Resume
Hasil Diskusi
Moderator
: Yoseph Kowawin
Notulis : Bosko
Titit
Topik
Diskusi : Papua Dulu, Papua Sekarang dan
Papua Nanti
Tempat:
Asrama mahasiswa Tambrauw Daerah Istimewa Yogyakarta
Waktu : 18:00 hingga
selesai
Hari/Tanggal
: Sabtu,
20 agustus 2016
“Diskusi
Kali ini mengingatkan penulis akan
beberapa hal tentang Papua dan perkembangannya dari waktu ke waktu dan dari
pemimpin ke pemimpin”
Kata
Papua
Kata Papua Dulu memacu memori penulis pada cerita cerita lisan yang
diceritakan turun temurun dari setiap suku yang ada di Papua. Dan kata Papua
sekarang mengingatkan penulis pada realita yang sedang terjadi dan setiap
kejadian yang telah sedang berlansung . Kiranya mengalir seperti air akan tetapi
rasanya pahit dan manis bersamaan. Tidak bisa di pungkiri jika suatu perubahan
akan terjadi tetapi bagaimana dengan nasib orang Papua yang kian waktu terus
menurun kualitas hidupnya dan mulai muncul strata sosial yang setiap hari
semakin nampak diantara sesama Papua. Mulai dari zaman batu hingga adanya kontak
dengan budaya dan kehidupan luar.
Sebelum suku bangsa luar masuk ke Papua, orang papua dapat hidup berkelompok pada suku mereka masing
masing.
Bangsa
Luar (Asing) Masuk Ke Papua
Orang luar yang pertama kali masuk ke Papua adalah bangsa
Arab. Mereka bertemu dengan penduduk lokal dan menjadikannya budak,yang
mereka sebut Papua artinya keriting. Berikutnya suku bangsa Cina masuk lagi pada abad ke 10 hingga ke 13
setelah masehi. Mereka mencari pulau Emas. Sehingga banyak benda-benda berharga yang mereka tinggalkan, diantara Piring gantung, Guci dan banyak juga penduduk lokal yang berketurunan cina karena
adanya perkawinan campur. Benda benda itu saat ini ada yang ditinggalkan di
daerah pesisir hingga raja Ampat. Kemudian di jadikan maskawin oleh
orang-orang Papua yang berada di daerah pesisir.
Kemudian datang bangsa
portugis pada tahun 1511 sampai 1513 tapi sebatas Maluku. Pada tahun 1526 baru
portugis mendarat di Waigeo.
Mereka menyebutnya Negunea. Karena memiliki penduduk lokal yang sama
dengan penduduk yang ada di pesisir Negunea Afrika.
Berikutnya datang bangsa
Spanyol pada tahun 1528 yang masuk didaerah Supiori. Mereka juga
mencari rempah rempah dan harta karung.
Mereka menukar berbagai hal dengan rempah rempah pada suku lokal. Saat ini
beberapa peninggalan itu digunakan oleh beberapa suku di Papua sebagai maskawin
dan membayar masalah lainnya ataupun memberikan kepada orang lain sebagai
apresiasi atau semacam penghargaan atas bantuan atau pencapaiannya akan suatu
hal.
Kemudian ditemukan gunung
emas oleh Jan Carstenzs pada tahun 1623 yang hanya melihat salju abadi. Tetapi
kemudian di perkuat oleh Colijn,Jean Dozy dan Wissel pada tahun 1936. Sehingga
membawakan beberapa bukti fisik ke Eropa lalu di kaji lebih lanjut. Hal
Ini dapat di buktikan dengan adanya peta kuno tentang Pulau Papua
yang disimpan di museum Jerman hingga kini.
Dari informasi ini,maka datanglah Belanda,Inggris dan Jerman. Sehingga mereka membagi Pulau Papua
menjadi tiga klaster. Sebagian dikuasai oleh jerman,sebagian dikuasai oleh
Inggris dan Sebagian lagi di kuasai oleh Belanda. Jerman dan iggris menempati
Papua yang sekarang menjadi Papua Newguea.
Detik-Detik
Papua Dianeksasi
Belanda menempati Papua yang adalah Irian Barat dan sekarang adalah Papua dan Papua Barat. Mereka
menduduki Papua cukup lama. Awalnya mereka sudah mengembangkan pendidikan tetapi
mereka lebih mengedepankan Gloria,Gospel dan Gold. Hal ini bukan saja terjadi di
Papua tetapi beberapa daerah lainnya seperti di Afrika dan Amerika Selatan.
Dengan demikian seorang Uskup dari Afrika, Mgr.Demonds Tutu pernah berkata
bahawa Orang Barat datang membawa Gospel. Mereka mengajak kami menutup mata lalu
berdoa. Setelah mereka menyuruh kami membuka mata,Gospel ada ditangan kami dan
tanah ada di tangan mereka.
Dengan demikian, Pendidikan di Papua beberapa waktu sejak mereka
masuk masih sedikit lambat. Hingga adanya aneksasi Papua,disinilah awalnya
pemerintah Belanda mulai sadar dan mengembangkan pendidikan dengan benar. Akan
tetapi hanya sebentar
saja, setelah itu hancur lagi. Dan
yang paling lama bertahan adalah sending dan Misi namun sempat hancur juga.
Sending mencakupi bagian utara dan Misi mencakupi bagian selatan Papua. Akan
tetapi beberapa daerah Utara juga yang sempat dimasuki oleh misi karena mungkin
soal waktu saja. Akan tetapi kemudian sempat ambruk dan hancur berantakan
setelah adanya aneksasi Papua ke dalam
Pangkuan NKRI.
Setelah beberapa tahun kemudian,
adanya Penentuan
Pendapat
Rakyat
(Pepera) pada tahun 1969,
melalui itu ada guru-guru Pepera
yang datang dan ditempatkan
di setiap daerah Papua untuk mengembangkan pendidikan. Sehingga pendidikan dan
pengajaran pun berlangsung diseluruh pelosok Papua. Baik pesisir maupun daerah
pegunungan. Ini berlangsung dari tahun 1969 hingga saat ini.
Akan tetapi selama kurang lebih sudah 57 tahun, apa yang telah berubah dari Papua? Apakah
Sumber
Daya Manusia (SDM)
benar- benar sudah berkembang? Apakah lingkungannya masih tetap aman atau
sudah rusak total ? Sekiranya itu adalah cerita Papua tempo
dulu.
Setelah 57 tahun Papua bergabung dengan Indonesia, ternyata belum ada dampak yang signifikan bagi pembangunan di
Papua, baik pembangunan SDMnya ataupun pembangunan infrastruktur lainnya.
Ditambah lagi konflik berkepanjangan yang terus terjadi di Papua,
mengenai Freeport dan juga Organisasi Papua merdeka (OPM) yang hingga kini masih terus di bicarakan oleh
elite-elite politik dan juga beberapa aktivis aktivis yang peduli soal
kemanusiaan dan peka dengan lingkungan hidup di Papua.
Timbulnya
Otonomi Khusus Untuk Papua Barat
Adanya
isu-isu politik untuk Papua memisahkan
diri dari Negara kesatuan Republik Indonesia, sehingga Negara juga menggapai itu dengan serius mengadakan Otonomi
Khusus untuk Papua yang diberikan oleh Negara melalui Undang-undang Nomor 21
Tahun 2001 (Lembaran Negara Tahun 2001 No. 135 dan Tambah Lembaran Negara No.
4151) yang telah diubah dengan Perpu No. 1 Tahun 2008(LN Tahun 2008 No. 57 dan
TLN No. 4843).
UU 2001/2001 yang terdiri dari 79 pasal ini mengatur kewenangan
kewenangan Provinsi Papua dalam menjalankan Otonomi Khusus. Untuk materi lengkap
bisa dilihat di dalam UU21/2001. Selain hal-hal yang diatur secara khusus dalam UU ini,Provinsi Papua masih tetap
menggunakan UU tentang pemerintah daerah yang berlaku secara umum bagi seluruh
daerah di Indonesia.
Dengan adanya OTSUS (Otonomi khusus) bagi Papua. Papua memiliki kewenangan untuk mengatur daerahnya
sendiri sesuai dengan ketentuan undang undang yang berlaku. Pada tahun
2001,belum banyak masyarakat yang tahu tentang adanya Otonomi Khusus bagi Papua.
Sehingga dalah waktu beberap tahun hanya di gunakan sebatas kebupaten dan kota
kota yang ada di Papua. Belum sampai ke daerah daerah terpencil. Masih
sebatas elite elite politik tanpa melibatkan masyarakat luas. Dari
sinilah muncul pemekaran daerah otonomi baru yang menjamur dimana mana. Muncul
Papua Barat yang sebelumnya disebut Irian Jaya Barat (IJB). Dengan adanya IJB,
maka Papua sudah tidak sendiri lagi yang menjadi Provinsi di Papua. Tetapi sudah
menjadi dua provinsi sekarang, malah telah sedang dicanangkan untuk ada provinsi
Papua Selatan dan Papua Barat Daya.Dengan berjalannya waktu mulai dari tahun
2001 hingga 2016,sudah ada beberapa kabuapten dan kota yang menyebar di seluruh
Papua dan Papua Barat. Di Provinsi Papua barat ada 13 kabupaten kota,diantaranya
12 kabupaten dan satu kota yakni kota Sorong. Di provinsi Papua ada 29 kabupaten
kota diantaranya 28 kabupaten dan satu kota yakni kota Jayapura. Ditambah lagi
pemekaran distrik dan kampung yang terus bertambah setiap harinya. Konon,hingga
satu kampung hanya berisi satu kepala keluarga saja.
Dampak dari adanya pemekaran ini,akses masyarakat menjadi lebih
mudah, masyarakat dapat menikmati fasilitas yang di sediakan oleh Negara
dengan baik dan benar. Jangkauan transportasi juga semakin mudah dan harga
barang barang di Papua juga semakin hari semakin membaik. Artinya sudah
mendekati normal seperti daerah lainnya yang ada di seluruh Indonesia. Adanya
pembangunan infrastruktur di berbagai daerah masing masing. Ya, pokoknya soal
bangunan Fisik sudah tidak diragukan lagi. Yang menjadi persoalan saat ini
adalah dampak buruknya dari adanya pemekaran.
Hal pertama yang terjadi adalah Jumlah wilayah yang dimekarkan
berbanding terbalik dengan persediaan SDM yang akan mengisi tempat tempat
strategis yang ada dalam tubuh pemerintah daerah tersebut sendiri.
Kedua, perhatian pemerintah saat ini lebih pada pembangunan fisik
ketimbang pembangunan sumber daya
manusia (SDM). Padahal suatu daerah baru yang diperhatikan lebih utama adalah
sumber daya manusianya bukan pembangunan fisiknya. Dibangun banyak gedung yang
megah dan mewah namun didalamnya ditempati oleh siapa,apakah babi akan masuk
mendiaminya atau ayam menjadikannya tempat bertelur?
Ketiga, pemerintah daerah di beberapa daerah yang berada di Papua
lebih memilih menyekolahkan anak anak keluar ketimbang mengembangkan pendidikan
berkualitas di Papua sehingga semua anak Papua bisa mendapatkan akses pendidikan
yang bermutu dan berkualitas.
Keempat, Karena kekurangan tenaga kerja yang profesional,maka
pemerintah setempat berinisiatif untuk mengangkat yang dulunya guru SD, diangkat
menjadi kepala distrik atau kepala bidang di SKPD yang ada. Dulunya Guru SMP dan
SMA diangkat menjadi kepala dinas dan kepala seksi di SKPD yang ada.
Selain itu peredaran uang di setiap kabupaten yang ada di Papua juga
tidak seimbang dan belum ada keseriusan dari pemerintah daerah untuk membina
masyarakat untuk turut berperan aktif dalam pengembangan ekonomi. Sehingga
perputaran uang hanya terfokus pada kabupaten induk saja,tidak pada
kabupaten-kabupaten baru.
Dari semua dampak ini,sehingga mengakibatkan beberapa hal. Pertama,
hancurnya karakter anak mudah untuk berusaha dan selalu menginginkan yang
instan. Sudah tidak mau lagi bekerja dan sekolah dengan baik. Hanya yang ada
adalah setiap saat mengajukan proposal ke pemerintah daerah untuk mendapatkan
bantuan dana sosial supaya kebutuhannya bisa terpenuhi. Itu hampir dapat di lakukan
sangat rutin. hanya 10 % anak mudah yang memiliki kedasaran untuk bekerja sesuai dengan
profesinya masing-masing dan masih mau berusaha. Lain lagi hanya menunggu dana
desa dan bantuan sosial lainnya. Akibatnya muncullah mental instan dan
ketergantungan antara pemilik modal dengan masyarakat biasa. Kedua, semua guru
yang dulunya bertugas untuk mencerdaskan generasi penerus Papua untuk menjadi
tuan di daerahnya sendiri, sekarang beralih profesi sebagai kepala dinas, kepala bidang, kepala
seksi dan kepala distrik. Sehingga tidak ada lagi guru-guru yang betah seperti
dulu untuk mau mengajar dan mendidik anak anak. Sekitar 60%-90% sekolah sekolah di Papua dari
SD hingga SMA mengalami kekurangan guru. Bahkan ada sekolah yang sama sekali
tidak mempunyai guru. Ini terjadi sebaliknya, jumlah muridnya banyak tetapi
tenaga gurunya tidak ada. Sehingga generasi dari tahun 2001 hingga 2016 saat ini
sedang berada dalam abang kehancuran. Papua telah kehilangan beberapa generasi emas.
Terjadi
Transmigrasi Yang Berlebihan
Kehilangan identitas anak Papua,hanya namanya saja tetapi dirinya
bukan lagi anak mee atau anak miyah atau anak Moni dll. Ditambah lagi syok
kultur yang sedang berlangsung. Menyebabkan kehancuran yang benar benar sedang
berlangsung. Ini adalah masalah yang
telah sedang terjadi di seluruh daerah di Papua.
Kedua adalah mengakibatkan menurunnya daya saingnya masyarakat lokal
Papua dalam dunia bisnis. Hal
ini ditinjau dari berbagai bidang, tidak hanya pada bisnis yang dalam hal ini adalah ekonomi. Coba teman-teman
tanyakan, ada berapa orang Papua yang punya Toko,
Bengkel,
Warung makan,
Restoran,
Kedai kopi,
Hotel,
dll. Pasti jawabannya adalah hanya sedikit. Bahkan ada sektor yang tidak ada sama sekali. Ini khan miris, bagaimana bisa mewujudkan ungkapan yang mengatakan kalau harus jadi
tuan di negeri sendiri. Sekitar 99,9% perekonomian di Papua di kuasai oleh orang
orang non Papua. Diantaranya yang duduk pada Peringkat pertama dalam
BBM (Bugis, Buton dan Makasar). Setelah itu disusul Jawa dan suku suku lainnya yang datang
ke Papua. Ketiga adalah rusaknya lingkungan di Papua. Dalam hal ini kultur dan
hutan maupun lahan yang ada. Dengan adanya DOB (Daerah Otonomi Baru) hutan harus
di tebas, tanah harus di gali dan di pindahkan untuk mendapatkan lahan yang
ideal. Kemudian di bangun kantor kantor dan gedung gedung lainya. Selain itu
pembukaan lahan baru untuk pemukiman. Ditambah lagi untuk meningkatkan PAD
(pendapatan asli daerah) maka pemerintah setempat menggunakan potensi alam yang
ada seperti hutan dan tambang untuk mendobrak PADnya. Ini tentu menyebakan
kehancuran yang sangat besar. Sehingga menipisnya hutan di Papua setiap tahun
semakin bertambah.
Aksesnya bertambah baik maka arus imigran local dari luar pulau Papua
dan arus urbanisasi lokal ke kota kota induk juga semakin besar. Imingran lokal yang masuk ke Papua juga
semakin besar sehingga terjadi perpaduan budaya yang menimbulkan lahirlah budaya
baru. Tentu orang Papua sendiri belum siap untuk menerima dan menjalankan. Akibatnya
banyak keganjalan yang terjadi. Terakhir adalah mental PNS yang terus menjamur.
Akan tetapi tidak di imbangi dengan softskill yang memadai. Sehingga meskipun
banyak orang Papua yang menjadi PNS atau DPR tetapi regular dan segala bentuk
pekerjaan lainnya dengan mudah di markup oleh oknum dan pihak tertentu. Orang
Papua sendiri menyadari itu dan ada jga
yang tidak menyadari itu. Akan tetapi yang menyadari tidak berdaya untuk
mengambil yang semestinya menjadi bagiannya. Kalau boleh di bilang,yang menjadi
team ahli Bupati bupati dan Gubernur Gubernur di Papua hanya sedikit orang yang
berasal dari Putra dan putri asli daerah.
Selain dari itu adalah orang luar yang datang untuk sekedar
menyambung hidup di Papua tapi dengan skill (keahlian) yang mereka miliki untuk
bisa menjawab semua itu. Dalam kasus seperti ini orang asli Papua tidak bisa
mempermalaskan dan memperdebatkan itu, karena realita telah
berbicara.
Dari beberapa masalah yang terjadi bisa dapat di katakan bahwa
pemerintah belum serius untuk menangani masalah pendidikan di Papua yang terus
memburuk dari tahun ke tahun. Pendidikan karakter generasi Papua terus memburuk.
Pemerintah juga kurang memperhatikan ekonomi kerakyatan yang semestinya di
bangun untuk bisa menjawab persoalan ekonomi masyarakat Papua secara khusus
pribumi yang ada. Selain itu, pemerintah tidak dengan secara serius menjaga dan
melestarikan hutan hujan tropis Papua sebagai bagian dari gerakan peduli
lingkungan dan mengurangi gas rumah kaca yang terus meningkat. Setiap harinya
hutan di Papua terus berkurang dan musnah. Tentu yang berdampak terhadap
kehidupan makluk hidup lainnya, seperti burung burung, binatang- binatang
berkantong,ikan ikan dan reptile lainnya yang ada. Mungkin suatu waktu hanya tinggal cerita pada
anak cucu kalau Papua pernah melimpah susu dan madu alias surga kecil yang jatuh
ke bumi dan ada cerita kalau Papua pernah ada cendrawasih.
Semua ulasan itu adalah kondisi Papua sekarang.
Bagaimana dengan perkembangan Papua nanti?
Ini menjadi pertanyaan yang
Patut direnungkan oleh setiap generasi penerus Papua. Mungkin Papua nanti lebih
baik dari Papua sekarang?
atau lebih buruk dari Papua sekarang dan Papua dulu. Yang menjawab
semua ini adalah generasi penerus yang ada. Tentu ada beberapa hal yang di
anjurkan untuk pemerintah agar dapat memperhatikan Papua sekarang untuk dapat
menjawab Papua nanti.
Untuk
itu, hal yang pertama
diperhatikan adalah disisi pengembangan sumber daya manusia harus diutamakan dengan semaksimal
mungkin. Dengan mendatangkan tenaga tenaga pengajar profesional dari berbagai
daerah untuk bisa mendidik dan mengajar generasi penerus di Papua. Tidak
lupa,mengangkat kembali kearifan lokal untuk di tanamkan pada setiap anak didik
yang ada. Kelak soft skillnya bisa terjawab. Bukan dengan setiap waktu mengirim
anak anak Papua untuk kuliah dan belajar di SMP dan SMA dan atau ada beberapa orang tua yang
mengirimkan anak anaknya untuk sekolah di Luar Papua,akan tetapi harus membenahi
sekolah sekolah(pendidikan) yang ada di
Papua agar bisa menjawab persoalan persoalan yang ada.
Selain itu sistem pendidikan di Papua harus segera di perbaharui.
Jangan hanya lebih mengitikberatkan pada konseptual dari pada kreativitas.
Melainkan harus mengimbangi antara konsep dan kreativitas, sehingga bisa
seimbang. Jika terus mengirim anak -anak untuk sekolah di luar Papua maka rasa
nasionalisme sebagai anak anak Papua akan tempat kelahiran dan tanahnya pasti
berkurang. Malah suatu waktu akan hilang. Ketika mereka sudah dewasa, mereka
akan merasa rindu dan kangen pada tempat dimana mereka menghabiskan masa kecil,
remaja dan dewasa bukan kangen pada tempat yang sebenarnya menjadi miliknya,
yakni Tanah Papua negeri seribu satu surge. Itu akan berdampak pada sumbangsi
dan kepeduliannya pada tanah airnya.
“Hanya orang yang punya uanglah yang bisa berbicara.” Ungkapan ini
tentu cocok sekali dengan situasi sekarang yang ada di Papua. Ekonomi di Papua
harus di perbaharui dengan baik dan benar.
Pemerintah sebaiknya membuat peraturan daerah(perda) khusus yang
melindungi pengusaha pribumi. Dan mendorong dengan berbagai pelatihan pelatihan.
Tentu tidak terlepas dari bimbingan dan keseriusan mendidik dan membina. Agar
tumbuh pengusaha pengusaha mudah yang mampu bersaing dengan pengusaha lainya
yang berada di tempat lain. Terutama yang berada di lingkup Papua. Karena
realita saat ini hanya sedikit orang papua yang bisa berbisnis. Mereka lebih
dominan pada konsumtif dari pada menghasilkan sesuatu yang mendatangkan
(income). Disini harus ada keseriusan dari pemerintah agas semua ini bisa
terjawab, dan Papua nanti tidak seburuk Papua sekarang dan Papua
dulu.
Selain itu peran mahasiswa Papua sebagai agent of change dan Moral
Force harus di kedepankan. Selama ini mahasiswa Papua mungkin lebih
fokus pada satu aspek saja,sebaiknya juga dapat mengawasi setiap
kebijakan dan regula tentang peraturan daerah yang dibuat oleh pemerintah
daerah. Agar perkembangan Papua kedepan bisa dapat di prediksi dengan pasti.
Jika mahasiswa tidak aktif mengawal semua ini maka akan tinggal kenangan suatu
saat nanti. Ingat! Papua membutuhkan orang orang yang bekerja dengan hati dan
nurani. Mahasiswa harus mengawal dan mengawasi maupun melakukan perubahan kecil
kecil di daerahnya masing masing.
Catatan:
Tulisan ini dirangkum dari hasil diskusi rutin mahasiswa
Tambrauw
Daerah
khusus. Papua dan Papua Barat (Wikipedia Indonesia)
Resume
Hasil Diskusi Lepas Mahasiswa Tambrauw Daerah Istimewa
Yogyakarta
(Manfred Kudiai/KM)
0 thoughts on “Papua Dulu, Papua Sekarang dan Papua Nanti”