Kabar Mapega : Anakku, saat Kehadiranmu di dunia nyata ini, papa menghadapi ujian Iman yang cukup menggoncakan kepercayaan papa kepada Tuhan Yesus yang memberikan hidup ini, ketika melihatmu sekarat di dalam box Inkubator saat mendapatkan pertolongan insentif dari pihak RSUD Abepura. Hal itu akibat air ketuban yang pecah dari dalam kandungan ibumu, sehingga kamu mendapat perawatan Emergency.
Tangisanmu saat melihat papa dari dalam box Inkubator di ruang bayi RSUD Abepura, seakan menuding papa salah karena lambat dalam menanganimu melalui operasi sesar yang harus papa tempuh agar kamu bisa keluar dari dalam kandungan ibu dengan baik.
Hati papa lebih hancur lagi, ketika vonis dokter menyatakan bahwa kondisimu gawat, sehingga kamu diberi selang oksigen yang masuk kedalam hidung agar membantu pernapasan karena nafasmu sesak akibat tertelan banyak air ketuban.
Tangisanmu saat melihat papa dari dalam box Inkubator di ruang bayi RSUD Abepura, seakan menuding papa salah karena lambat dalam menanganimu melalui operasi sesar yang harus papa tempuh agar kamu bisa keluar dari dalam kandungan ibu dengan baik.
Hati papa lebih hancur lagi, ketika vonis dokter menyatakan bahwa kondisimu gawat, sehingga kamu diberi selang oksigen yang masuk kedalam hidung agar membantu pernapasan karena nafasmu sesak akibat tertelan banyak air ketuban.
Kasih Elisabet PigaiKamu mungkin saja tidak menyadari betapa hancurnya hati papa, saat melihatmu dalam kondisi yang sekarat. Papa hanya bisa menangis karena tangismu merupakan tangisanku juga, sayang. Tapi papa percaya, kamu dapat merasakan betapa nangisnya hati papa saat itu.
“Saat itu, 07 Januari 2015, pukul 16:30, kamu keluar dari dalam kandungan ibumu usai menjalani operasi sesar karena kamu tak dapat dilahirkan dengan normal hanya karena berat badanmu hampir mencapai 4 kg”
Perasaan Putus harapan pun hinggapi dalam hati papa, sehingga mengoyakan hatiku ini. Papa hanya bisa berbicara dalam hati dan pikiranku saat itu demikian,
“Tuhan Yesus, Jika anak saya ini Engkau ambil (meninggal), biarlah saya menjadi orang gila saja”.
Papa hanya bisa mengatakan dalam diri papa kalimat tersebut. Itu papa ucapakan karena secara medis kamu tak ada harapan untuk hidup lagi, sehingga tak dapat bersama sama denganmu mengarungi kehidupan ini. Begitulah vonis dokter yang menanganimu saat menjalani perawatan insentif di rumah sakit itu.
“Tuhan, apa salah saya hingga anakku yang tak berdosa ini, bisa terjadi demikian”
Itulah pertanyaan renungan papa kepada Tuhan Yesus selama dua hari kamu masih ada dalam box inkubator, saat menjalani perawatan insentif.
Dihari kedua yaitu 9 Januari 2015, papa mendapat jawaban dari pertanyaan yang papa tanyakan kepada Tuhan. Sehingga, oleh Roh Kudus, papa menemukan ada satu masalah yang belum diselesaikan.
“Hari pertama belum juga ada perubahaan, hari kedua juga belum ada perubahan hingga pukul 12 siang, Jumat, 09 Januari 2015. Padahal, papa sudah berdoa dalam diri untuk mlihat Tuhan Yesus bekerja memulihkanmu, nak.”
Setelah papa menyelesaikan persoalan tersebut dengan orang yang telah papa sakiti hatinya, papa mulai melihat mujizat terjadi. Herannya, Dalam hitungan 4 Jam saja, kamu dikeluarkan dari dalam box Inkubator ke box biasa. Padahal, 4 jam sebelumnya sewaktu melihatmu, dokter tetap menyatakan kondisimu masih kritis.
“Saat itu, 07 Januari 2015, pukul 16:30, kamu keluar dari dalam kandungan ibumu usai menjalani operasi sesar karena kamu tak dapat dilahirkan dengan normal hanya karena berat badanmu hampir mencapai 4 kg”
Perasaan Putus harapan pun hinggapi dalam hati papa, sehingga mengoyakan hatiku ini. Papa hanya bisa berbicara dalam hati dan pikiranku saat itu demikian,
“Tuhan Yesus, Jika anak saya ini Engkau ambil (meninggal), biarlah saya menjadi orang gila saja”.
Papa hanya bisa mengatakan dalam diri papa kalimat tersebut. Itu papa ucapakan karena secara medis kamu tak ada harapan untuk hidup lagi, sehingga tak dapat bersama sama denganmu mengarungi kehidupan ini. Begitulah vonis dokter yang menanganimu saat menjalani perawatan insentif di rumah sakit itu.
“Tuhan, apa salah saya hingga anakku yang tak berdosa ini, bisa terjadi demikian”
Itulah pertanyaan renungan papa kepada Tuhan Yesus selama dua hari kamu masih ada dalam box inkubator, saat menjalani perawatan insentif.
Dihari kedua yaitu 9 Januari 2015, papa mendapat jawaban dari pertanyaan yang papa tanyakan kepada Tuhan. Sehingga, oleh Roh Kudus, papa menemukan ada satu masalah yang belum diselesaikan.
“Hari pertama belum juga ada perubahaan, hari kedua juga belum ada perubahan hingga pukul 12 siang, Jumat, 09 Januari 2015. Padahal, papa sudah berdoa dalam diri untuk mlihat Tuhan Yesus bekerja memulihkanmu, nak.”
Setelah papa menyelesaikan persoalan tersebut dengan orang yang telah papa sakiti hatinya, papa mulai melihat mujizat terjadi. Herannya, Dalam hitungan 4 Jam saja, kamu dikeluarkan dari dalam box Inkubator ke box biasa. Padahal, 4 jam sebelumnya sewaktu melihatmu, dokter tetap menyatakan kondisimu masih kritis.
Kasih saat menjalani perawatan insentif di RSUD Abepura (2) |
“Mujizat itu terjadi seketika, pengampunan itu keluar dari dalam mulut orang yang telah papa sakiti. Dia mengampuniku, sehingga, papa melihat ikatan ikatan yang membelenggumu terlepas, dan kamu mendapat kesembuhan”
Anandaku tercinta, Kasih Elisabet Pigai, surat ini papa tulis untukmu agar kelak besar nanti, bisa menjadi bacaan pedoman buatmu. Ada hikmah dari dalam cerita di surat yang papa tujukan untukmu ini yakni, kita wajib mengasihi sesama kita manusia seperti diri kita sendiri.
“Jika ada perkataan dan perbuatan kita yang menyakiti hati orang lain, wajib kamu segera meminta maaf kepada siapa saja yang kamu lakukan kesalahan kepada mereka. Demikian juga sebalik, jika kamu yang disalahkan atau disakiti, kamu wajib memberi pengampunan kepada orang yang telah berbuat salah atau menyakitimu”.
Sengaja papa memberikan namamu KASIH karena papa sedang belajar memahami hal tentang cinta kasih yang diajarkan Tuhan Yesus kepada kita agar dapat melakukannya. Papa pasti akan selalu merenunginya setiap kali memanggil namamu, “Kasih” ( Kudiai M).
Tulisan Lepas ini diambil dari
Anandaku tercinta, Kasih Elisabet Pigai, surat ini papa tulis untukmu agar kelak besar nanti, bisa menjadi bacaan pedoman buatmu. Ada hikmah dari dalam cerita di surat yang papa tujukan untukmu ini yakni, kita wajib mengasihi sesama kita manusia seperti diri kita sendiri.
“Jika ada perkataan dan perbuatan kita yang menyakiti hati orang lain, wajib kamu segera meminta maaf kepada siapa saja yang kamu lakukan kesalahan kepada mereka. Demikian juga sebalik, jika kamu yang disalahkan atau disakiti, kamu wajib memberi pengampunan kepada orang yang telah berbuat salah atau menyakitimu”.
Sengaja papa memberikan namamu KASIH karena papa sedang belajar memahami hal tentang cinta kasih yang diajarkan Tuhan Yesus kepada kita agar dapat melakukannya. Papa pasti akan selalu merenunginya setiap kali memanggil namamu, “Kasih” ( Kudiai M).
Tulisan Lepas ini diambil dari
Pos 7, Sentani, 23 Januari 2015
yang telah dimuat di Humas Paniai.
Akaitai
Natan Pigai
yang telah dimuat di Humas Paniai.
Akaitai
Natan Pigai
0 thoughts on “Surat Untuk Buah Hatiku ”