Suasana saat kegiatan berlangsung di halaman asrama Mahasiswa Papua. (foto: MK/KM) |
YOGYAKARTA,
KABARMAPEGAA.COM--Mahasiswa Papua Jogja, yang dikoordinir oleh Ikatan
Mahasiswa dan Pelajar Papua Yogjakarta (IPMA Papua) gandeng Aliansi Mahasiswa
Papua (AMP) komite kota Yogyakarta, telah melangsung kegiatan panggung bersama
mahasiswa Papua, peringati 1 tahu diskriminasi terhadap mahasiswa Papua Jogja.
Kegiatan
ini diadakan karena pernah terjadi peristiwa yang tidak manusiawi terhadap
mahasiswa Papua Jogja. Diskriminasi yang sangat istimewa dalam keistimewaan Yogyakarta
yang dilakukan oleh ratusan Polisi.
Mereka
(red) memblokade pintu depan dan belakang asrama. Tidak hanya ratusan polisi bersenjata lengkap, pengepungan
ini juga melibatkan milisi sipil, seperti Forum Komunikasi Putra-Putri
Purnawirawan TNI/Polri Indonesia, Pemuda Pancasila, Paksi Katon, dan Laskar
Jogja pada 15 Juli 216 lalu.
Kejadian
itu meninggalkan luka bagi mahasiswa Papua Jogja, bahkan terhadap masyarakat Jogja sekitar asrama Papua.
Ketua
Penitia pelaksana, Paulus dalam sambutannya menjelaskan pengalaman saking
sulitnya mahasiswa Papua untuk mendapatkan Kos di Jogja. Hal itu ia pernah alaminya sejak tahun
2013, awal menginjakkan kaki di Jogja.
“Sampai
tingkatan yang spesial terjadi pada
tanggal 15 Juli 2016 lalu. Diskriminasi yang istimewa dalam keistimewaan Jogja,”
ungkap Paulus dalam sambutannya.
Kata
Paulus, kita orang Papua itu sama seperti emas yang tak kelihan karena lumpur
dan tanah. Jangan menilai kami dari kulit dan wajah, tetapi lihatlah kami
kedalam, karena hati kami seperti emas.
Kemudian,
Presiden IPMA Papua menceritakan kronologi singkat terkait pengepungan asrama
mahasiswa Papua (Kamasan I). Kemudian mengajak mahasiswa Papua untuk tetap semangat melawan
semua betuk penindasan.
Sementara
itu, perwakilan dari Lembaga Berbadan Hukum (LBH) Yogyakarta di hadapan mahasiswa Papua, mengapresiasi atas semangat dalam
memperjuangkan keadilan.
“Perjauangan
kawan-kwan masih panjang. Akan dihadapkan
dengan berbagai resiko. Salah satunya adalah diskriminasi. Diskriminasi ada
akibat perjuangan,” pungkasnya.
Dirinya
juga mengaku kalau pihak LHB akan lemah
tanpa kawan-kawan mahasiswa Papua, dalam hal mengawal kasus Obby Kogoya. “Kalian
tetap semangat memperjuangkan kebenaran,” ajaknya.
Setelah
LBH, Ketua RT 13 Miliran, Dodot, membuka acara panggung bersama mahasiswa Papua
ini.
Ia
juga sempat menanggapi tanggapan beberapa mahasiswa Papua yang seakan
menyebutkan warga Jogja mencemaskan.
“warga
Jogja mencemaskan tetapi tidak semua sama,” katanya membenarkan diri.
Dalam
kesempatan ini juga ia mengakui kalau peristiwa Kamasan I, adalah peristiwa
yang pertama terjadi sejak mahasiswa Papua datang di Jogja. Polisi dengan
jumlah yang besar, lengkap dengan atribut perang, siap siaga. Mirib seperti memburu
teroris.
“Warga
sekitar, tidak diizinkan untuk melihat keadaan di dalam asrama. Kami, RT yang
dekat dengan asrama, sudah terbiasa hidup dengan mereka. Mereka aman-aman saja.
Yang bikin takut di belakang itu bukan warga tetapi Polisi. Saat itu dibawa
Pimpinan Sigit,” terangnya tanpa ragu di hadapan mahasiwa Papua kemudian
membuat bertepuk tangan saat mendengar kalaimat tersebut.
Sementara
itu pantauan media, kegiatan ini dihadiri seluruh mahasiswa Papua yang masih ada
di Jogja. Kemudian, mereka meriakan
panggung dengan berbagai kegiatan: Drama; Vokal group; tarian; Pidato-pidato dari salidaritas orang jawa yang
peduli dengan kemanusiaan di Papua; Puisi dan Hiphop.
Liputor:
Manfred Kudiai
0 thoughts on “Mahasiswa Papua Jogja Telah Peringati Satu Tahun Diskriminasi”