Damianus Muyapa |
Oleh: Damianus Muyapa
TIMIKA, (KM)-- Kenakalan selalu ada dimana-mana tempat, baik dipulau
papua maupun di luar Papua, kelompok-kelompok kenakalan biasanya disetiap
daerah memiliki sebutan atau istilah masing-masing, kalau di Pulau Jawa
biasanya disebut Preman, di Nabire biasanya disebut Anak Terminal, Paniai Anak
Jalanan, Jayapura biasanya Anak Nakal, dan
lain-lain. Kalau di kota Timika biasanya
di sebut Anak Aibon, kata Aibon ini sangat terkenal di Kota Timika sehingga
selalu disebut-sebut di kalangan Masyarakat terutama masayarakat di Kota Timika,
Kelompok Aibon ini selalu berjalan-jalan siang dan malam tanpa membertimbangkan
waktu, baik waktu makan, minum, istrahat, dan mereka punya tempat tinggal juga
kurang jelas (KJ), kadang-kadang tidur di pinggir jalan, di pinggir toko-toko,
dan lain-lain, dengan tujuan untuk mencari dan melakukan sesuatu hal yang baik
bagi mereka, salah satunya adalah mengisap atau mencium Aibon dan dapat mencuri
orang lain punya barang baik barang yang dapat menjual di toko-toko maupun di
rumah-rumah Orang.
Mereka berpikir bahwa perbuatan ini yang mengutungkan dalam
hidup terutama memenuhui kebutuhan sehari-hari pada hal perbuatan ini paling
tidak bagus untuk masa sekarang dan masa depan bagi mereka sendiri, Anak-anak Aibon ini ada yang berumur 5, 6, 7, 8, 9,10,11, 12, tahun
dan seterusnya, umur-umur ini pantas
tidak menjadi Aibon lalu hidup tidak bersama-sama dengan Orang Tua di rumah?,
Tentu saja tidak pantas, anak-anak berumur seperti itu harus ada bersama-sama
dengan Orang tua di rumah pada setiap hari siang dan malam, dan lain pula bahwa
umur-umur ini tidak harus berpikir negatif dalam hidup namun ternyata menjadi
Anak-anak Aibon dalam Kota Timika ini.
Kenakalan selalu terjadi pada anak-anak dari
Keluarga sendiri dan lingkungan dimana anak-anak berada, Pengetahuan baik
pengetahuan yang bermanfaat bagi diri sendiri dan pengetahuan yang dapat
merugikan itu dari keluarga dan pergaulan dalam hidup.
Untuk anak
menjadi nakal (Aibon) atau tidaknya tergantung kedua orang tua, orang tua harus
memiliki kasih sayangnya terlalu tinggi, jangan mengutamakan pekerjaan untuk
mencari nafkah, itu sangat penting juga karena memenuhi kebutuhan anak-anaknya,
tetapi boleh meluangkan waktu dan kesempatan bagi anak-anaknya untuk memberi
kasih-sayangnya kepada mereka.
Lain lagi
bahwa Pemerintah membangun pembangunan fisik dan non fisik yang di lakukan pada
setiap saat terhadap Masyarakat, Pemerintah harus mengetahui juga keberadaan generasi
muda Papua pada umumnya dan pada khususnya generasi muda Timika yang sudah
menjadi Aibon harus mencari jalan bagaimana caranya untuk membina dan mendidik
dan yang belum terlibat dalam kelompok Aibon tidak masuk di dalam kelompok itu,
kalau bisa Pemerintah boleh mendirikan sebuah Yayasan untuk tempat menampung
anak-anak Aibon tersebut supaya mereka
bisa menjadi Orang berguna dan bermanfaat bagi Nusa dan Bangsa terutama
Generasi muda Papua pada umumnya dan khususnya lagi generasi muda Timika.
Demikian Pula bahwa Pemerintah harus membuka
tempat pelatihan bagi generasi muda untuk mengajarkan dan memberikan tentang
ilmu kehidupan agar mereka bisa mengerti apa dan bagaimana hidup yang
sebenarnya, baik dalam segala hal demi menghadapi di Era globalisai yang ada
dan yang akan datang ini.
Demikian yang terjadi dalam hidup bagi
generasi muda papua pada umumnya dan pada khususnya generasi muda Timika
terutama Aibon, Anak-anak Aibon bukan panggilan bagi mereka namun orang dewasa
(Orang Tua dan Pemerintah kurang adanya pembinaan dan pengontrolannya. sehingga
tanggung jawab atas anak-anak Aibon ada di tangan orang tua Kandung dan
Pemerintah.
Apabila tidak bertanggung
jawab terhadap anak-anak Aibon ini menjadi tidak Aibon dalam hidup maka
generasi muda bisa hancur baik bagi generasi muda sendiri, efeknya bisa kena keluarga,
masyarakat, Bangsa dan Negara. Misalnya anak-anak generasi muda tidak punya tujuan
hidup yang jelas, anak-anak mengalami kesulitan dalam hidup baik di sisi rohani
maupun jasmani.
Lain pula
bahwa Anak-anak dapat berpisah dengan orang tua kandung dan sebaliknya orang tua berpisah dengan
anak-anaknya, demikian pula generasi penerus Bangsa dan Negara di negeri ini
tidak berkompeten dan berkualitas pada
jaman (Era Globalisasi), oleh karena itu, Orang tua dan Pemerintah harus
berkomitmen dengan baik agar anak- anak generasi muda karakter (Character) tetap bagus, menjadi orang yang dewasa,
bisa mengatur diri sendiri dalam
hidup pada setiap saat.
Penulis dalalah Staf Dosen
Politeknik Timika Papua
0 thoughts on “Aibon-Aibon di Timika Tanggung Jawab Bersama”