Frans Pigai (Foto: Dok Prib/KM) |
Oleh:
Frans Pigai
Opini, (KM)---SMA YPPK Adhi Luhur Nabire-Papua mencoba menjawab keprihatinan dengan selalu dua tahun sekali mengadakan kegiatan Festival Budaya dari Papua dan Non-Papua.
Sistem budaya di Papua merupakan
keprihatinan kita bersama.Masyarakat terutama para orangtua Papua sendiri mulai
melupakan adat-istiadatnya, apalagi anak-anaknya. Didalam era globalisasi yang
terus meningkat, anak muda zaman sekarang semakin terjerumus dalam dunia
modernisasi.
Masyarakat yang dulunya mempertahankan budaya sebagai identitas suatu suku bangsa, kian hari budaya mulai punah. Misalnya, menganyam noken menggunakan bebi (kulit kayu), kini telah berahli menggunakan berbagai jenis benang, seperti; Manila, benang woll, kasur, dan pada umumnya seluruh nilai kebudayaan Papua dan non-Papua yang menjadi dasar budaya sebagai jati diri manusia di daerah setempatnya.
Dan disitu juga melatih untuk berekreasi sekaligus mempertahankan tarian (drama) adat Papua dan non-Papua, agar tidak punah dari generasi ke generasi penerus. Dilatih pula beranih memakai pakaian adat sebagai identitas manusia itu sendiri, dan pula memotivasikan anak untuk melatih aktivitas sehari-hari oleh Ayah dan Ibu (Papua), dan sebagainya.
Bukan hanya itu saja, banyak anak-anak muda sekarang yang tidak dapat berbahasa daerah apalagi adat-istiadat lainnya. Jika demikian, dimanakah peran orangtua dalam mengaderkan adat-istiadat kepada generasi muda Papua dan berkaitan dengan kearifan lokal budaya yang meliputi aspek kehidupan manusia yang mempunyai tradisi budaya, baik budaya yanf ada di tanah Papua maupun non-Papua? Dan seberapa besarkah minat generasi muda Papua dan non-Papua untuk mengetahui adat-istiadatnya?
Oleh karena itu, SMA YPPK Adhi Luhur mencoba menjawab keprihatinan di atas dengan mengadakan kegiatan Festival Budaya. Festival Budaya adalah kegiatan yang diadakan dua tahun sekali dalam rangka memperdalam pengetahuan tentang budaya sebagai jati diri manusia Papua dan memperkenalkannya kepada masyarakat di sekitar kita, agar masyarakat sadar akan budaya sendiri. Dan, sekaligus melatih siswa-siswi untuk berkreasi secara kreatif.
Konsep acara Festival Budaya dari tahun ke tahun berbeda, tapi menyangkut makna budaya sebagai jati diri manusia. Maksud dan tujuan acara tersebut adalah agar semua orang terutama orang muda Papua yang datang untuk mengikuti acara Festival Budaya dapat mengenal budaya yang selama ini dibangun oleh siswa dan siswi Adhi Luhur Nabire - Papua.
Melalui kegiatan Festival Budaya, kami mencoba memerkenalkan sistem budaya yang menyentuh sebanyak mungkin sisi manusiawi.
Harapannya, siswa-siswi SMA YPPK Adhi Luhur semakin peduli dengan budayanya sendiri dan budaya lain sehingga masyarakat khususnya orang muda Papua yang tinggal di Nabire semakin mencintai budayanya. Kegiatan ini dilakukan agar, orangtua dapat terbantu untuk mengkaderkan adat-istiadatnya bagi putra dan putri Papua yang ada di tujuh wilayah adat Papua.
Penulis Adalah Mahasiswa Papua, Kuliah di Surabaya, Juga Aktif Menulis di Media Kabar Mapegaa
0 thoughts on “SMA YPPK Adhi Luhur Selalu Mencoba Menjawab Keprihatinan Budaya Dengan Mengadakan Kegiatan Festival Budaya”