Oleh: Jan Sedik
Opini, (KM) -- Sejak pertama kali kami tiba dan
menetap di Astam (Asrama Tambrauw), belum ada tanda-tanda bahwa akan ada taman
yang bagus dengan pohon dan bunga hias yang rindang. Yang ada hanya tiga gedung dengan
tiga pohon manga, satu pohon rambutan. Selain itu, ada beberapa pohon papaya yang
ditanami ketua Badan Pengurus Harian Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Tambrauw Yogyakarta (BPH IPMT). Diluar itu tidak ada pohon atau bunga yang
ditanam atau dirawat. Disepanjang halaman asrama mulai dari halaman depan
hingga belakang berserakan sampah dimana mana.
Sampah pelastik dan botol-botol, baik
botol platik, aluminium dan botol kaca seperti botol minuman bekas serta kaleng-kaleng
lainya. Dengan keadaan seperti ini
membuat saya dan teman teman berpikir keras untuk melakukan sesuatu,entah apa
yang akan kami lakukan. Namun dari hasil diskusi yang kami bangun beberapa
hari,muncul ide kalau kami akan membuat taman. Sudah ada ide untuk membuat
taman, akan tetepai belum ada konsep yang jelas untuk memulai suatu formasi
yang baik. Ada yang berargumen bahwa kita melakukannya tetapi membutuhkan biaya
yang besar sehingga harus dibuat proposal yang dikirimkan kepada pemerintah
daerah untuk memohon bantuan dana pembuatan taman tersebut. Ada juga yang
memberi saran agar dibuat taman yang kren dengan bunga-bunga yang bagus dan khas Astam.
Semua itu wajar wajar saja, kalau
dalam dunia diskusi dan perdebatan antar sesama akademisi. Akan tetapi yang
lebih penting dari itu adalah bagaimana merealisasikannya dilapangan atau lebih
jelasnya adalah bagaimana mewujudnyatakan kerjanya. Perlu diketahui bahwa tidak
semudah seperti yang telah dibicarakan. Tidak seenak ide yang dikeluarkan oleh
setiap individu yang ada. Semua itu membutuhkan proses dan tindakan ketekunan
yang serius. Lebih dari itu membutuhkan
waktu dan kesabaran yang diimbangi dengan planning yang jelas dan terstruktur.
Bukan hanya sekedar panas panas tahi ayam alias hanya sekedar hangat setelah
itu akan kembali dingin dan basi lalu dilupakan.
Sama halnya dengan ketika kita
mengunjungi sebuah tempat wisata dan atau desa wisata. Disana ada banyak tempat
wisata yang indah dan mengagummkan. Entah bagaimana,akan tetapi kebanyakan dari
kita selalu mengeluarkan kalimat ini,” Waaauu, tempat ini indah sekali, pohon ini
subur sekali atau sungai dan tempat pemandian ini bersih sekali.” Selain itu
jika tidak sesuai, kita akan mengatakan, "ihhh, tempat ini buruk sekali, kenapa
kita ke tempat ini, kalau buruk seperti ini. ini terakhir kali saya ke tempat
ini.”
Tak ada seorangpun diantara kita
yang menanyakan demikian. Bagaimana gedung ini dibuat, bagaimana bisa pohon ini
menjadi subur? Kenapa tempat ini buruk sekali, bagaimana manajemennya? Siapa
yang mengelolah ini atau bagaimana cara orang membangun gedung ini sehingga
kelihatan seperti ini? Mungkin ada yang menanyakan deemikian, tapi hanya
segelintir orang saja yang mengeluarkan pertanyaan itu. Entah kenapa, akan
tetapi itulah kenyaatan yang ada dan kita jumpai maupun dengar dalam kehidupan
sehari hari bersama teman teman dan orang orang yang kita cintai dan kasihi.
Tidak perlu berbicara lebih jauh, kita
kembali lagi ke persoalan pembuatan taman. Dari banyak argument yang
muncul, namun yang terjadi demikian. Kami telah memulainnya dan hasilnnya masih
dalam proses dan tentu tidak seindah yang ada pada taman sesungguhnya. Kami
menanam beberapa pohon hias, diantaranya delapan
pohon kucup merah, dua pohon sirsiak, satu pohon pinus, dua pohon
cemara, satu pohon jeruk, satu rambutan dan beberapa pohon pisang maupun tumbuhan
lainnya. Namun hanya sisa enam pohon kuncup merah, satunya mati karena serangan
hama dan satunya lagi mati karena sering diinjak mobil yang keluar masuk Asrama Tambrauw (Astam).
Yaa, tidak apalah, itu adalah sebuah proses yang telah sedang dibangun dan
membutuhkan waktu yang lama untuk tidak terjadi seperti itu lagi. Semua itu
telah tumbuh dan sudah mulai bertambah tinggi, menambah kesejukan lingkungan
sekitar Astam dan memberikan nilai estetika yang sangat menarik bagi setiap
pengunjung. Mengagumkan saat dipandang dan dinikmati.
Terkadang teman-teman berpikir
dan mungkin juga bertanya-tanya, kenapa harus ditanam pohon dan bunga pada semua
taman yang ada? Dimana harus kita
parkirkan mobil dan motor yang ada. Tentu ini kami lakukan dengan berbagai
alasan dan pertimbangan. Pertimbangan kami akan beberapa aspek, diantarannya
aspek saniter, aspek kesehatan lingkungan, aspek lingkungan dan yang lebih
mendalam dari itu adalah kedekatan manusia dengan alam yang pada dasarnya
adalah hakiki manusia. Itu memang tidak bisa dipungkiri sedikitpun dari
keterikan hidup manusia. Lingkungan yang sehat, bersih dan udara segar akan
menambah gairah hidup dan melindungi manusia dari serangan penyakit dan wabah
lainnya.
Lingkungan yang tidak ditumbuhi pohon dan
habitat lainnya akan menyebakan kesenjangan lingkungan. Artinya keseimbangan
lingkungan sekitar tidak berjalan dengan baik. Selain itu fungsi pohon dan
manfaat pohon bagi kehiudupan sangat beragam. Pohon dengan segaala bagiannya
yang menjadi satu kesatuan diantaranya daun,ranting,dahan,batang dan akar yang
berfungsi untuk melindungi manusia dari radiasi sinar matahari lansung yang
mengenai bumi,membantu mengedapkan kebisingan bunyi kendaraan yang bergerak
lalu lalang siang malam dan bunyi bunyian lainnya yang berasal dari luar.
Selain itu dengan daunnya dapat menyaring udara dengan menyerap karbondioksida
dan unsur lainnya yang berasal dari lingkungan yang sangat berbahaya bagi
kesehatan manusia dengan stomatannya atau mulut daun. Melalui akharnya dapat
menahan air hujan yang turun kebumi dengan jaringan akar akarnya dan serat seratnya lalu
kemudian membantu menyuplai cadangan air tanah yang ada untuk manusia kala
musim kemarau maupun penghujan bagi yang menggunakan sumur dan PDAM yang
membutuhkan tambahan pasokan air.
Cobah teman-teman bayangkan, saat kita sakit
dirumah sakit,kita butuh ogsigen tambahan untuk membantu pernapasan disaat kita
mengalami kekurangan oksigen. Satu botol saja harganya sudah mencapai puluhan
bahkan ratusan dan jutaan rupiah. Tidak semua orang yang sakit bisa mempunyai
uang yang cukup untuk membayar sebotol oksigen yang disediakan rumah sakit.
Tetapi manusia selalu menghirup
oksigen. Dalam sekali bernafas manusia menghirup sebanyak 500 ml udara. Namun
tidak semua udara itu terdiri dari oksigen,hanya 20% dari udara tersebut yang
berupa oksigen artinya hanya 100 ml oksigen yang yang dihirup manusia. Sekali
hirup butuh 100 ml oksigen,sisanya 79% berupa nitrogen. Selama satu menit
manusia menghirup udara sekitar 20 kali( dalam keadaan normal atau tidak
melakukan aktivitas berat).
Berikut adalah perhitungan yang
dilakukan: Jumblah udara oksigen yang dihirup dalam sekali
bernafas=20%x500ml=100ml.
Jumblah Oksigen yang dihirup dalam satu menit=100 mlx20
kali=2000ml=2 liter. Satu jam=60 menit. Satu hari=24 jam=24x60
menit=1440menit. Jadi dalam sehari
manusia menghirup ogsigen sebanyak 21x1440=2880 liter. Pikirkan,itu
hanya untuk satu orang. Bagaimana dengan penghuni ASTAM ada berapa? Perlu
diketahui bahwa satu pohon menghasilkan 1,2 kg oksigen. Satu orang bernafas
perlu 0,5 kg oksigen perhari. Jadi satu pohon menunjang kehidupan dua
orang (warga) dan menebang satu pohon berarti mencekik atau membunuh dua
orang (warga).
Bayangkan kalau pohon menuntut kita untuk
membayar setiap liter ogsigen yang dikeluarkan dan dihirup oleh kita manusia
dan makluk hidup lainnya. Pohon sama sekali tidak meminta kita untuk membayar
sepeserpun. Oleh karena itu kita juga harus membalas budi yang setimpal dengan
merawtnya dan memberikan dia hak untuk tetap hidup tanpa mengganggunya dengan
memetik daunnya atau mematah rantingnnya atau dengan seenaknya kita memotong
dan menebang. Seandainya dia bersuara, pasti dirinya akan berteriak dan meminta
tolong maupun menangis karena bagian dari anggota tubuhnya dihilangkan oleh
orang orang yang merasa dan memandang dia sebelah mata. Sangat disayangkan
untuk itu.
Dengan pemahaman demikian,saya menuliskan
sebuah seruan yang mungkin teman-teman bisa melihat dan membacanya dibeberapa
pohon, saya tancapkan pada bawah samping pohon. Itu pasti terlihat lucu dan bagi siapapun yang
membacanya pasti tersenyum dan merasa lucu. Dengan bunyi khasnya,” TOLONG!!!
JANGAN PETIK AKU LAGI. AKU JANJI AKAN SELALU MEMBERIKAN KAMU OKSIGEN SETIAP
SAAT. AKU TIDAK AKAN MEMINTAMU MEMBAYAR SEPESERPUN. AKU BERSUMPAH ,TEMAN.” Itu adalah ajakan sederhana yang diserukan
untuk kita semua agar bisa melestarikan pohon yang ada.
Tak ada pohon maka tak akan ada kehidupan
didunia ini. oleh karena itu, teman-teman, mari kita bersama sama menjaga dan
merawatnya bersama.
"Terimaksih untuk teman-teman yang selama ini sudah
mendukung dalam menjaga dan merawat pohon dan bunga yang ada. Dan telah menjaga kebersihan dalam lingkungan
Asrama Tambrauw yang tercinta."
Perlu diingat bahwa semua orang bisa berbicara
dan beradu argument tentang sesuatu, entah masalah atau apapun itu akan tetapi
hanya segelintir orang yang berbicara dan lansung melakukannya.
“Teman teman, kenapa orang lain bisa lalu kita tidak bisa? Matahari
selalu terbit dari timur. Dan pagi berawal selalu dari timur,kenapa kita
ketinggalan dengan orang orang yang berada dibagian barapt. Ayoo, teman teman
kita pasti bisa, kita harus bia.”
Haf suu, pekit su wa mbir ramu. Pekit su Wa
tapam mase.
Penulis Adalah Mahasiswa Papua, Kuliah di Institut Teknologi Yogyakarta (ITY), Jurusan Teknik Lingkungan.
0 thoughts on “Selembar Daun Pemberi Kehidupan”