Gerakan papua mengajar picture.list |
Oleh; Stefanus Pigai
"Menyepakati Pendidikan sebagai basis pembebasan dari kebodohan dan keterasingan. Melalui Pendidikan orang menjadi kritis memahami, menyikapi dan mensiasasi persoalan hidup". Pekei Longginus; Narasi Sejarah Sosial Papua; (hal;158). Kutip tutur Paulo Freire, ahli Pendidikan dari Amerika Latin, Brazil.
Penerapan pendidikan bermutu akan membawah perubahaan terhadap sebuah negara atau daerah dimana sistem pendidikannya baik diaplikasikan terhadap anak didiknya. Karena sebuah pendidikan itu sangat membutuhkan dalam membentuk pola pikir terhadap seseorang, dan pula pembentukan karakter dan mental seseorang atau anak didik tersebut agar bisa menjadi manusia yang kritis untuk melihat dan menyikapi demi perkembangan perubahaan (problem social) ini.
Banyak ahli toko pendidikan yang memberikan pencerahaan terhadap pendidikan melalui pendidikan informal, formal maupun non formal. Semua pemikiran dari toko-toko ahli, ini kami bisa menjadikan dasar utama dalam penerapan dimasa kini demi perubahan terhadap daerah kita agar ada perubahaan yang nampak secara karakter dan pola pikir kita demi menyikapi secara kritis untuk perubahaan dalam perjuangan hidup secara pengertian kita masing-masing terhadap ketekunan ilmu yang kita miliki.
Sangat Jauh Beda proses penerapan pendidikan terhadap anak didik di indonesia, dan lebih khusus ada perbedaan penerapan sistem yang di rancang dari pusat, Jakarta, proses penerapan di indonesia barat, tengga dan Papua.
Maka dalam fokus tulisan ini hanya ingin mengungkapkan sebagian bahwa sistem pembelajaran dan kuriklum di Papua tidak dihadapkan pada masalah sosial di lingkungan dimana keberadan sekolah dan siswa, dan tidak berbasis lokal, seperti di daerah lain.
Sistem Pembelajaran di Indonesia Barat dan Tengah
Sistem belajar dan mengajar terhadap anak didik berpola Regional dan Cultural Pola budaya sesuai dimana tempat sekolah itu berada atau dimana lingkungan/daerah sekolah itu ada. Tanpa ada tekanan yang menjadi pengaruh terhadap siswa, maka karakter dan pola pikir sangat kritis dalam membanggun perubahaan terhadap siswa tersebuat. Keterapan pelajaran yang di ajarkan oleh guru terhadap murid pun menyesuaikan dengan sistem mengajarnya. Lebih fokus pembelajaran pada pelajaran-pelajaran langka seperti Matematika, Fisika, Kimia Bahasa Inggris dan Biologi bahkan Sekolah Teknik lebih fokus pada jurusan yang siswa/i memilih (praktek Lebih lebih dibanding teori/materinya).
Pendidikan Cultural atau berbasis budaya pengajarannya lebih fokus pada mengajar mengenali budaya sendiri seperti; Nilai-nilai kehidupan, Bahasa daerah, peralatan atribut budaya dan seterusnya (berbasis lokal). Dengan keterapan pola pembelajaraan secara cultural/Berbudaya tersebut ini maka, siswa/i tersebut menjadi dewasa dan sangat kental terhadap budayanya. Hal ini tampak nyata terlihat ketika saya berada di kampus, Pulau Jawa, Surabaya. Dengan beberapa pengalaman yang sering saya dapati di kalangan mahasiswa di Kampus saya, komunikasi atau percakapan antara kawan-kawan dari luar Papua, khusunya dari Pulau Jawa, dan saya terkadang sulit untuk mengerti tuturan atau ucapan di lingkungan kami. Ternyata logat atau campuran bahasa sangat kental. Berarti bahasa ibu atau bahasa daerah mereka sendiri sudah tidak dipengaruhi oleh situasinya. Karena sejak di bangku Sekolah Dasar benar-benar diajari baik oleh Guru bahasa daerahnya.
Pola pembelajaran atau sistem keterapan di sekolah di Pulau Jawa dan sekitarnya sangat teratur dan membangun terhadap anak didik-Nya. Sebab ilmu yang membangun tentunya akan membawah perubahaan terhadap anak didik yakni karakter seseorang, mental, peinsip dan kritis.
Pelajaran yang tidak saya sebut diatas seperti; Sejara, Bahasa indonesia, Pendidikan Pancasila dan Kewarga Negaraan (PPKN), Geografi, Sosiologi dan lain-lain ini sebagai mata pelajaran tambahaan yang tidak lebih difokuskan dalam pola belajar dan mengajar di sekolah, karena diangap bhawa pelajaran-pelajaran tersebut bukan pelajaran yang sangat langka terhadap perubahaan atau dunia kerja Nyata dikemudian hari-Nya, itulah prinsip oleh pemerintah dan sekolah setempat.
Mudah diterapkan pola atau sistem pengajarnya di daerah jawa dan sekitar-Nya, karena tidak ada penekanan sistematis oleh petingi negara atau pemerintaan tertingi, sehingga pengaturan pola pengajaran berjalan baik, aman dan lancar.
Sistem Pembelajaran di Papua
Pola belajar dan mengajar tertipuh, yang tersistematis ditekan oleh petinggi Negara dan Para aktor-aktor tertentu, sehingga pada Umum-Nya pola pengajaran di papua hanya untuk membutakan muda-mudi dengan sistem yang diterapkan.
Kikisan pengalaman semenjak saya masih dibangku study Sekolah Dasar (Selanjutnya SD) yakni teringat kembali saat ini bahwa saya ditipuh oleh pola pengajaran atau penerapan pengajaran terhadap saya. Karena saat masih duduk di bangku kelas I SD saya disuruh tidak diperbolehkan mengunakan bahasa daerah di lingkungan sekolah saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. kemudian, lanjut Kelas II hingga kelas VI SD Saya dipaksa agar wajib harus menggafal. sistemnya memang harus menghafal materi yang tidak pernah ada di lingkungan dimana saya berada.
Ada beberapa hal, yakni Lagu-lagu perjuangan Negara Republik Indonesia atau Lagu-lagu kebangsaan Negara Republik Indonesia, Pancasila 05 Dasar Negara Republik Indoneaia atau Ideologi Negara Republik Indonesia, Isi Pembukaan atau Udang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia, Nama-Nama Pejuang Indonesia dan menghapal Peta Kekuasaan Negara Republik Indonesia atau batas wilayah Provinsi, Kabupaten yang ada di kekuasaan Indonesia. Hingga diwajibkan saya harus menghapal pula Suku-suku dan Budaya atau adat istiadat yang ada di semuanya kawasan wilayah kekuasan Indonesia. Saya memang saat itu ditekan oleh sistem pembelajaran yang diterapkan. Tetapi apa boleh buat. Karena memang saat itu dan juga sekarang, pun pola pengajaran atau sistem didiknya diatur oleh Pusat, Jakarta atau aktor-aktor tertentu yang mengarakan Pendidikan di Papua, bukan mengatur sendiri oleh Pemerintah setempat dan guru-guru setempatnya.
Artinya bahwa sistem pengajaran yang diterapkan di Papua dirangcan serupa wajah Jawa atau kemauan mereka tanpa mengetahui karakter manusia Papua dan tidak satu pun rancangan sistem pembelajaran berbalik ke lokal kepapuaan.
Pendidikan dipapua menjadi sasaran utama oleh para coloni untuk menjadi jalan utama membunuh karakter dan ideologi terhadap pelajar/murid melalui keterapan dan cara belajar dan mengajar yang diaplikasikannya.
Pendidikan yang diaplikasikan secara sistematis tentunya membutakan dan mematikan sifat kritis dan jelih melihat situasi dan persoalannya.
Tujuaan coloni untuk meng-Indonesia anak bangsa Papua adalah wujud pembunuhan karakter dan salah satu sistem licik halus yang diterapkan di setiap sekolah di Papua. Kelicikan coloni terhadap pendidikan yang sangat serius dilakukan dengan banyak cara dan tindakan berpura baik terhadap para aktor-aktor tertentu, sehingga perlu kita semua perhatikan baik terhadap perkembangan kemajuan di bidang pendidikan.
Situasi membuat kendangkalan untuk kritis berpikir dan jelih melihat perkembangan perubahaan pendidikan, dan perkembangan situasi secara umum di west papua, akhirnya banyak muda-mudi yang berpikir dan melihat situasi aman dan baik berjalan dalam seiring waktu yang penuh kedaruratan ini. Karena pola berpikir kami sudah terkena virus saat awal kita mengenal dunia pendidikan ini. coloni itu licik dalam mematikan karakter kita yang sebenarnya untuk mengubah gaya hidup kita yang tidak sesuai dengan ideologi sebagai dasar hidup bangsa Papua.
Penulis adalah Mahasiswa asal Papua, Ketua AMP Komite Kota, Kuliah di Surabaya, Pulau Jawa
Sumber : AMP
0 thoughts on “Sistem Pendidikan Racitan Jakarta Ancaman Bagi Generasi Muda Papua”