Oleh, Petrus Douw
Ilustrasi.Doc |
Cerpen,(KM)--Teringat seketika perjalanan hidup seorang bapak Niko, 20 tahun silam, putus sekolah karena kurang uang 100 ribu perak.
Terpaksa pulang ke kampung halaman, menika/kawin, dengan seorang wanita bernama Yulita.
5 tahun kemudian, Niko dan Yulita, mendapatkan seorang anak laki-laki pertama dan anak itu memberi Nama Nato.
Di Kampung yang menepati keluarga itu, memiliki sekolah dasar SD, sebelumnya juga, Niko seorang bapa perna bersekolah. Beberapa tahun kemudia, teman seangkatan Niko, berpulang dan ada yang suda menjadi PNS, Guru, Mantri dan lain sebagainya. Hari-hari pekerjaan Niko, bertani dan memelihara sejumlah hewan peliaran seperti ayam dan bebek. Begitu pulah, ibunya Yulita, berkebun dan memelihara hewan peliaraan.
Usia Nato sekitar 3 tahun, ia didik dan dibesarkan dalam keluaganya Niko dan Yulita. Pada usia 4 tahun, Niko, Bapaknya berusaha Nato masuk sekolah dasar SD. Selamah Nato dalam jengjang pendidikan SD, Kewajiban sebagai seorang bapa, Niko, sehari pulang dan pergi ia wajib atar jemput.
Nato usai umur ke 9 tahun, masuk pada kelas 5 SD. Nato mulai bergaul dengan beberapa teman sekola yang sudianya sama. Tentu Nato mulai mendapatkan hal-hal yang sebelumnya tidak pernah dapat. Nato suda mulai malas bantu orangtunya, ambil air, cari kayu bakar, ambil ubi dan pekerjaan rumah lain. Seorang bapak Niko, sehari pusing cari Nato, yang sering kali pulanng terlambat karena sekelompok teman bermain tempat lain. Kurang lebih 5 bulan Nato, tidak beta. Seorang bapak Niko, mencari Nato hinga tidak makan dan tidak istrahat yang baik. Ketergantungan dan pengaru dari teman sebaya itu, Nato jarang pulang kerumah satu hinga dua malam.
Bulang ke lima, seorang bapak Niko, terus menggikuti jejak seorang anak Nato yang telah berubah polah hidupnya. Ternyata Nato diajak oleh temnya belajar berbagai hal yang buruk seperi mencuri, main judi, isap roko, berpacaran hinga membawa obat-obat terlarang.
Beberapa hari kemudia Nato pulan, ke rumah dana Niko, menutup semua pintu masuk serta jendela, sambil memegan kayu dan bertanya kepada Nato.
Apa saja yang kau buat selama ini Nato, kata Niko?,
Nato jawab; tidak buat apa-apa. Kami hanya jalang berteman.
Niko bapaknya, meraba celana dan nokenya Nato, terus periksa.
Ternyata Nato membawa barang-barang yang bapaknya larang sebelumnya.
Demi kebaikan anaknya Niko, mengikat anak kedua tanganya dan pukul, sambil berkata-kata, apakah kau mau seperi bapak yang selalu bating tulang di kebun? Apaka kau mau memikul barang orang lain seperi bapa saat ini? Apaka kau mau menjadi seorang pemabuk dan anak jalanan?
Nato, biar cukup bapa yang jadi petani. Untuk Nato, punya harapan kedepan yang panjang. Saat itu juga berdua saling berpelukan dan menagis. Nato sadar apa yang ia buat ini, demi kebaikanya. Nato sadar selama ini apa yang ia buat itu, salah.
Setelah kelas 6 SD, Nato selesai dan lanjut ke sekolah menenga pertama SMP, di salah satu kota. Saat itu juga Nato berjanji, tidakan mengecewakan perjuangan seorang bapak Niko, terhadap Nato.
Sebua ceritera" seorang bapak yang hebat. Penulis adalah Mahasiswa asal Dogiyai, sedang Kuliah di Jayapura
Terpaksa pulang ke kampung halaman, menika/kawin, dengan seorang wanita bernama Yulita.
5 tahun kemudian, Niko dan Yulita, mendapatkan seorang anak laki-laki pertama dan anak itu memberi Nama Nato.
Di Kampung yang menepati keluarga itu, memiliki sekolah dasar SD, sebelumnya juga, Niko seorang bapa perna bersekolah. Beberapa tahun kemudia, teman seangkatan Niko, berpulang dan ada yang suda menjadi PNS, Guru, Mantri dan lain sebagainya. Hari-hari pekerjaan Niko, bertani dan memelihara sejumlah hewan peliaran seperti ayam dan bebek. Begitu pulah, ibunya Yulita, berkebun dan memelihara hewan peliaraan.
Usia Nato sekitar 3 tahun, ia didik dan dibesarkan dalam keluaganya Niko dan Yulita. Pada usia 4 tahun, Niko, Bapaknya berusaha Nato masuk sekolah dasar SD. Selamah Nato dalam jengjang pendidikan SD, Kewajiban sebagai seorang bapa, Niko, sehari pulang dan pergi ia wajib atar jemput.
Nato usai umur ke 9 tahun, masuk pada kelas 5 SD. Nato mulai bergaul dengan beberapa teman sekola yang sudianya sama. Tentu Nato mulai mendapatkan hal-hal yang sebelumnya tidak pernah dapat. Nato suda mulai malas bantu orangtunya, ambil air, cari kayu bakar, ambil ubi dan pekerjaan rumah lain. Seorang bapak Niko, sehari pusing cari Nato, yang sering kali pulanng terlambat karena sekelompok teman bermain tempat lain. Kurang lebih 5 bulan Nato, tidak beta. Seorang bapak Niko, mencari Nato hinga tidak makan dan tidak istrahat yang baik. Ketergantungan dan pengaru dari teman sebaya itu, Nato jarang pulang kerumah satu hinga dua malam.
Bulang ke lima, seorang bapak Niko, terus menggikuti jejak seorang anak Nato yang telah berubah polah hidupnya. Ternyata Nato diajak oleh temnya belajar berbagai hal yang buruk seperi mencuri, main judi, isap roko, berpacaran hinga membawa obat-obat terlarang.
Beberapa hari kemudia Nato pulan, ke rumah dana Niko, menutup semua pintu masuk serta jendela, sambil memegan kayu dan bertanya kepada Nato.
Apa saja yang kau buat selama ini Nato, kata Niko?,
Nato jawab; tidak buat apa-apa. Kami hanya jalang berteman.
Niko bapaknya, meraba celana dan nokenya Nato, terus periksa.
Ternyata Nato membawa barang-barang yang bapaknya larang sebelumnya.
Demi kebaikan anaknya Niko, mengikat anak kedua tanganya dan pukul, sambil berkata-kata, apakah kau mau seperi bapak yang selalu bating tulang di kebun? Apaka kau mau memikul barang orang lain seperi bapa saat ini? Apaka kau mau menjadi seorang pemabuk dan anak jalanan?
Nato, biar cukup bapa yang jadi petani. Untuk Nato, punya harapan kedepan yang panjang. Saat itu juga berdua saling berpelukan dan menagis. Nato sadar apa yang ia buat ini, demi kebaikanya. Nato sadar selama ini apa yang ia buat itu, salah.
Setelah kelas 6 SD, Nato selesai dan lanjut ke sekolah menenga pertama SMP, di salah satu kota. Saat itu juga Nato berjanji, tidakan mengecewakan perjuangan seorang bapak Niko, terhadap Nato.
Sebua ceritera" seorang bapak yang hebat. Penulis adalah Mahasiswa asal Dogiyai, sedang Kuliah di Jayapura
0 thoughts on “Cerpen : Seorang Bapak Yang Hebat”