Foto Doc Pribadi,(Fb Profil.Marselino Kudiai),Umagi/KM. |
Oleh,
Marchelino Kudiai
Opini,(KM)--Kedewasaan yang sesungguhnya bukan di tentukan atau dilihat dari umur
manusia, melainkan sikap yang dimiliki
oleh diri pribada itu sendiri. Pribadi yang dewasa mampu mempertangungjawabkan
dalam segala hal.Baik itu bertidak bertutur kata ataupun gaya hidup manusia.
Manusia yang
dewasa itu mampu membedakan baik tidaknya suatu persoalan atau kejadian yang
terjadi. Dikatakan manusia dewasa karena ia mampu menjadi pendengar yang baik
saat orang berbicara. Jika ia berbicara berpikir dahulu lalu bertindak dan
berbicara mengenai hal-hal yang lebih penting.
Manusia yang
dewasa itu memiliki sikap yang kuat atas tanggungjawab dalam segala hal. Apa
yang di berikan dapat mengerjakan dengan cepat berdasarkan kemampuan yang di
miliki. Ia bertanggungjawab terhadap lingkungan sosial. Keluarga, Komunitas dan
teman-teman dalam kehidupan bersama.
Kita di tuntut
untuk merendahan diri atas keegoisan diri kita. Mengurahi kedebatan dalam suatu
diskusi. Memiliki sikap rama tama dalam diri bahwa kita manusia adalah sama dan
sederajat. Orang yang dewasa selalu mampu mengikuti atau beradaptasi dengan
lingkungan bagaimanapun, karena mampu dan pintar membedakan situasi dan kondisi
yang ada di daerah itu.
Pemikiran positif
melahirkan pembaharuan diri. Uang adalah segala galanya. Ia mampu menguasai
diri tetapi orang yang berpikir dewasa mampu
mengalahkan kegairan uang. Berpikir uang adalah kertas sehingga tidak ingin
untuk mengunakan hanya sesaat saja, sehingga menabung dan menabung karena
mengingat di hari yang mendatang.
Orang yang
berpikir dewasa selalu mementingkan dalam kehidupan adalah nama Tuhan. Selalu
memuji dan memuliahkan dia sebagai Bapa dan raja atas segala bangsa di bumi. Dalam
nilai religious itu,makanan menjadi dasar untuk kehidupan orang dewasa seperti makanan
ringan ibarat sebagai firman Tuhan yang dapat menegur hati dan pikiran untuk membuka telinga bagi yang tuli membuka
hati bagi yang tertutup.
Kalau makanan keras
ibarat juga sebagi firman Tuhan yang berbicara mengenai teguran, nasehat dan
norma norma hidup pada kehidupan manusia.
Dari kedua jenis makanan itu kita bisa menilai
diri sendiri. Jika kita hanya suka mendengarkan kothbah atau firman Tuhan
tentang berkah,
dan tesinggung atau menolak akan firmannya yang lain, bisa di pastikan kita
tidak dewasa rohani. Sebaliknya, kita menyukai semua bagian firmannya bahkan
dengan tegurannya, berarti kita adalah pribadi yang dewasa rohani. Jadi
banyaknya pelayanan di gereja maupun di luar gereja, bukan jaminan bahwa kita
adalah pribadi yang dewasa rohani.
Ingin mau berubah
sikap karakter dan jiwa menjadi orang dewasa dalam berpikir dan bertindak maka di butuhkan pengasahan diri bersama dari
buku buku serta mendengarkan arahan dan masukan dari orang yang lebih dari kita
sehingga terbentuk berpikir dewasa.dibutuhkan pula waktu yang lama maka asahlah
diri dari berbagai pengalaman yamng ada menjadi pengangan hidup sebagai senjata
untuk siap menenbak pada titik pusatnya.ada perubahan dalam diri kita semua penulis
lebih menyenangkan.semoga dapat bermanfaat buat para pembaca di media KM yang
tercinta ini (KM.)
Editor : Anselmus
Gobai
Penulis adalah mahasiswa Papua kuliah di Jayapura
0 thoughts on “Kedewasaan yang Sesungguh-Nya”