan menolak.Hal ini disampaikan oleh Musa Boma Mahasiswa asal Dogiyai di Jayapura saat diskusi terbuka bersama seluruh pimpinan Mahasiswa yang ada di Papua dari ruang Badan Eksekutif Mahasiwa (BEM) Fisip Uncen. Sabtu,(02/1/16)
"Kita sebagai kapasitas Mahasiswa yang sedang belajar ilmu di kota studi Jayapura dan di kota-kata lain yang berasal dari Papua ini menilai bahwa usaha pemekaran di atas Tanah Papua ini tidak mamfaat besar dan tidak menjamin dan tidak melalui mekanisme yang sesungguhnya dilalui dan belum siap di berbagai lini maka kami tolak". tegas Musa
.
Yang pertama sebagai masalah utama yang ada di wilayah Papua lebih khusus di wilayah Mapia adalah Sumber Daya Manusia ( SDM ) sangat kurang, orang yang sudah berpendidikan pun belum sampai 50 orang namum pemekaran sedang berjuang ini sangat memalukan di mata publik dan pemekaran tidak ada manfat bagi rakyat setempat.
Hal itu, kami Mahasiswa nilai bahwa perlu di tanggapi dengan serius karena nantinya akan terjadi damfak yang sangat kurang baik merugikan bagi orang Papua dan Rakyat mapia.
Dalam disukusi tersebut itu BEM Fisip Uncen Yali Wenda,mempertanyakan bahwa Musa”Syarat pemekaran itu ada beberapa syarat harus diperhatikan yaitu : Dalam Undang-Undang 1945 termuat pada pasal 129 itu Politik, Pendidikan, Sosial Budaya dan ekonomi itu sudah kama itu sudah lengkap atau belum kalau belum berarti untuk apa dan kepada siap kita memekarkan."Kata dia.
Lanjut, "Bukan itu saja yang menjadi kriteia tidak tapi ada hal lain yang menjadi patokan utama bagi kami dan menjadi perhatian juga tim-tim pemekaran yang sedang bergelora di atas Tanah Papua ini untuk mau menghadirkan pemekaran."
"Menghadirkan pemekaran itu atas persetujuan bersama dengan rakyat setempat dalam hal ini Tokoh pemuda,Tokoh Perempua,Tokoh Agama,Tokoh adat dan semua stakeholder yang ada harus ada persetujuan." tambah Wenda.
Lagi, "Kenyataan ada saat ini adalah pemerintah Papua dalam hal ini tim pemekaran bersama pemerintah Jakarta yang saat ini mereka utamakan di Papua ini membangun manusia tidak tapi memekaran pemekaran ini sangat keliru sekali" tegas Wenda.
"Semua pimpinan Mahasiswa harus tahu, tentang kondisi rill yang saat ini di alami oleh rakyat Kabupaten Dogiyai bersama pelajar dan Mahsiswa adalah pendidikan dari tingkat SD,SMP dan SMA saat ini kiris guru dan tidak menetap tenaga pengajar yang ada tidak beta mengajar akhirnya anak-anak itu ibaratkan sebagi anak ayam kehilangan induknya".Ujar Musa, saat memberi Penjelasan kepada semua pimpinan Mahasiswa.
Dari pemerintah setempat, kata Musa, guru-guru yang berbobot untuk mengajar saja pemerintah daerah melantik menjadi kepala Distirk itu yang membuat kekosongan guru SD disana.Kami bisa menyatakan bahwa benar-benar rakyat setempat sedang di tindas dengan ekonominya, pendidikan, kesehatan yang tidak jalan sesuai dengan keinginan dan harapan rakyat setempat.Kalau memang (DOB) ini Tim pemekaran membuat persetujutuan paslu berarti nanti akan menjadi petaka bagi yang tidak tahu apa-apa. Pungkasnya
Di sela-sela itu, tokoh Pemuda, Vitalis Magai mengutip kata-kata rakyat pada tanggal 24 Desember 2014 lalu dari Diyeugi mengatakan, "Rakyat saat ini tidak merindukan hadirnya pemerkaran, tetapi mereka sedang pikir adalah bagimana kami sejatera dengan ekonomi itu karena itu sangat penting bagi kami .
Lanjut, yang menjadi kebutuhan utama bagi rakyat, seperti rumah sakit juga tidak ada.Hal itu sangat disanyangkan di mata publik karena kabupaten Dogiyai sekarang berusia 9 tahun tapi, masyarakat Dogiyai ketiga mengalami sakit berat mereka biasanya pergi berobat di Kabupaten tetangganya, sepertinya Kab Deiyai, Kab Paniai, dan Kab Nabire.Persoalan ini meperlihatkan bahwa benar-benar kami melihat bahwa ini secara langsung sedang ditindas oleh pihak pemerintah. Tuturnya
Ketua Tim Penolakan Pemekaran Mapia Raya,Mudes Musa "Kalau prihatin terhadap rakyat berarti pemerintah harus bangun rumah sakit yang layak dan melengkapi dengan fasilitas obat-obatan dan lain yang perlu siapkan untuk demi membangun Kabuapaten Dogiyai yang sesuai dengan Motonaya yaitu DOGIYAI DOU ENA. Kami harapkan juga kepada pemerintah jangan tutup mata untuk melihat semua hal itu dan pemerintah perlu membiayai dan mendanai untuk mahasiswa dan pelajar supaya kekosongan yang terjadi itu anak setelah selesai pendidikan kembali mengisi kekosongan yang terjadi ini bukan urus pemekaran". Tegas Musa
Melihat dari kondisi seperti ini, maka seluruh Mahasiswa Papua menyatakan dengan sikap tegas bahwa kami menolak pemekaran itu (seratus persen) kami berani menyatakan hal itu karena Kesehatan, Pendidikan, Ekonomi,Politik dan lain belum siap (100%.).
Penolakan kami atas pemekaran Mapia Raya ini telah dinyatakan terlebih dahulu oleh Gubernur Papua Lukas Enembe. Seruan penolakannya secara moral itu dapat disampaikan Gubernur Papua kepada publik dan dapat dimuat oleh media harian umum Cenderawasih Pos, edisi Seni, 03 November 2014 lalu. Jadi aksi penolakan tegas kami atas pemekaran di atas Tanah Papua Lebih Khusus Mapia Raya ini merupakan dukungan kepada Bapak Gubernur untuk penolakan pemekaran kabupaten dalam membangun Papua yang meman sungguh-sungguh bangkit, mandiri dan sunguh-sungguh sejahtera. Tutup dari Ketua Tim Penolakan Pemekaran Mapia Raya.(Manfred/KM)
0 thoughts on “Mahasiswa Papua Tolak Rencana Mekar Kab Mapiya Raya”