Foto, Ilustrasi Google/KM |
Oleh: Frans Pigai
Opini, kabarmapegaa.com-- Berbicara pilihan tentu merupakan sebuah pilihan dalam menentukan keberhasiloan sesuai dengan visi dan misi yang melekat pada kehidupan manusia itu saendiri. Komitmen pada suatu pilihan akan mewujudkan perubahan pada sebuah pilihan yang sudah di tanamkan dalam kehidupan secara diri pribadi, itulah yang akan menghasilkan kesuksesan dan pembawaan diri pada perubahan pilihan tertentu.
Perubahan adalah sebuah pilihan. Jika kita sering mendengar istilah status qua, konservatif, stagnan, kolot; istilah ini tentunya tidak ada dalam kamus berpikir seorang revolusioner.
Seorang revolusioner yang hendak melakukan perubahan pada dirinya, menyadari bahwa perubahan perubahan yang berlaku pada dirinya adalah sesuatu hal yang dinamis, terus bergerak ke berbagai sector kehidupan, sekalipun hal hal yang bersifat prinsip tidak dilanggarnya.
Perubahan bagi seorang revolusioner adalah bahwa hari ini harus selalu jauh lebih baik dari hari sebelumnya, di sini lah cirri cirri seorang revolusioner, di mana ia selalu dinamis dalam menghadapi setiap persoalan hidup, baginya perubahan adalah proses bukan sebuah tujuan. Dan semua ini adalah sebuah pilihan sadar, sebuah pilihan yang mengandung banyak resiko diskriminasi social, pemenjaraan bahkan kematian adalah resiko sebuah perubahan bagi dirinya.
Perubahan adalah sebuah proses. Dalam catatan berpikir seorang revolusioner, perubahan yang dilakukannya adalah sebuah proses, proses menjadi sesuatu yang jauh lebih baik, tidak penting menjadi apa, namun selama kebaikan menjadi hasil dari proses yang dilakukan maka itu jauh dari cukup.
Seorang revolusioner memandang bahwa perubahan yang dilakukan bukanlah pekerjaan singkat, sehingga ia bersungguh sungguh dalam mengupgrade diri, berinteraksi dengan aktivitas kebaikan, dan terus menerus melakukan perubahan.
Seorang revolusioner adalah pembelajar sejati. Pembelajar sejati adalah seseorang yang senantiasa berpikir dan berikhtiar dalam melakukan banyak agenda perubahan, baginya menuntut ilmu tidaklah sebatas kebutuhan formal untuk sekedar diakui oleh lingkungan social, melainkan bahwa pembelajar sejati itu adalah mereka yang berhasil memformat diri secara terus menerus untuk melakukan sebuah proses perubahan.
Pembelajar sejati tidaklah selalu dimaknai dengan banyaknya buku bacaan di rumah, melainkan seberapa besar interaksinya dengan ilmu pengetahuan, termasuk di dalamnya berinteraksi dengan buku.
*) Penulis adalah Mahasiswa Papua
0 thoughts on “Komitmen Terhadap Pilihan”