BREAKING NEWS
Search

Hutan Alam Papua Menipis, Pengambilan Hasil Hutan Papua Semakin Meningkat

Alexander Gobai. FOTO: DOK PRIB
Oleh : Alexander Gobai

Sumber daya alam (SDA) papua, telah menyediakan berbagai macam kebutuhan maupun hasil alam yang beranekaragam, baik hutannya, tanahnya, maupun alamnya. Dengan beranekaragam hasil hutan yang ada, membuat sumber daya manusia (SDM) semakin kaya akan kehidupan.

Dengan adanya seluk beluk hasil hutan ini. kebutuhan masyarakat tidak pernah mengalami kesulitan dan kesusahan dalam hidup keluarga. Yang ada hanya bagaimana masyarakat berpikir untuk mengelolah hasil hutan dan alam itu sendiri. Hal ini, bisa kita katakan bahwa hutan telah hidup bersama-sama dengan masyarakat. Mereka selalu hidup berdampingan dan saling memengaruhi antarmasyarakat dan hutan alam papua. Otomatis kehidupan mereka, tidak pernah  merasa kesulitan dan kesusahan.

Akan tetapi, dengan adanya perkembangan teknologi yang sedang maju ini. mengakibatkan, masyarakat akan semakin jauh lebih mengenal yang namanya teknologi. Namun, tidak seperti itu yang muncul. Akan tetapi, masyarakat malah lebih jauh dari kehidupan teknologi.

Dengan adanya teknologi itu, malah masyarakat tidak semakin senang. Namun, mereka ingin yang sederhana saja, yang bisa membawa hasil yang baik. Tidak ada saling kontak antara manusia dengan alam. Kehidupan mereka semakin jauh. Oleh karenanya, masyarakat dan alam sudah tidak ada saling berkaitan dan bersama.

Oleh karenanya, banyak penghasilan tambang-tambang (perusahaan-perusahan) yang masuk dan merusak hasil alam papua. Terutama perusahaan yang mana mengambil hasil hutan papua dengan tanpa ijin, mengambil hasil hutan dengan tidak menusiawikan manusia dan mengambil hasil kekayaan hutan dengan sifat kekerasan. Dengan demikian, hasil hutan papua sudah semakin habis. Akibat dari itu, pengambilan hutan yang besar-besaran.

Dengan demikian, Hasil penelitian organisasi kampanye lingkungan global Greenpeace tahun 2009-2010 menunjukkan setiap tahun 300.000 hektare hutan di Papua rusak, kata Koodinator Greenpeace Wilayah Papua, Richard Charles Tawaru.

"Kerusakan hutan terparah terjadi di wilayah selatan Papua dan sejumlah daerah di Papua Barat," kata Tawaru di Jayapura, Jumat.

Ia mengatakan laju kerusakan hutan di wilayah Papua cukup mengkhawatirkan karena setelah tiga tahun luas hutan yang pada 2005-2009 mencapai 42 juta hektare lebih sudah berkurang signifikan.

Menurut data pemerintah, rata-rata deforestasi di Papua mencapai 143.680 hektare per tahun dan khusus untuk wilayah Papua Barat sampai 293 ribu hektare per tahun,(www.antarnews.com).

Akan hal ini, pengambilan hasil hutan di papau sudah semakin menyusut (www.tabloidjubi.com)/atau(http://z.tabloidjubi.com/index.php/2012-10-23-00-07-55/advertorial/6060-hutan-papua-menyusut) Apalagi banyak tambang-tambang yang masuk menguasai hutan alam papau. Contohnya di kota merauke, banyak penghasilan hutan yang diambil dari perusahaan Mife. Yang menguasai hasil tambang kaya ini, dari negara Jepan. Dari hari ke hari penghasilan yang di hasil di sana sekitar 75% banyak kaya. Bila, hal terus terjadi, maka hutan alam papua akan semakin menyusut dan punah.

Akibat dari itu semua, kehidupan masyarakat papua akan semakin tersingkir dan terbelakang. Akibat menjual tanah kesana-kemari tidak memikirkan efek yang nantinya terjadi. Bila habis menjual tanah, akibatnya masyarakat hidup dengan penuh kemisikinan. Dan pada akhirnya, kehidupan masyarakat papua sudah sangat jauh tersingkir dari perkotaan.

Dengan demikian, kehidupan masyarakat hanya bisa bergantung pada kekayaan alam pada zaman dahulu. Namun, sekarang masyarakat hanya bisa bergantung pada sifat konsumtif. Mereka tidak bisa memproduksi barang mentah menjadi barang jadi, namun hanya bisa mengonsumsi prokduksi dari orang lain. Dengan begitu, masyarakat akan  semakin terpinggir oleh pengusaha-pengusaha di luar dari papua.

Sangat jelas sekali, masyarakat papua  hidupnya sudah tersingkir dan terbelakang.  Masa depan masyarakat papua, dari hari ke hari semakin kecil. Dan tentunya, sudah sangat sulit untuk mengembalikan hasil hutan papua.  Tanah dan Masa Depan Masyarakat Adat Papua sudah semakin menipis (www.majalahselangkah.com) yang ditulis oleh Yeremias degei S.Pd.

Dengan demikian, hasil alam papua sangat menipis juga disertakan masyarakat adat papua sudah semakin sulit untuk memperjuangkan demi mengembalikan dan atau mereboisasikan kembali hasil hutan seperti duluh. Akan hal ini, kehidupan masyarakat papua sudah sangat jauh tersingkir dan terbelakang. Akibat, masyarakat yang selalu menjual tanah tanpa memikirkan efek yang akan datang. Akibatnya, kehidupan masyarakat papua sudah sangat jauh dan terbelakang.

Oleh karenanya, untuk mengatasi hal ini semua, maka pemerintah dan masyarakat adat, tidak boleh tinggal diam dan membiarkan orang lain (para penguasaha-pengusaha) yang kegiatan tiap harinya membuka tambang kayu di berbagai daerah yang masih produktif. Bila seperti itu, kekayaan alam papua akan semakin terjaga. Ini adalah tanggung jawab.

Dengan demikian, hutan papua adalah harapan kita bersama. Maka, jangan kita  menjual tanah dengan semabrang. Karena tanah dan alam papua adalah masa depan kami orang papua. Bila tanah dan kekayaan alam papua tidak ada, otomatis kehidupan kami akan jauh terbelakang.

Alexander Gobai, Mahasiswa Papua, Tinggal di Manado








nanomag

Media Online Kabar Mapega adalah salah situs media online yang mengkaji berita-berita seputar tanah Papua dan Papua barat secara beragam dan berimbang.


0 thoughts on “Hutan Alam Papua Menipis, Pengambilan Hasil Hutan Papua Semakin Meningkat