Spanduk kegiatan. (Foto: Manfred/KM) |
Yogyakarta, (KM)--Menuntut
pengungkapan pelaku penembakan terhadap empat orang pelajar dan puluhan
lainnya mengalami luka-luka berat pada tanggal 8 Desember 2014 dua tahun lalu
di Paniai. Untuk kali ini mahasiswa Papua Yogyakarta dan sekitarnya kembali melakukan
aksinya dalam acara “Seminar, Aksi Penyalaan Lilin dan launcihing video lagu.
Aksi ini diikuti oleh mahasiswa
Papua Yogyakarta yang disponsori oleh Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Nabire,
Paniai, Dogiyai, Deiyai Yogyakarta- Solo
(Ipmanapandode Joglo) berlangsung di Aula asrama mahasiswa Papua
(Kamasan I) Jln. Kusumanegara, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kamis (08/12/20116)
tadi malam.
Tujuan mengadakan kegiatan ini,
selain menuntut Pelaku penembakan, mahasiswa Papua Yogyakarta dan sekitarnya turut
merayakan duka atas kepergian kawan-kawannya yang telah mendahului menghadap
Sang Khalik. Dimana nyawa manusia (empat Pelajar dan Satu warga Sipil) menghembuskan nafas terakhirnya di ujung
peluruh milik negara.
Mereka juga tak lupa bahwa, Kasus
Paniai Bardarah adalah Pelanggaran HAM Berat. Paniai berdarah merupakan suatu
peristiwa (masalah) yang telah menjadi sebuah kasus Besar (Berat) Pelanggaran
Hak Asasi Manusia, yang diduga dilakukan oleh anggota Tentara Nasional
Indonesia (TNI) atau anggota polisi Indonesia yang bertugas (ditempatkan oleh
pemerintah Indonesia) di Enarotali, Paniai.
Kasus tersebut dikategorikan
Pelanggaran HAM Berat, karena 4 Pelajar SMA dan 1 Pemuda ditembak mati anggota
TNI/Polisi dengan menggunakan alat Negara (senjata api), serta 17 orang lainnya
luka-luka berat dan ringan.
Untuk itu, Ketua Ipmanapandode
Joglo, Hendrikus Kobepa juga menuntut kepada pemerinntah Indonesia agar segera mengungkap
pelaku.
“Kalau memang memang ada UUD,
mengapa tidak di jalankan? Buktikan. Kasus Paniai Ini sudah dua tahun. Kami tidak akan tinggal diam, melawan lupah, apa yg terjadi, kita tidak bisa tinggal diam.
Bangkitkan semangat kita bersama. Kita lawan,” beber Hendrik dalam
sambutannya.
Katanya, kasus apa saja sudah
terjadi, dan yang akan terjadi kedepan, tanah Papua lautan api. Kasus-kasus itu
kita ikuti bersama untuk menggungakap kebenaran.
Pantauan media ini, kegiatan
peringati dua tahun Paniai berdarah berjalan dengan baik. Sementara itu, yang
menjadi tergaru dalam kegiataan ini adalah
saat beberapa anggota Ipmanapandode membawa ratapan yang diselingi
dengan puisi-puisi serta sebuah karya lagu baru yang menggungkap kesediahan
yang termakan hati. Juga menuntut agar pemimpin-peminpin perintah untuk segera
usut tuntaskan kasus Paniai Berdarah.
Saat ratapan, seorang dari mereka
membawakan teater tubuh yang diselingi
dengan musik khas daerah Mee. Dalam teater tubuh tersebut mengungkap bagaimana
tangis seorang ibu saat anaknya meninggal. Dengan ini, semua peserta terlihat
mata kaca-kaca, bahkan ada pula yang tak mampu menahan tagis. Suasananya pun
terlihat tenang.
Kegiatan tersebut ditutup dengan
launching video lagu dengan judul: Paniai Berdarah, yang dibuat oleh beberapa anggota Ipmanapandode: Roberta
Muyapa (Penyanyi) Andreas Takimai (Musisi), Yoseph Degei (Tata letak dan
Editing), Hendrikus Awigi (Cameramen 1), Marko Yawalka (Cameraman 2 dan
Editing), dan penanggungjwabnya Ipmanapandode.
Di sela-sela itu, salah satu
Mahasiswa asal Jayapura, mengapresiasi atas kegiatan peringati dua tahun kasus
Paniai berdarah yang diselenggarakan oleh Ipmanapandode Joglo.
“Saya sangat apresiasi dengan kegiatan
ini. Luar bisa, dan ini merupakan pertama kali yang dilakukan oleh mahasiswa
Papau di luar Papua,” katanya.
Kasus Paniai Berdarah ini sudah
menjadi sebuah kasus “pelanggaran Hak Asasi Manusia Berat”, yang sudah
diketahui dan disoroti Negara Indonesia oleh berbagai lembaga hak asasi manusia
dari perbagai Negara di seluruh dunia. Terkait itu, juga menjadi catatan sejarah
dalam sejarah perjuangan keadilan dan kebenaran orang asli Papua.
Di tempat yang sama pula, Roberta
dkk, mengungkapkan alasan menagapa dibuatnya sebuah Video lagu sebagai aksi
nyata peringati dua tahun Paniai Berdarah. Ini kata mereka:
Roberta, menjelaskan proses
pembuatan Viseo Lagu ini unuk pembuatan video ini, pada dasarnya kita sama
pikirkan. Video yang kami buat ini aksi kami kepada pemerinta. Pembuatan kami
selama tiga hari: Hari pertama rekam lagu di studio; hari kedua, penggambilan
video dan hari ketiga editing.
“Kami tidak akan diam, terus
memnita untuk Negara harus bertanggngjawab. Segera mengungkap pelaku” tegasnya.
Yoseph Degei, mahasiswa asal
Mapiha in mengatakan, kita sebagai orang Papua, kam mengingatkan kembali kepada
kami, pada umumnya orang Papua masih punya/memiliki masalah batin yaitu pada
tanggal 8 desember 2014 yang sampai saat ini belum tuntaskan.
Dilanjutkan oleh Andreas yang
sering disapa dengan Andre ini menjelaskan teater drama, saya kalobrasikan
beberapa seni, termasuk musik didalammnya juga terdapat teater tubuh.
“Kita orang mee, teater drama,
penampilan seperti itu jaran sekali, tidak hanya memberikan poster dengan suara
tetapi dengan gerakan. jadi kita merasakan bagaimana kesakitan yang mereka
ketika ditempat, sedang menderit, ketika panas itu, untuk itu saya membawakan dramad
dengan gerakan tubuh,” katanya
Lanjut, tangisan itu lebih ke
drama, kerana di Meuwo sana, saat mama-mama
menagis itu gayanya mereka. Seperti itu namanya Yege uga (lagu ratapan).
Liputor: Manfred Kudiai
0 thoughts on “Peringati Dua Tahun Paniai Berdarah: Ini Aksi Mahasiswa Papua di Jogja ”