Mahasiswa Papua Manokwari, Fhoto bersama Usai Unjuk rasa di halaman Rektorat Unipa.Kamis,(22/09). (Fhoto : Petrus Yatipai/KM) |
Manokwari,
(KM) --- Pada Kamis, (22/09/2016) siang tadi,disekitar Unipa Amban Manokwari, Ratusan
Mahasiswa/I Papua melalui Badan
Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Papua (UNIPA) dan jajarannya, bersama
Forum Independen Mahasiswa (FIM), yang diakomodir
dibawah Himpunan Mahasiswa Jurusan Antropologi (HMJA) Unipa, telah berunjuk rasa
penolakan secara tegas terkait Seminar Melanesia-Indonesia (MELINDO) di Unipa
atas kebijakan Menteri Luar Negeri Indonesia tersebut.
Aksi
penolakan dengan turun jalan berawal dari Fakultas Kehutanan menuju Rektorat
umum Universitas Papua. Setibanya masa aksi disana, dimulai berorasi didepan
gerbang Rektorat kemudian menyerakan aspirasi mereka kepada pihak Universitas
didalam sebuah Map biru, yang diterima oleh wakil rektor tiga (WR3), Hendrik
Harwam, didepan ratusan demontran.
Seusai
berunjuk rasa didepan Gerbang Rektorat Unipa, ketika wartawan www.kabarmapegaa.com mewancarai pihak Universesitas Papua, yang saat
itu diwakili, wakil Rektor tiga (WR3) Unipa, Hendrik Narwam, didalam ruang
Rektorat Unipa siang tadi,mengatakan jelas kami pun ikut menolak, namun juga Mahasiswa
harus tahu karena kami ada dalam negara.
“hal
itu, jelas kami juga tolak, namun Mahasiswa harus tahu karena kami ada Negara
dibawah Negara, ada dilematik yang harus kita lihat”.
Dikatan,
Hendrik, jelas ditolak karena demi kepentingan keamanan supaya Kampus ini
eksis,katanya.
Kata
dia, Tugas dari Kampus adalah sesuai dengan Motto Unipa yaitu, “Ilmu untuk
kemanusiaan”.
Dikatan
WR3 itu, hal ini bukan misi atau program dari kami, namun ini hanya berupa
penawaran saja dari pusat kepada pihak Universitas. Jadi, kata dia, kalau
Mahasiswa sudah menolak kami pun ikut menolak karena ini bukan bagian dari
kami,katanya.
Ketika
wartawan menanyakan tentang tanggapan Rektor Unipa kepada WR3 atas penolakan
Mahasiswa Unipa terkait presentasi Melindo di Unipa, kata WR3, Bapak dia pun
akan menolak hal itu, jika Mahasiswanya menolak,ungkapnya.
Dirinya
mengatakan, terkait presentasi itu, masuk melalui surat pemberitahuan namun,
kemarin sudah ditolak, jelasnya.
Sementara
itu, ketika diwawancarai Koordinator Lapangan (Korlap) dihalama Rektorat Unipa
Amban, Yohanes Aliknoe, ketika diwawancarai mengatakan menolak dengan tegas
tentang presentasi Melindo di Unipa.
“Hari
ini kami menolak dengan tegas, dan hal ini akan kami mengawal terus sampe,
mereka tidak akan presentase materi itu di Tanah Papua ini”.
Yahanes,
sangat apresiasi kepada Mahasiswa/I Papua yang telah berpartisipasi dalam
rangka aksi damai ini.
“Saya
mengucapkan terima kasih kepada Mahasiswa/I Universitas Papua yang telah mana
terlibat dan partisipasi dalam aksi ini”.
Lalu,
dikatakan Aliknoe, kami ini adalah Mahasiswa, jiwa-jiwa pengkritis,independen,
sosial control, agen perubahan, maka hari ini kami kumpul dan menolak dan
pimpinan kami, Universitas Papua juga terima kita dengan baik dan pihak akademisi
juga mereka menolak secara ilmiah,katanya.
Kata,
Mahasiswa Unipa, Jurusan Antropologi ini dengan tegas menuturkan, kami
mahasiswa sebagai sosial kontrol, kami akan mengontrol sampai kami mengagalkan
presentasi ini di Unipa maupun diatas Tanah Papua,tegasnya.
Presiden
Mahasiswa (Presma) Universitas Papua, AP, pada kesempatan orasi politiknya,
dengan singkat mengatakan Pihak Presma dengan tegas kami menolak Presentasi
materi Melindo di Unipa,katanya.
Sementara
itu, Ketua Forum Independen Mahasiswa (FIM) Manokwari Papua Barat, Geradus
Tembut, pun dengan tegas menolak konsep
Melindo itu.
Karena
Geradus menilai Melindo ini hadir untuk menjadikan Papua tetap ada didalam
NKRI,katanya.
“Melindo
ini kan, dimana tingkat diplomasi untuk perjalanan Papua ini untuk menjadikan pro dengan Indonesia, dan dimana
mematikan perjuangan Papua dibagian Pasifik”.
Kata
Tembut, kami dari Forum Independen Mahasiswa dengan tegas menolak terkait
presentasi Melindo di Unipa.
Walau
pun materi Melindo itu dilakukan diluar Kampus, dirinya pun bersikap melalui
FIM akan terus dikantrol untuk menolak,ucapnya dengan nada keras.
Selain
itu, salah satu masa aksi, juga selaku Ketua Forum Pencinta Budaya Unipa,
Wilson Wader, mengatakan dua Universitas besar di Papua, Uncen dan Unipa
dijadikan ruang untuk mencari dukungan oleh pihak Melindo untuk dijadikan
sebagai alat diplomasi mereka diluar Negeri,katanya.
“Hari
ini melalui kementerian Luar Negeri Republik Indonesia , melihat bahwa mereka
mau tidak mau, harus kembali ke Papua, melalui dua Universitas besar di Papua,
Uncen dan Unipa untuk dapat memberikan semacam rekomendasi, untuk mendukung
konsep mereka yaitu Melindo, sehingga itu menjadi dasar bagi diplomasi mereka
diluar negeri”.
Maka,
kata Wilson, dengan tujuan mereka untuk mengagalkan isu politik Papua Merdeka
di Pasifik bahkan di Dunia Internasional.
Oleh
sebab itu, pihaknya mengatakan, kalau pihak Uncen secara lembaga dan Mahasiswa
dengan spontan menolak, maka kami Unipa pun menolak,jelasnya.
Dikatan
wader, Hal ini kami melihat dari sisi antroplog, sangat membahayakan bagi masa
depan Bangsa Melanesia di Papua Barat. Sehingga, kami menolak dengan
tegas,ujarnya.
Ia
menambahkan juga, aksi hari ini adalah aksi ilmiah, yang betul-betul lahir dari
kajian akademisi.
Dirinya
lagi menilai,konsep Melindo adalah konsep buatan colonial Indonesia yang ingin
dimukakan untuk solusi mereka untuk mengagalkan isu besar yaitu isu Merdeka di
Pasifik.
Sehingga , dirinya menolak namanya Melindo itu.
Sehingga , dirinya menolak namanya Melindo itu.
Kata
dia lagi, Dengan alasan kami menolak adalah dengan alasan akademisi bahwa, kami
bukan Melindo tapi kami Melanesia.
Dikatan
juga, kami menolak karena secara akademisi, Papua tidak termasuk dalam sunda
kecil maupun sunda besar, karena kata dia, Bapak Antroplog
Indonesia,wijayaningrat pernah mengatakan Papua bukan Melayu,namun Melanesia,
jelas dia dalam hasil jumpah pers yang diterima media ini.
Para
Mahasiswa/I Papua, berdemonstrasi secara kondusif tanpa ada tekanan dari luar.
Pewarta : Petrus Yatipai
0 thoughts on “HMJA dan Mahasiswa Unipa : Menolak Tegas Seminar Melindo di Unipa Manokwari”