Foto saat Prakter di Kampus UGM/KM |
Oleh,Oktovinsen Kogopa
Cerpen,(KM)--Sejak kecil rencana masuk SD tak punya tujuan hidup,artinya
tak punya cita cita atau agan agan demi masa depan di benak.tetapi karena ikut
ikutan dengan teman maka orang tua daftarkan saya sekolah di SD YPPK St
Fransiskus Komopa .Mengapa karena teman teman sekampung saya tidak ada
yang tidak sekolah ,mereka ke sekolah
hanya saja seorang diri dikampung halaman ,sehingga saya tertarik untuk
bersekolah.
Perjalan dari rumah ke sekolah cukup jauh,jika di hitung
lebih kurang 1 jam.perjalan yang jauh mengikuti lembah sehingga setiap pagi Ibu
selalu membangunkan.Ibu selalu siapkan makan dan minum buat sarapan pagi.dan
dalam noken sudah siap isikan 4 petatas dan satu buah pensil buku untuk
mencoret di sekolah nantinya.
Pagi kesekolah untuk belajar dan siang pulang
kerumah.disana tidak tinggal diam,tetapi bekerja untuk membantu kedua orang tua
dengan mencari kayu bakar demi kepentingan bersama semalam nantinya agar proses
masak berlancar.
Hari demi hari berlalu,kebiasan setiap hari menjadi
kekuatan untuk menghadapi apa yang di rencanakan di hari yang mendatang.tidak
lama tidak terasa,sudah menjadi kelas 3 SD.saat itu Bapa guru namanya Yustus
Kudiai,dia guru yang bijak mengajar,mudah mengerti apa yang diajarkan,dia
mengajar sambil mencerita cerita lucu .saat belajar,pokoknya asik,mantap
sudah.dia mengajar mata pelajar IPA.gurunya cocok dan ilmunya sesuai dengan
dirinya.ditengah tengah mengajar,dia mengajak satu persatu maju kedepan untuk
menyampaikan cita cita kedepan untuk mau jadi apa.???
Saat itu bingun mau jadi apa,tetapi ayah saya bekerja di
kantor kecematan.saya pikir-pikir,jika ayah saya bekerja di bagian anggota
kecematan,maka saya harus menjadi Kepada yakni Camat atau kepada Distrik.keyakinan
yang besar mendorong semangat untuk maju kedepan menyampaikan cita cita.setelah
perkenalkan diri,saya sebut cita cita saya,ingin menjadi kepada Distrik.Bapa
guru berkata,ko bapanya kerja di kantor kecamatan, anaknya juga kerja di
kecamatan.jawab saya,iya pak ayah masih anggota tetapi saya ingin menjadi
kepada.oke baik tepuk tangan buat Dia.mantap pengan prinsip itu sampai finis.
Tidak lama kemudian harus meninggalkan kedua orang tua
dan kampung halaman demi mencari ilmu dan mengapai cita cita.saat itu rencara
melanjutkan studi pendidikan sekolah
menengah pertama di semua kota pinggiran.mengapa saya ingin kesana karena kaka kaka
se sekolah mereka semua berstudi disana.perjalanan cukup jauh dua kali naik
jongsong ,dua kali naik mobil dan dua kali naik pesawat.keinginan yang besar
harapan yang besar perjalanan jauhpun terdekat dan tercapai,itulah kenyataan
saat itu.
Disana tinggal dan makan minum di Asrama.pembina asrama
dan pembina sekolah di tanggungjawabkan oleh Suster Pastor katolik.mereka
selalu mendidik dan melatih kemampuan sehingga tumbuh subur bagaikan tumbuhan
di tanah hitam.semangat diri membawa lupa akan kampung halaman dan orang tua
tercinta.
Saat SMP cita cita saya saat SD masih terlukis di benak
pikiran,kemanapun saya melangkah.sampai sampai SMP kelas 2 semester genap masuk
kelas 3.saat itu teman saya namanya ”Arnold Nakapa” kena pecahan di kakinya sehngga terbelah.kami
beberapa anak Asrama yakni Okto Kogopa ,Emanuel Magai,dan Noak Yogi
kami mengantarkan ke Rumah sakit.informasi tersebut
pembina kami pastor Dodot mendengarkan sehingga ia datang ke rumah sakit sakit.ia
bertanya berlebihan sampai mendapatkan jawaban akhirnya.
Pembina melihat teman kami sangat menderita atas apa yang
dialami sehinga ia bertanya kepada kami,siapa yang ingin perawat atau bahkan menjadi
Dokter,agar seperti masalah yang dialami oleh teman kali,bisa menanggani untuk
menjahit dan merawat.
Perkataan pembina pater Dodot semakin mengetuk suara hati
sehingga tak terasa tangan saya menjadi ringan dan terangkat dan bibir saya
berkata Pater saya ingin bersedih menjadi Perawat.oh oke baik semoga perjalan
pendidikan nanti di berkati,dan saya akan mendoakan semoga cepat terselesai dan
aman-aman dalamperjuangan.amin.
Saat itupun cita cita sejak SD saya melukan ibarat air
yang mengalir begitu saja.setelah selesai SMP di Tamanipia tanah Suku Amugmee
dan Kamoro di pesisir pantai itu,saya melanjutkan jenjang atasnya.
Jenjang atas melanjut di Kota Timika,saya tidak lupa atas
perjanjian tentang ingin menjadi perawat sehingga saya daftar diri di SMKN3 di
Timika Papua.
Saya tidak memikirkan berbagai cita cita dan agan agan
yang muncul di benak,tetapi tetap fokus pada keperawatan sehingga lulus dengan IPK
sekolah yang memuaskan buat saya.
Saya tidak tinggal diam tetap melanjutkan ke jenjnag
atasnya lagi yakni Kuliah.dimana dan kemana saya melangkah. Saya bingun mau ke
kota mana dan kampus apa.dua hari menjadi pikiran berat tetapi kaka kaka saya
sejak SD dan SMP mereka berada jauh dari pulau Papua. keinginan bertemu dengan
mereka,sehingin keinginan terwujut apa yang pikirnya,maka daftarkan diri di kampus STIKES Yogyakarta sebagai
SI Keperawatan.semoga cepat selesai dan boleh kembali ke kedua orang tua saya
dikampung halaman.Hanya doa dan tangis siang malam membuat orang tua tetap
semangat dan sehat selalu serta umar panjang.
jangan mellihat dari proses perjalana dan cita cita,tetapi
boleh mengerti bahwa,kita punya harapan ini,tetapi Tuhan punya rencana itu dan
lain.semoga pengalaman singkat perjalanan studi ini membuat para pembaca
semakin berjuang atas cita citanya.
Berjunang bukan buat hanya kata kata saja,tetapi di
butuhkan realitas sesuai apa yang di pikirkan demi masa depan,maka tunjukan.(KM).
Penulis adalah mahasiswa Papua Kuliah di Jawa
0 thoughts on “Pengalaman Saya Pilih Tuhan yang Menentukan ”