Suasana saat mahasiswa Papua, dikepung Polisi kepung di dalam Aula Asrara Kamasan Satu. (Foto: Dendi/KM) |
Yogyakarta, (KM)--Ketua Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Daerah Istimewa Yogyakarta, Aris Yeimo, pada hari Sabtu, (16/07/2016) menyikapi tindakan represif Polisi kepung asrama mahasiswa Papua, Kamasan Satu, Jln. Kusumanegara, Yogyakarta yang berlangsung pada Kamis, (14/07) saat mimbar bebas dan berlanjut pada Jumat, (15/07/2016), sebelum rencana aksi damai dimulai.
Seruan Sikapi Tindakan Represif Polisi DIY yang diterima Kabar Mapegaa, Sabtu, (16/07/2016) oleh Ketua IPMAPA DIY Sbb:
Kami adalah murni Mahasiswa/i yang datang dari jauh dari Papua, menuntut ilmu di Yogyakarta.
Setelah kami tahu tentang baca dan tulis penjajahan yang sebenarnya yang kami rasakan, melalui baca dan tulis serta teori yang kami dapat dari kampus masing-masing, tidak menutup kemungkinan yang kemudian kami adalah generasi yang tersisa akan mengabdi total pada rakyat kami dan untuk tanah Papua. Namun situasi hari ini orang tua kami tanah kami di bunuh dan dirampas semua hak-hak kami pun lenyap.
Apa yang dialami oleh orang tua kami di Papua, kami juga merasakan hal yang sama di setiap kota studi kami di luar Papua. Kami dipandang sebagai, pembuat onar kami di angap sebagai separatis, isu seperti ini yang sampai saat ini masih nyanyikan oleh warga jogja yang kemudian berujung pada kenyamanan kami untuk bertempat tinggal tidak nyaman.
Kami, kata Aris, tidak diberikan kos-Kosan, kontrakan atau sebagainya, kami hanya di pandang dengan sebelah mata. Padahal dengan banyaknya kami mahasisiwa Papua memberikan kontribusi terbesar banyangkan saja 7000 mahasiswa x pengeluarannya dana perbulan 500 ribu per mahasiswa, sama dengan miliayaran rupiah habis di Jogja namun kami di perlakukan tidak manusiawi.
Kini Ormas Reaksioner Yogyakarta dan aparat keamanan menunjukkan sikap yang tidak terhormat kepada kami , pada hari ini Jumat 15 Juli 2016 kami di kepung/penjagaanketat dari pagi 06 hingga detik ini kurang lebih 250 mahasiswa kami di dalam asrama terjebak dalam asrama mahasiswa Papua, Kamasan Satu Yogyakarta.
Kami di intimidasi dan berbagai teriakan dari ormas pun menutupi telinga kami kami hanya diam walaupun itu sakit bagi kami.
Hari ini kami sadar akan hal ini yang bisa menyelamatkan kami ada adalah dengan berikan hak menentukan nasib sendiri, agar kemudian hari kami tidak mau dibantai oleh negara yang namanya Indonesia, biarkan kami menentukan nasib kami sendiri
Yang menjadi Sikap kami hari ini:
Kalau warga Yogyakarta mengusir kami dari Yogyakarta kami akan pulang ke tanah kami.
Kami juga mau agar semua orang non Papua dengan hormat tinggalkan tanah Papua.
Papua merdeka itu solusi
Pewarta: Manfred Kudiai
0 thoughts on “Ketua IPMAPA DIY Sikapi Tindakan Represif Polisi Kepung Asrama Mahasiswa Papua”