Alm. Simon Degei Seoarang Siswa Yang Ditembak Mati di Kabupaten Paniai Sejak 8 Desember 2014 (Foto: Abet) |
Jayapura,
(KM)----Ketua Yayasan Lembaga Swadaya
Masyarakat (YLSM) Wilayah Meepago, Servius Kedepa, menyatakan kembali atas
peristiwa Paniai berdarah bahwa, ada keburan masal Orang Asli Papua (OAP) di
Enarotali Kabupaten Paniai sejak 8 Desember 2014, lalu, yang harus menjadi
titik perhatian serius oleh Komnas Ham RI melalui Rekomendasi Tim Ad hoc yang
sudah dikeluarkan beberapa bulan lalu.
Kita
telah mengetahui bahwa pasukan gabungan TNI/Polri telah menembak mati di tempat
4 siswa SMA Paniai, 8 December 2014 lalu. Kurang lebih 17 Orang lainnya
mengalami luka tembak. Mereka telah dirawat di RSUD Paniai, Uwibutu. Pada hari
itu, TNI/Porli tidak menembak Orang Asli non-Papua yang berkeliaran di kompleks
TKP Enarotali.
“Tepatnya
masyarakat Internasional memperingati hari HAM Se-dunia, 10 December 2014 lalu.
Sedangkan para keluarga korban Paniai Berdarah, 8 Desember 2014 dan masyarakat
Paniai telah berkumpul melakukan pemakaman masal di lapangan sepak bola Karel
Gobai, Enarotali,” kata Kedepa yang diterima media ini melalui Press Release,
Minggu, (29/05/16).
Ia
menilai kejadian itu, pentingnya dunia
mengenal bahwa adanya beda kepentingan politik di Papua barat antara orang asli
Papua dan orang non-Papua sejak 1 Mei 1963 dan seterusnya hingga kini.
Kata
dia, mengingat pengalaman di masa lalu tentang praktek pemerintah Belanda,
Amerika, Indonesia dan PBB/UNTEA pada prosesi aneksasi Papua ke dalam bingkai
NKRI dengan cara Orang Asli Papua dipaksakan oleh militer Indonesia di bawah
pengawasan UNTEA, maka ULMWP yang telah dan sedang didukung oleh Orang Asli
Papua diminta tetap mempertahankan rasa kebersamaan dan persatuan memasuki
anggota penuh di MSG pada KTT MSG mendatang.
“Karena
Indonesia takut kekuatan dan persatuan Orang Asli Papua yang telah dirangkul
dalam wadah ULMWP atas dukungan pemerintah, LSM, Gereja, Adat dan rakyat
Vanuatu, Solomon Islands, FLINKS dan lain-lain.,”ungkapnya.
Lanjutnya,
Perjuangan OAP dalam negeri Papua tidak akan pernah mundur dari kenyataannya
untuk segera akan lepaskan Papua dari NKRI. Sekalipun Indonesia sudah pilih
bangun militerisme untuk pertahankan NKRI di Papua. Praktek GENOCIDE di Papua
memenuhi syarat lepasnya Papua dari NKRI tanpa syarat sesuai mekanisme PBB yang
berlaku.
“Perjuangan
Orang Asli Papua sudah pilih jalur damai dan dialogis perkuat pembangunan
DEMOKRASI Asia dan Pasifik. Tetapi Indonesia gagal bangun demokrasinya di Papua
Barat di depan biji mata PBB dan Tuhan Allah (Ugatame) sejak 1 Mei 1963 dan
seterusnya,”katanya.
Oleh
karena itu, kata Ketua YLSM itu, Orang Asli Papua pilih jalur diplomasi politik
mencari dukungan masyarakat international desak PBB intervensi Indonesia
tentang praktek genocide terhadap etnis Papua untuk percepat proses
dekolonisasi PBB perbaiki kesalahan mereka pasca implementasi PEPERA 1969 yang
telah dinyatakan CACAT HUKUM dan HAM standard internasional.
“Kami
juga tidak lupa menyampaikan rasa ucapan terima kasih kepada 20 Orang Uskup
Pasifik yang telah berhasil melakukan kunjungan ke Papua untuk memantau langsung
perkembangan situasinya,”tegasnya.
Lanjutnya,
kasus pelanggaran HAM Berat Papua laris terjual baik di tingkat lokal, Nasional
maupun Internasional.
“Buktinya
tuan John Anari telah berpidato di PBB sesi Hak-Hak Masyarakat Pribumi pada 17
Mei 2016, Ms Emele direktris LSM PIANGO telah menyampaikan Laporan GENOCIDE
Papua kehadapan SEKJEND PBB, Ban Ki Moon di Turki, 25 Mei 2016 dan lain-lain,”tutupnya.
(Alexander Gobai/KM)
0 thoughts on “Ketua YLSM: Terbukti Ada Kuburan Masal OAP di Enarotali Sejak 8 Desember 2014 ”