BREAKING NEWS
Search

Timika Konflik, Ini 5 Sikap Ipmami Semarang

Usai mengadakan rapat bersama Ipmami Korwil Semarang.(foto : Yoga/KM)

Semarang, (KM) - Setelah melihat konflik yang sedang terjadi di Timika, Ikatan Pelajar Mahasiswa Mimika (Ipmami) Kordinator Wilayah (Korwil) Semarang, melalui rapat bersama yang berlangsung pada, Kamis (26/05) bertempat di Sekretariat IPMAMI, mengemukakan 5 (lima) pernyataan sikap.

“Persoalan Papua menjadi polemik, yang tidak pernah bertemu titik penyelesaian. Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang terjadi, menyebabkan ketidak berdayaan manusia, begitupun birokrasi tidak menemukan titik persoalan. Papua merupakan zona damai, tetapi  kini telah terancam akan kedamaian,” tulis Ipmami korwil Semarang dalam pernyataan tertulis, yang diterima Kabar  Mapegaa, hari ini, Jumat (27/05).

 Timika, sebenarnya kota aman dan damai, banyak suku bangsa berbondong-bondong ke sana, tetapi konflik antar warga, dan suku terjadi terus-menerus. Konflik ini menyebabkan ketidaknyamanan yang sangat merasahkan penduduk yang berdomisili di Timika, khsusus Manusia Amungme-Kamoro. 

Pemerintah seharusnya mengayomi dan melindungi masayarakat Mimika, tetapi tidak berkutik untuk melihat persoalan yang terus terjadi. Padahal Mereka (pemerintah) yang mempunyai kekuasaan penuh untuk melihat persoalan ini. Bagaimana Timika  mau aman, Pemerintah dan DPRD serta Lembaga Adat dan Gereja, tidak mempunyai taring yang tajam untuk. Pasif.

Sekarang, saatnya pemuda-mahasiswa melihat persoalan ini secara serius untuk menunjukan jati diri yang selama ini tidak dihargai sebagai manusia seutuhnya dinegeri leluhur. Tanah yang  dulunya aman, damai dan sejahtera kini hampar terporak – poranda tak berarti. 

Kalau hal ini terus dibiarkan, anak negeri akan terkucilkan dalam situasi ketakutan. Seharusnya semua orang yang datang di daerah Mimika harus menghargai kearifan lokal setempat (Amungme-Kamoro) bukan sebaliknya, kehidupan yang berada di bawah tekanan.

Sementara itu, Ipmami Korwil Semarang mengeluarkan pernyataan sikap kepedulian mahasiswa Mimika terhadap konflik-konflik berkepanjangan yang tak pernah henti di Mimika.

Alasan pernyataan yang disampaikan ini adalah sebagai wujud kepedulian mahasiwa mimika kepada masyarakat Mimika, sehingga mendesak pemerintah kabupaten Mimika sebagai pelindung agar memahami dan mengambil langkah-langkah yang  nyata dan bukan janji-janji palsu. 

Berikut adalah 5 (lima) Poin  pernyataan sikap dari Ipmami Korwil Semarang. 

Pertama, Pemerintah kabupaten Mimika harus berani bertindak dengan penuh tanggung jawab menyelesaikan konflik-konflik antar suku maupun Amungme dan Kamoro di di Timika.

Kedua, DPRD Mimika harus tegas menyikapi konflik yang terjadi – jangan hanya duduk diam ,harus menanggapi masalah – masalah terjadi di daerah Mimika

Ketiga, Lembaga Adat “ Lemasa dan Lemasko harus lebih berani karena di Mimika adalah wilayah adat independen kalian. Jangan karena termanja oleh materi kalian terlena dan tidur diatas persoalan.segera ambil tindakan yang tegas.

Keempat, Manusia papua dan lebih khusus Masyarakat Amungme dan kamoro harus bangkit dan tegas melarang segala aksi kekerasan di daerah mimika, kita punya hak  “kalau bukan kita siapa lagi , kalau bukan sekarang kapan lagi.”

Kelima, Pihak keagamaan yang berada di kabupaten Mimika, harus berperan dalam penyelesaian konflik di Mimika.

Dengan ini, kami sebagai Mahasiswa kabupaten Mimika yang bernaung dibawah IPMAMI JAWA-BALI, Khususnya KORWIL SEMARANG sebagai orang-orang yang peduli, mengharapkan agar semua masalah persoalan yang terjadi harus diselesaikan dengan segera.

Demikian pernyataan sikap ini kami buat, akhirnya, segala hormat dan kerja sama dari semua menjadi modal perdamaian di tanah Mimika tercinta “ Tanah Amungsa, Bumi Kamoro.”

Untuk diketahui, di Timika konflik-konflik setiap tahun, bahkan setiap  bulan terus terjadi, misalnya: Warga Osea Ongomang dari Kampung Atas dan warga Atimus Komangal dari Kampung Bawah yang terjadi bulan Mei 2016 (terbaru) , perang antar suku Mony dan Dany di Kampung Timika Gunung yang terjadi pada Bulan Mei 2014 silam, bentrok antar-suku Moni dan Dani di Timika yang terjadi Maret 2014, bentrok  antara suku pendatang (Key) dan 7 suku pada 2013 silam  dan masih banyak konflik-konfilk lain yang sampai saat ini belum ada titik penyelesaian.

Wartawan KM: Yohanes M Agapa


Editor : Manfred



nanomag

Media Online Kabar Mapega adalah salah situs media online yang mengkaji berita-berita seputar tanah Papua dan Papua barat secara beragam dan berimbang.


0 thoughts on “Timika Konflik, Ini 5 Sikap Ipmami Semarang