A. Sumberdaya Alam Di Pulau Papua
Sumberdaya alam merupakan semua sumberdaya hayati dan sumberdaya nonhayati yang ada di pulau tersebut. Keberadaan sumberdaya alam hayati (biodiversity) & sumberdaya alam nonhayati (abiodiversity) di pulau Papua, sangat membanggakan bagi kawsan asia & pasifik bahkan sampai seluruh dunia. SDA-H & SDA-Nh yang terdapat di Pulau papua (Papua Barat & Negara PNG) yaitu, sumberdaya laut, darat, dan sumberdaya mineral yang terkandung di dalam perut bumi.
1. Sumberdaya alam hayati (biodiversity)
SDA-H merupakan semua flora dan fauna yang ada di laut, danau, sungai, pegunungan, pesisir dan dalam tanah yang ada di pulau tesebut. Keberadaan flora dan fauna tersebut, bersimbiosis berupa komunitas maupun individual.
Pulau tersebut mempunyai banyak flora dan fauna endemik yang sudah diidentifikasi oleh para ilmuan yang pernah ekspedisi. Namun sampai saat ini, banyak spesies flora dan fauna yang masih belum diidentifikasi secara binomial nomenklatur. Maka, perlu dilakukan suatu penelitian selanjutnya. Beberapa sumber daya alam hayati yang sangat endemik terdapat di pulau Papua, namun yang terpopuler sampai saat ini di dunia adalah fauna yaitu burung cendrawasih (bird of paradise) dan flora yaitu angrek kribo (spectabile, sp).
Kedua jenis hewan dan tumbuhan ini, banyak kalangan negara dan organisasi serta institusi senang menggunakan simbol kebanggaan mereka, yaitu seperti; logo negara PNG (burung cendrawasih), logo markas kodam jayapura, Universitas cendrawasih dan USTJ (burung cendrawasih), serta logo universitas Papua (bunya anggrek kribo), logo tentara OPM (bunya anggrek & cendrawasih).
Banyak jenis biota laut yang sangat dibanggakan oleh seluruh dunia yang terdapat di Pulau tersebut. Namun sampai saat ini hanya beberapa tempat yang sering dikunjungi oleh tourist (wisatawan) adalah teluk cendrwasaih, rajaampat, wamena, anggi dan pegunungan glasberg.
Di kawasan teluk cendrawasih dan rajaampat terdapat multi jenis ikan, rumput laut serta batukarang yang sangat indah bagai surganya di bumi, sehingga banyak orang yang sering merindukan untuk kunjungi ke sana, dan juga banyak ilmuan laut serta wisatawan regional, nasional dan internasional sering kunjungi di kawasan tersebut.
2. Sumberdaya alam nonhayati (abiodiversity)
Selain sumber daya hayati, pulau Papua sangat kaya dengan sumberdaya alam nonhayati, yaitu semua sumberdaya energi, sumberdaya mineral, sumberdaya air yang terkandung dalam perut bumi. Dari sudut pandang ilmu geologi, Pulau Papua terjadi 3 kali orogenesa serta tektonogenesa, sehingga sumberdaya mineral yang terkandung di dalamnya tidak mampu ditipu (dibohongin).
Sampai saat ini bukti sumberdaya alam yang sedang diekploitasi oleh perusahaan asing di pulau tersebut adalah perusahan P.T.Freeport Indonesia di timika, BIPI di bintuni & Sorong serta Perusahaan OK tadi di PNG.
Letak ekploitasi SD-mineral berupa emas, perak dan tembaga terdapat di jajarangan pegunungan new guinea (Papua) mulai dari glasberg sampai OK Tadi di PNG. Sedangkan SD-Oil diekploitasi di daerah pesisir/laut di Bintuni dan Sorong. Selain itu, di beberapa daerah di Papua yang sedang dilakukan tahap eksploitasi serta dilakukan penambangan manual yaitu; pendulangan emas topo-nabire, pendulangan emas di sepanjang sungai derewo (degeuwo) paniai. Namun, di kedua tempat itu, sering orang (LSM, masyarakat lokal) menyatakan itu, penambangan ilegal (liar), sebab menurut alasan mereka bahwa; perusahaan itu masuk tanpa ijin dan tanpa koordinasi dengan masyarakat lokal melalui dewan adat daerah (DAD), sebagai hak mutlak pemilik tanah.
Kemudian kadangkala, kedua wilayah tersebut, masyarakat lokal, LSM serta pemerhati lingkungan sering menduga, daerah tersebut adalah daerah operasi militer (DOM). Terkait dengan SDA-Nonhayati di Pulau Papua; seorang profesor Geologi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), pernah menjelaskan #PapuaItu punya apa-apa, artinya Papua mempunyai sumberdaya minreal, sumberdaya air dan sumber daya energi yang sangat kaya, sambil sang propesor itu memegang se-objek batuan sedimen (metasedimen). Saat itu kami melakukan praktikum lapangan untuk matakuliah geologi dasar, di daerah gunung botak (ransiki, manokwari), Papua barat.
B. Sumber Daya Manusia Di Pulau Papua
Sumberdaya manusia secara umum dijelaskan bahwa SDM adalah semua penduduk yang mendiami/hidup di Pulau Papua, baik yang berpendidikan maupun yang tidak berpendidikan. Dan, untuk memastikan sumberdaya manusia di pulau tersebut perlu dilakukan suatu kajian untuk dikalkulasikan jumlah penduduk (populasi penduduk) yang sebenarnya yang masih hidup dan akan hidup oleh pemerintah daerah dan para ilmuan, tanpa kepentingan apapun, seperti yang sering dilakukan oleh elit lokal menipu kuasa negara saat pemilihan kepala daerah dengan menambah-nambah jumlah penduduk secara sengaja.
1.Ulasan Budaya orang asli Papua
Namun secara latar belakang sejarah dan budaya, Papua mempunyai banyak suku, dan bahasa lokal yang sangat bervariasi. Pulau Papua adalah milik dua ras besar secara sudut pandang budaya bahasa dan antrohistoris, yaitu ras austronesia dan ras trans new guinea.
Namun ras austronesia sebagian besar mendiami pulau-pulau kecil dan bagian pesisir Pulau Papua (West Papua dan PNG), sedangkan ras trans new guinea sebagian besar mendiami di daerah dataran tinggi (pegunungan Papua dan PNG).
Walaupun perbandingan antara kedua ras ini sangat nampak pada ciri-ciri fisiknya, yaitu ras austronesia mempunyai sedikit ramput lurus bergelombang, kulit putih kecoklatan, sedangkan ras trans new guinea mempunyai ciri rambut kritin benar, kulit coklat kehitaman, dan sering menggunakan koteka dan kulit kayu.
Namun kedua ras ini sebagai satu kesatuan dalam kancah etnis/rumpun melanesia. Pada saat pemerintah belanda ada di Papua, melalui penelitian mereka secara geografis dan keseragaman budaya dan kesamaan karakter hidup sehari-hari bagi orang asli Papua. Maka, mereka (pemerintah belanda) membagi Papua menjadi 7 (tujuh) wilayah adat, agar pembangunan pemerintahan dan pendidikan muda terjanggkau, tanpa kekerasan. Ke-7 wilayah adat yang ditetapkan oleh belanda di Papua adalah Mamta, Saireri, Bomberai, Domberai, Lapago, Meepago, dan Anim-Ha.
2. Ulasan Perbandingan Penduduk orang asli Papua dan Non asli Papua di Papua
Secara keseluruhan jumlah penduduk di Pulau Papua yaitu Propinsi Papua jumlah penduduk tahun 2014 sebanyak 3,486,432 jiwa dan propinsi Papua Barat berjumlah 760,422 jiwa. Tetapi, pendataan jumlah penduduk tersebut adalah jumlah keseluruhan antara penduduk asli Papua dan non-Papua yang ada di Papua, hanya hasil pendatan itu saja benar atau tidak…? dan atau apakah ini sesuai kebenaran atau hanya yang didata sesuai kepura-puraan … ? atau apakah dikarenakan kepetingan elit lokal mencuri kuasa negara demi kepentingan partai politik, …? tanya; (Ngurah Suryawan, Doktor antropologi Universitas Papua).
Sesuai, dengan data penelitian oleh LSM lokal, nasional dan internasional bahwa, orang asli Papua semakin minoritas di atas tanahnya sendiri. Apakah soal ini benar…? jikalau benar “kasihan orang asli Papua itu sebab tidak lama lagi mereka akan punah, bila tidak dilakukan suatu penelitian dan perlindungan secara adil dan jujur, yang dilakukan oleh para ilmuan (akademisi), pemerintah, LSM dan Gereja lokal yang ada di Papua dan indonesia.
3. Sumberdaya manusia Terpelajar di Papua Tertinggal
Pada, saat ini walaupun di Papua secara kuantitas punya banyak yang tamatan SMA/SMK, D1/D2/D3, sarjana, dan pasca sarjana. Tetapi, mereka yang mempunyai kualitas ilmunya tinggi sangat sedikit dan sering mereka pun salah pergunakan oleh karena pengaruh kuasa negara (pemerintah pusat) menipu lokal (pemerintah daerah).
Salah satu contoh yang dilkukan pemerintah pusat sering dipaksa seseorang dari orang asli Papua tanpa melihat ilmu pengetahuan (kemampuan) yang dimilikinya, sering ditugaskan menjadi staf khusus presiden atau salah satu menteri di lingkungan pemerintahan pusat.
Pada hal di Papua itu, belum pernah mengabdi dan melayani masyarakat secara nyata. Penulis menjadi saksimata bahwa, selama era otonomi khsusus berlaku di Papua, banyak orang dari luar Papua termasuk pemerintah pusat sering menyatakan, semua pelajar (SD,SMP,SMA/SMK) serta para mahasiswa di Papua seluruhnya dibiayai oleh pemerintah dalam bentuk beasiswa, pada hal itu, tidak benar. Saya tahu tidak semua generasi muda yang berpendidikan di Papua dapat bantuan dari pemerintah daerah, kecuali sedikit anak-anak yang berprestasi dan itu pun dilihat hubungan latar belakang keluarga yang dekat dengan para elit lokal alias para pejabat pemerintah daerah.
Seharusnya uang otonomi khusus itu, yang layak dapat adalah anak-anak sekolah yang latarbelakang penghasilan/pendapatan ekonomi orang tuanya lemah alias petani dan nelayan. Tetapi, selama ini dana yang begitu besar yang dikasih dari pusat itu, dipake dan dinikmati kebanyakan oleh dan dibiayai sekolah anak-anak pejabat, membangun rumah tinggal yang mewah bagi para pejabat sebagai aktor utama alias elit lokal.
Makanya, pada saat ini sumber daya manusia dalam bidang pendidikan di Papua sangat lemah dan belum pernah dilihat dan dirasakan oleh para peduli pendidikan Papua. Di samping hal biaya pendidikan bermasalah, para elit lokal asli Papua dan non-asli papua yang ada di Papua sering berlomba-lomba untuk memperoleh jabatan yang tinggi tanpa sadar, dan lebih bahaya lagi itu, banyak elit lokal itu, beli-beli ijazah sarjana/pasca sarjana bahkan sampai doktor dalam waktu yang singkat diwisudakan.
Soal ini, perlu dipertanyakan dan dipermasalahkan bahwa; pelayanan kualitas pendidikan di Indonesia sudah menurun dan sangat memalukan. Maka, itu penulis usulkan perlu dilakukan pendataan dan pengelidikan oleh pemerintah pusat dan para ilmuan (kaum akademisi) pada oknum elit lokal itu, di daerah-daerah yang tertinggal di indonesia, lebih khusus lagi di Papua.
Oleh karena itu, Papua yang mempunyai SDA yang kaya-raya itu, perlu dibiayai secara adil dan jujur kepada pelajar dan mahasiswa Papua asli yang berprestasi tetapi orang tuanya petani atau nelayan. Maka, masukan dari saya buat pemerintah pusat dan pemerintah daerah perlu dilakukan suatu pendataan mahasiswa asli Papua yang sedang kuliah di berbagai perguruan tinggi di Indonesia dengan melihat prestasi mereka (mahasiswa papua), agar mempermudah persiapan SDM yang berkualitas dan siap pakai di daerah serta diupayakan untuk membiayai studi selanjutnya.
Terkait dengan hal ini, pemerintah pusat bentuk satu tim, tim itu berasal dari perwakilan dosen profesional yang ada di kampus Universitas Papua, Universitas Cendrawasih, STFT dan universitas Negeri musamus merauke serta dosen-dosen dari universitas ternama di indonesia.
Akhir kata, selamat membaca dan komentar sebagai masukan terkait persoalan ini. terimakasih semua.
*Penulis adalah Mahasiswa Teknik Geologi IST Akprind Yogyakarta.
0 thoughts on “Kaya SDA dan Krisis SDM di Papua”