Keluarga Besar SMK Tunas Bangsa, Mimika, Papua (tengah Yerry Kogopa) |
Kita
Bisa Menjadi Seperti Apa Yang Kita Cita-Citakan!
Oleh : Yerry Kogopa
Banyak
orang takut membuat cita-cita, ia terbelenggu dengan kondisi dirinya,
lingkungannya dan orang-orang terdekatnya serta pengalaman hidupnya. Akhirnya
ia hidup mengalir begitu saja tanpa ada cita-cita yang jelas.
Cita-cita
adalah gambaran atau keinginan yang secara pribadi harus mencapainya.
Dalam
hal ini, bahwa kita harus berpikir
dengan cara pikir atau maindset kita, untuk menyukseskan cita-cita kita. Maka,
tentunya kita akan berpikir bahwa kita
akan seperti apa, mempunyai apa, siapa orang-orang tercinta yang akan
mendampingi kita, apa yang akan kita lakukan untuk mereka, punya rumah di mana,
pergi kemana, siapa yang akan menjadi kolega kita, dan semua gambaran indah
yang kita inginkan di masa yang akan datang.
Cita-cita
merupakan kumpulan keinginan-keinginan yang disusun sedemikian rupa sehingga
menjadi sebuah drama situasi diri kita di masa mendatang, sebuah mimpi masa
depan. Mungkin itu sebabnya orang barat menyebutnya sebagai dream.
Makin
jelas bahwa sebuah mimpi akan semakin mudah membayangkan bagaimana cara untuk
meraihnya, dan makin mudah pula mimpi itu menjadi kenyataan. Karena begitu
jelasnya, sebuah mimpi ada pada diri pribadi, dan bahkan bisa menggambarkan
tahap demi tahap bagaimana cara meraih impian tersebut. Setiap tahap disusun
dan direncanakan, kapan tahap pertama dicapai dan kapan tahap-tahap berikutnya
hingga ahirnya impian itu menjadi kenyataan.
Mimpi
yang tervisualisasi dengan jelas itu dalam dunia professional disebut sebagai
Vision, dan bagaimana cara meraihnya sering disebut sebagai mission, serta
kepastian tahapan-tahapan yang akan dilakukan sering disebut sebagai Strategic
Planning.
Cita-cita
atau mimpi yang diyakini dengan sepenuh hati bisa melahirkan berbagai potensi
kekuatan dari dalam diri. Pola pikir, sikap, keberanian, komitmen, perencanaan,
tindakan yang konsisten, kesabaran, keteguhan, adalah potensi yang mendukung
kita untuk meraih cita-cita. Semua potensi itu tidak akan keluar kalau kita
tidak punya cita-cita.
Cita-cita
juga menumbuhkan harapan dan doa. Doa merupakan potensi yang luar biasa untuk
meraih cita-cita. Dalam AlQuran disebutkan “Mintalah kepada-Ku(Allah) niscaya
Kuperkenan”. Kita tidak pernah berdoa kalau tidak punya kinginan atau cita-cita.Orang-orang
sukses punya cita-cita yang jelas.
Setiap
manusia punya keinginan, karena keinginan itulah yang menjadi motif dari setiap
tindakan. Keinginan bisa jangka pendek atau jangka panjang. Keinginan-keinginan
jangka pendek melahirkan tindakan-tindakan spontan, sedangkan
keinginan-keinginan jangka panjang melahirkan tindakan-tindakan perencanaan itu
yang disebut cita-cita
Orang-orang
sukses mempunyai cita-cita yang jelas, aktifitas hidupnya terrencana, ingin
menjadi apa lima tahun mendatang, terus apa yang harus dilakukan tahun depan,
bulan depan, dan minggu depan. Terlepas dari keberhasilan atau tidak, berbagai
kegiatan dan aktifitas sudah terprogram untuk menuju kepada sebuah tujuan
tertentu yang mereka sebut sebagai cita-cita.
Sebaliknya
orang kebanyakan memunyai cita-citanya kabur atau bahkan tidak punya cita-cita.
Hidup bagi mereka mengalir begitu saja tidak tahu apa yang mereka pekerjakan unutk mengejar
impian mereka.
Beranilah
melahirkan cita-cita yang hebat, kemudian serahkan kepada Allah, yakinlah
kepadaNya, karena Allah telah berfirman “…siapa yang beriman kepada Allah dan
hari akhir, dan siapa yang mengikuti perintahnya niscaya selalu dibukakan jalan
keluar”. Dalam ayat yang lain disebutkan “barang siapa yang berserah diri
kepada Allah, maka Allah akan mencukupi kebutuhannya”.
Penulis : Yerry Kogopa
Yang Sebagai Ketua OSIS SMK Tunas bangsa, Mimika, Papua
0 thoughts on “Berani Mengambil Konsekuensi Untuk Mencapai Cita-cita”