"Di mepago kehidupan manusia zaman sekarang tidak aman dari pada kehidupan zaman semula."
Oleh : Lasarus Goo
Opini, (KM) --Kehidupan manusia sebagai makhluk sosial yang selalu berintraksi dengan lingkungan sekitarnya serta
memiliki kebutuhan dankemampuan serta kebiasaan untuk berkomunikasi dan
berinteraksi dengan manusia yang lain , serta bersama alam disekitar kita.
Perkembangan dengan fakta yang sedang terjadi dalam kehidupan suku Mee saat ini adalah kehidupan manusia menjadi kasasar dan mengalami gelisah dalam segala hal karena minimnya orang melestarikan/melingdungi, jatuh bangun dalam alam dan sekitarnya terutama karena sangat minimnya untuk melestarikan budaya bangsa setiap manusia (Mee) dan akhirnya terarus dalam dunia modern karena dasar akal dan budi atau budaya yang sebetulnya sebagai landasan kehidupan adalah budaya, adat isti adat telah punah.
Kepunaan Budaya diakibatkan karena adanya pemekaran Daerah tanpa atas dasar budaya, Kehadiran agama tanpa atas dasar budaya , dan kehadiran pendidikan tanpa ada Dasar Budaya. Tanpa memagari hal-hal ini modernisasi telah terjadi sehingga tidak ada nilai keseimbangannya dengan semua hal positif yang sudah ada yang berasal dari budaya.
Hanya sedikit ada harapan/punya kapasitas jika keempat kepala Daerah punya hati satu untuk bangkitkan hal ini.Karena bicara soal budaya adalah jati diri suatu suku bangsa.
Salah satu contoh yang selalu kita lihat dibagian luar indonesia dan lebih-lebih dipulau jawa jangan kaget kalau dikampus dia mengajar dengan Bahasa jawa walaupun pulau jawa punya jiwa dan mereka yang punya sejarah kemerdekaan indonesia dan sudah mereka cantumkan di bhineka tunnggal ika yang bunyinya bangsa indonesia meliki hanya satu bahasa yaitu bahasa indonesia dan ini hal yang menjadi pertanyaan bagi anak-anak rantau.
Sekarang kita mau percaya soal budaya ke orang kita semua sedikit ada, sebab ada sedikit praktek dan lebih banyak bicara. inilah yang akan menjadi masalah dan akan kita rassakan bersama dimassa kita, hanya sedikit kekawatiran bahwa soal budaya ini praktek maupun bicara tentang budaya akan tidak ada lagi. Karena fakta yang sedang terjadi tidak ada bayangan fikiran maupun tindakan untuk memberdayakan budaya /melestarikan budaya.
Dari sisi agama pendidikan,kita diserang sampai pada kepunahan budaya,lebih lagi dengan adanya pemerihan ada politik sosial,dengan adanya politik semakin jauh untuk menghitung langka kembali ke budaya kita. Karena orang yang punya kapasitas untuk melestarikan,melindungi sudah menerima dengan nilai yang lebih besar dengan modernisasi/ terarus dengan politik-politik sosial yang sedang ada di daerah (Meepago). Pada hal masih ada orang tua di daerah yang siap dan Pemimpin Daerah harus mempasilitasi mereka untuk berbicara budaya dan menunjukan ,adat isti adat pula tempat-tempat keramat ke pemimpin agar dilestarikan.
Beberapah hal yang sering dan sedang terjadi yang menjadi perhatian akan hilangnya budaya juga menjadi tindakan yang keliru dari Pemerintah Daerah. Melalui Pemerintah Daerah Masyarakat melalkukan Pesta Yuwo ,sebagai mana biasanya Persta yuwo dibuat dari hasil piarahan babi dari masyarakat tetapi pada kenyatannya Pemerintah melakukan Pesta-pesta Yuwo dengan babi piaran orang lain (pendatang) bukan pesta yuwo dari hasil karingat masyarakat setempat, beberap kampung membuat ema owaa tapi tidak memakai alang-alang asli (kadoo atau yagee) tapi pemerintah kasih uang untuk beli daun seng, disaat orang-orang yang sedang melestarikan (memegang atribut adat) budaya mee (Bunani) Masak hasil keringat sendiri (masak kadakaga nota) Pemerintah malah kasih uang untuk beli beras dan babi peliarahan pendatang.
Sehingga Semagat kerja dan hasil keringat masyarakat sendiri tidak kelihatan di pesta-pesta adat. Dilihat dari sumberdaya alam yang ada di meuwodide adalah salah satu nilai kenbanggaan tersendiri hanya saja yang menjadi persoalan budaya asing membuat masyarakat tidak ingin bekerja dan menjadi zaman manja.
Sebagai kesimpulan bahwa didaerah orang tidak menyadari akan budaya adalah Dasar kehidupan suatu suku bangsa,pemekaran kepala kampung sampai propinsi tanpa Dasar budaya,membuka pendidikan (sekolah) di berbagai daerah tanpa dasar budaya sama juga membuka gereja dimana-mana tanpa atas dasar budaya sehingga di semua sisi dikuasai oleh budaya asing sehingga yang sedang terjadi dalam kehidupan manusia (mee) adalah berantakan dalam budaya dan terarus dalam pengaruh-pengaruh luar.
Mungking hanya tinggal pertanyaan.
Siapakah yang mau bangkit dan melestarika yang di sebut Budaya itu....................?
Penulis adalah Mantan Ketua IPMANAPANDODE Yogyakarta-Solo
0 thoughts on “BUDAYA MEPAGO AMBANG KEPUNAHAN ,SIAPA PELAKUNYA ?”