![]() |
FRI-West Papua dan AMP.Ist |
Dalam aksi kali ini, sedikitnya 30an massa unjuk rasa yang terdiri dari mahasiswa, FRI-West Papua dan AMP dengan membawa spanduk serta brosure yang berisi tuntutan dan gambar BK. Aksi unju rasa berlangsung dari Pukul 14.00 - 17.00 WIT . Aksi ini dilakukan saat pelapor khusus PBB yang ke Papua ini mengadakan konferensi pers di Gedung PPB Jakarta pusat.
Surya Anta Ginting, Humas dari FRI-West Papua, menegaskan hukum mengatakan pada Kegagalan PBB dalam menjalankan mandatnya untuk memastikan penentuan nasib sendiri bangsa West Papua pada tahun 1969 berdampak panjang hingga saat ini.
“Pepera yang dilaksanakan di bawah pengawasan PBB, berjalan dengan penuh kecurangan. Bangsa West Papua dijanjikan bahwa tiap orang bisa memilih, namun nyatanya hanya 1.026 dari sekitar 800.000 orang yang bisa memilih saat itu,” jelas Jubir FRI-West Papua Jakarta ini.
Ia menjelaskan, Orang-orang yang bisa memilih itu pun dipilih dan di bawah todongan senjata militer Indonesia. “Maka dari itu, Pepera tidak sah , karena tidak sesuai dengan ketentuan internasional dan tidak mewakili keinginan bangsa West Papua yang sesungguhnya,” tegas Surya Anta kepada media ini.
Sementara itu, tulis dalam penyataan sikap, berbagai aksi brutal militer Indonesia berlanjut. Pada dekade 1980an hingga1990an, tepatnya 26 April 1984, terjadi pembunuhan terhadap tokoh nasionalis Papua, Arnold Clemens Ap. Pembunuhan itu disertai pengungsian besar-besaran ke Papua New Guinea (PNG).
![]() |
Saat salah satu anggota FRI-West Papua menyampaikan orasinya di depan massa aksi, di depan Gedung PBB Jakrta Pusat, Jln.MH.Thamrin Jakarta.(Foto: Doc.AMP Jakarta) |
Selain itu, terjadi juga penangkapan terhadap aktivis KNPB Wamena dan penembakan kilat terhadap Kordinator Komisariat Militan KNPB Pusat Hubertus Mabel pada tanggal 16 Desember 2012 di Wamena. Pada Tanggal 8 Desember 2014 terjadi pembunuhan luar biasa, yang masuk kategori pelanggaran HAM berat, di paniai oleh TNI-Polri yang mengakibatkan 22 orang masyarakat sipil, di antaranya 5 Orang siswa SMA, meninggal dunia, dan 17 lainnya luka-luka kritis.
Sementara itu, dari tempat yang sama, Humas AMP, Frans Nawipa, kepada media ini, Senin, (03/04/2017) via Fb mengatakan, dengan adanya kegagalan PBB dalam menyampaikan aspirasi saat Pepera berlangsung di alung-alung selatan Yogyaarta. Untuk itu, FRI-West Papua bersama AMP menuntut PBB.
![]() |
atrassi saat asi. |
Katanya, selain itu, minggu ini bangsa West Papua kedatangan Pelapor Khusus PBB tentang Kesehatan.
![]() |
Suasana saat Polisi hadang massa aksi. |
Liputor: Yudas Nawipa
Editor : Manfred/KM