Ist |
Lamanya meminta kenalan dengan
dirimu. Kira-kira 4 bulan lamanya. Meminta dan memaksakan dirimu, agar dirimu,
terima aku sebagai pasangan ceritamu. Namun, engkau kadang tidak meresponi
jawaban aku, untuk engkau pakai agar bisa memberikan jawaban yang tepat padaku.
Aku telah menilaimu selama 4
bulan lamanya itu. Banyak yang hal yang aku butat terhadap engkau. Agar engkau
melihat dan menerimaku menjadi pasangan cerita dalam hidupku ini. Namun, engkau
kadang menjadikan dirimu sebagai diri yang berprinsip yang tidak bisa menerima
orang dengan sembarang (tidak muda
menerima penawaran orang dengan semuda).
Aku bangga pada dirimu. Bangga
karena bisa memegang pribadi hidup sebagai pribadi yang berprinsip yang sudah
engkau pegang dalam hidupmu. Prinsip dalam diri itu, memang harus dilakukan. Akan
hal itu, telah merangsang diriku, seakan-akan mengajak aku untuk tidak
menghindari dari keprinsipan dirimu itu. Tetapi, justru mengajak aku untuk terus berusaha
dengan sekeras diriku agar bisa mendapatkan setulus hatimu itu.
Penilaian khusus yang ku nilai tentang
hidupmu ialah, kau orangnya terbuka, bertanggungjawab dan berprinsip.
Berprinsip juga yang sifanya positif dan menguntungkan. Penilaian khsusus itu,
malah membuat diriku tak bisa menghindari dari darimu.
Perna engkau mengatakan, ketika
aku meminta kenalan di jalan masuk kos mu. “Aku butuh waktu satu minggu untuk
menerima pertanyaanmu untuk kau jadikan aku pasangan cerita dalam hidup ini?”
pernyataan yang dikeluarkan darinya merupakan sebuah peluru yang harus aku
turuti. Dan itu memang dilakukan sebagai bahan pertimbangan antara menerima dan
tidak menerima.
Aku menunggu selama satu minggu, kira-kira lama itu.
Namun, tak ada jawaban darinya. Meninggalkan perkataan itu selama satu bulan.
Lalu ku telfon dia meminta jawaban dari darinya, berulang-ulang kali. Kata
dia,” Aku sayang dan mencintai dirimu. Tapi, aku masih belum berpikir untuk
pacaran.” Perkataan itu, tiba-tiba membunuh aku seakan tulang-tulangku terlepas
satu demi satu”.
Meskipun perkataan itu, tidak memberikan
aku jawaban yang tepat. Aku mulai berkomitmen, harus ada sebuah upaya untuk
mendapatkannya. Bahwa suatu waktu aku pasti dapatkan dirimu untuk kita jadi
pasangan cerita selamanya.
Terbentang kalimat yang diberikan
itu merupakan bukan pengakhiran perjumpaan kita berdua melalui Telfonan, SMS
dan bretemu 4 mata baik di kampus maupun di luar kampus. Pertemuan itu, dengan
sendirnya memberikan obat terhadap dirinya dan diriku, bahwa suatu waktu pasti
kita berjumpa kembali.
Setelah liburan Juni-Juli 2015, telfonan
dan SMS-an tak perna terputus. Masih tetap bertahan, seperti bertahan benteng
pertahanan pada markas yang kita tinggal. Sepertinya simbol pertahanan itu
menjadi sebuah kekuatan agar aku harus dan selalu berkomunikasi dengan dirimu
dengan komitmen aku harus mendapatkan dirimu.
Hingga pada tanggal 25 September
2015, jalin komunikasi yang memakan waktu kurang lebih 4 bulan itu. Dirinya,
menerima aku sebagai pasangan cerita dalam hidup ini.
“aku bangga bisa menerima aku sebagai
pasangan ceritanya.” Rasa bangga itu, mengukir cerita kisah yang sangat pahit.
Karena menunggu jawaban dalam 4 bulan. Seakan-akan menuggu seoarang putri raja
yang turun dari langit ketujuh” .
Namun, itulah sebuah cinta yang
harus mengorbakan segalahnya kepada dunia yang sementara dunia masih membutuhkan
pengorbanan manusia kepada orang lain.
Mulailah berjalan bersama, mengukir
sebuah kisah pada dunia ini. Saling mengenal, memberi dan membantu adalah kisah
yang mamang tak bisa hilang dalam hidup
manusia. Jadi, otomatis harus dilakukukan.
Menjalin cinta dengan dirinya,
dalam satu bulan hingga kini masih berkomunikasi adalah sebuah berkat yang
diiberikan Tuhan kepada dirinya dan diriku. Hanya dalan satu bulan saja,
kira-kira dirinya dapat mengerti apa yang sedang aku jalani hidup ini. Demikian
pula dengan diriku.
“tidak menahan dan tidak melarang
dalam hidup berdua. Biarakan hidup ini dirinya sendiri yang mengatur. Memberikan
hidup yang bebas, justru meghilangkan hidup yang sebenarnya. Tetapi, hanya ada
tiga kata yang bisa kita jalani ialah lihat, berpikir dan bertindak. Hanya
ketiga kata itu yang bisa membuat hidup merasa tenang dan sabar.
Kini, berjalan hubungan
percintaan dalam satu bulan, mulailah
aku berpikir untuk meninggalkan dirinya di kota Jayapura. Aku ingin berangkat
ke Nabire. Perpisahan itu, mengukir perpisahan aku dengan dirinya hanya
sementara waktu tidak selamanya.
Perpisahan itu, tidak memberikan
sebuah kejutan cinta terhadap dirinya. Tetapi rasa kasih sayangku sudah mengobati
dirinya untuk aku harus tinggalkan. Dan perisahan itu, membuat diriku juga
selalu mengingatkan dirinya. Seakan-akan aku berlabuh di tengah laut pasifi, dia juga ada disampingku.
Aku hanya mengatakan, aku pergi
hanya sementara waktu. Dan perpisahankita tidak akan pernah menguburkan cinta
kita kita. “Pasti aku akan balik untuk
berteman dengan dirimu. Melanjutkan perjalanan cinta bersama hingga mengukir
sejarah baru dalam hidup ini.
Hanya satu kalimat yang bisa
kuucapkan dari jauh di atas lautan bebas, samudara pasifik, I
Love You So Much.
Alexander Gobai
0 thoughts on “Perpisahan Tak Menguburkan Cinta Kita”