Suasan Misa Peringati 1 Tahun Gereja KSK Meriam, Nabire, Papua. (Foto: Ist) |
Jayapura,
(KM)---Pekan suci, pada Kamis putih tanggal (24/03/16) pekan lalu, semua umat
Katolik melakukan kegiatan misa pembasuhan kaki secara tradisi katolik sebagaimana Yesus membasuh kaki murid-muridnya.
Umat
Katolik di Paroki Kristus Sahabat
Kita (KSK) Meriam, Nabire, Papua, tepat pada kamis putih, melakukan misa pembasuhan kaki secara tradisi
katolik.
Demikian, dikatakan Ketua Dewan Paroki
Kristus Sahabat kita (KSK), Nabire, Papua,
Fransiskus Tekege kepada kabarmapegaa.com,
Selasa, (29/03/16) Melalui Via Telefon.
kata
dia, berita yang dimuat tentang penghinaan
suku Mee oleh Romo Yusuf Suharyoso yang sebagai pastor Paroki KSK Meriam,
Nabire adalah pemberitaan yang tidak benar,”katanya.
“karena
kamis putih adalah misa acara pembasuhan kaki sesuai tradisi katolik. Saya termasuk salah satu
dari 12 orang umat yang dibasuh
kaki oleh Rm. Yusuf,”pungkasnya.
Sehingga,
lanjutnya, “setiap bagian misa termasuk khotbahnya,
saya sama sekali tidak
dengar ungkapan yang menyinggung martabat dan eksistensi orang atau suku
Mee,”tegasnya.
Ia
mengharapkan, jika memang ada berita seperti demikian, pasti fitnah atau
profokasi,”jelasnya.
Sementara
itu, salah satu umat yang mengikuti misa
kamis putih, Yohanes Supriyono, mengatakan, memang romo yusuf berbicara
mengenai identitas,”katanya.
“tetapi,
identitas yang tidak menyinggung harkat daan eksistensi suku Mee. Melainkan,
dijelaskan Identitas itu, dia (romo Yusuf,red)
mengajak untuk kerendahan hati Tuhan Yesus kepada murid-muridnya,”bebernya.
Selain
itu, disinggung pastor Dr. Neles Tebei Pr dan Pdt. Dr. Benny Giyai, yang
sebaagai orang Mee, tidak dijelaskan penghinaan suku Mee. Tetapi, berbicara identitas
Mee sebagai pertama Identitas adat budaya dan kedua indentitas agama.
Ia mengatakan,
saya tidak tahu yang dijelaskan romo Yusuf tentang Identitas,”pungkasnya.
Tetapi
yang jelas, kata dia, Identitas bagaimana Kerendahan Hati Yesus kepada
murid-muridnya,”Supriyono.
Sementara,
rg. Romo Yusuf Suharyoso, Paroki Kristus Sahabat Kita (KSK) Meriam, Nabire, Papua
mengatakan, saya tidak pernah mengatakan begitu,”ungkapnya.
“justru
kami dan para pendatang harus menghargai Orang Asli Papua (OAP), khususnya suku
Mee. Jangan sampai mereka jadi miskin di tanahnya sendiri,”tegasnya.
Masalah
terkaiit identitas, kata dia, saya ingat tulisan Pater Dr. Neles Tebai, Pr,
bahwa identitas orang suku Mee,”ungkap Pastor Paroki KSK Meriam itu.
“misalnya,
pertama, adat budaya atau suku dan kedua, agama,”jelasnya.
Selain
itu, kata dia, kalau ketemu orang suku Mee, asosiasinya kalau tidak bergama
katolik ya, Kingmi,”tutupnya.
(Alexander
Gobai/KM)
Informasinya bagus.
ReplyDeleteSangat tidak mungkin seorang pastor paroki berkotbah demikian pada hari raya seperti ini. Tolong teman2 penulis untuk bisa menjelaskan secara singkat bunyi kotbah yang disampaikan oleh pastor diatas. Karena bisa saja umat salah menanggapi maknanya yang disampaikan. Dan pemirsa juga paham atas informasi yang disampaikan ini.
Tidak mungkin seorang Pastor Mau Menghina..
ReplyDeletemungkin tidak benar seorang pastor mau lakukan itu, coba tanya pada umat yang ikut gereja saat itu.
ReplyDeletesemua kejadian itu yang di ketahui adalah Tuhan.