(Foto: Dok. Goo Puyee/KM) |
Opini, (KM). Adalah aneh, mengapa tidak! Itu Kenyataan yang sebenarnya tidak boleh terjadi. Toh kemerdekaan meski dibuka, diungkap dan dikembalikan kepada kebenaran atas kemerdekaan
Mengapa ruang kemerdekaan ditutupinya? Adalah tidaklah berarti. Kemerdekaan itu hak segala bangsa dan setiap insan hidup tanpa kecuali. Maka kemerdekaan tidak bisa dikecualikan begi sekelompok yang lain, sebagai tanda dan sarana untuk meng-eksploitasi atas kehendak baik serta segala yang dimiliki dari kelompok itu.
Apalah faedahnya jika karena kepentingan semu dan kehormatan semata-mata mengelabui kemerdekaan semesta. Kemerdekaan bukanlah seandaian yang mengatasnamakan untuk berbasabasi melalui materi hukum dan undang-undang. Tentunya kemerdekaan semesta butuh pengakuan, kebebasan dan kehidupan secara nyata dan periodik. "Mengakui kemerdekaan bagi orang lain atau kelompok lain. Memberikan ruang kebebasan dari keterikatan. Dan adanya kehidupan bukan untuk dimatikan maka diharapkan agar kehidupan itu meski diakuinya".
Selanjutnya, keberlangsungan dan kesinambungan buah kebebasan yang merdeka akan memberikan hidup yang tak bergantung. Dari itu kemerdekaan patut dibuka dari ketertutupan. Dan kemerdekaan bukanlah hal semata, yang lanjutannya menjadi permainan mudah yang mudah mempermainkan dan dipermainkan. Kemerdekaan merupakan arti penting dari kehidupan yang menjanjikan. Karena tanpa kemerdekaan, hidup akan terus menjadi suatu paradoksal terhadap segala keberdayaan dan keberhasilan dalam setiap peredaran waktu.
Merdeka adalah Hak Segala Bangsa
Bahwasanya kemerdekaan itu selalu diperkosa, ditenggelamkan dan deterjal diluar perbendaharaan dan independensi yang terukur. Akhirnya, selalu saja dan dimana saja membawa bahaya bagi akar dan dasar keberlangsungan hidup. Sampai sekarangpun harapan akan kedapatan dan titiktemu bagi buah Kemerdekaan terasa jauh dari panggang, yang merta dikelabui oleh tindakan pendekatan terstruktur dan daya tarik simpati yang terdidik.
Tetapi juga bahwa dalam meraih kemerdekaan; kesalahan besar dan fatal yang diyakini oleh sekelompok orang adalah "kemerdekaan itu ada waktunya atau waktu yang akan mengatakan" padahal secara logisnya ini sebagai tanda menyerah, tidak mau berjuang dan masih dibutakan oleh kedangkalan dalam berpikir. Dan karena tidak adanya kritis dalam berpikir dan bernalar maka selanjutnya hilang dari kenyataan perjuangan, tanpa ambil bagian dalam upaya memperjuangkan kemerdekaan. Jika hanya berharap "merdeka itu datang sendiri" bagaimana mungkin bisa terwujud, maka mau dan tidaknya kita harus berjuang menentukan kemerdekaan karena bukan waktu yang menentukan kemerdekaan.
Kemerdekaan tanpa perjuangan adalah mati; maka perjuangan dalam menempuh kemerdekaan meski ada perjuangan melalui sikap dan hati yang menggugah.
(Penulis adalah Komunitas Anak Jalanan Papua [KAJP])
Editor: Frans P
0 thoughts on “Mengapa Ruang Kemerdekaan Ditutupi?”