BREAKING NEWS
Search

AMP Komite Malang & Semarang Adakan Diskusi Perkembangan Papua di Masa Kini

Mahasiswa yang Begabung Dalam Aliansi Mahasiswa Papua
Mengadakan Diskusi Seputar Perkembangan Papua di Masa Kini. (Foto: Musa Pekei/KM)

Malang, (KM)---Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) Komite Malang dan Semarang, mengadakan diskusi seputar perkembangan Papua di masa kini, salah satunya perkembangan politik West Papua di kontrakan Tiga (lll) UNMER Malang, Sabtu, (11/06/2016) Pukul 20.00 Waktu setempat.

Mantang Ketua AMP Komite Kota Semarang, Jawa Tengah, Bernardo Boma, mengatakan, perjuangan Papua bukan hanya dilihat dari sisi politiknya saja, tetapi melalui pemberdayaan masyarakat melalui tujuh sektor.

“Diantarnya, Petani, Nelayan, Buruh, kaum intelektual, rakyat sipil kota, tokoh adat dan tokoh agama. Ketujuan sektor ini juga harus dilihat,”katanya.

Lanjutnya, dengan mengkaderkan mereka, secara otomatis paradigma mayarakat Papua akan merasakan pejajahan yang sebenarnya,”jelas Boma. 

Tujuh sektor itu, kata dia, adalah bagian dari visi dan misi AMP, yang memunyai tujuan agar dapat menarik perhatian masyarakat asli Papua, juga mengerti akan penjajahan yang dilakukan oleh bangsa  Indonesia terhadap rakyat Papua. 

Sementara sekertaris AMP Komite Malang, Yustus, mengatakan, diri kita sendiri yang harus menjadi media di masayarakat. Dalam artian menjadi contoh dalam pemberdayaan masyakat asli Papua di suatu kampung atau kecamatan

“Misalnya membentuk suatu kelompok usaha kopi di kampung tersebut untuk mengembangkan usaha dan bersaing dengan pendatang,”ungkapnya. 

Kata dia, kalau orang Papua jangan hanya bisa bertahan hidup. Tetapi harus punya skill dalam berbagai bidang, guna bersaing dengan sesama kita,”ungkapnya.

Pewarta    : Musa Pekei

Editor        : Alexander Gobai



nanomag

Media Online Kabar Mapega adalah salah situs media online yang mengkaji berita-berita seputar tanah Papua dan Papua barat secara beragam dan berimbang.


0 thoughts on “AMP Komite Malang & Semarang Adakan Diskusi Perkembangan Papua di Masa Kini