Oleh : Alexander Gobai
Mama-mama Papua Jualan di Pinggir Jalan |
Kehidupan mama-mamaku papua sensitif
dengan jualan, guna memenuhi kebutuahan hidup berkeluarga. Tiap hari kegiatan
mereka, hanya berjualan di pasar. Akan jualan itu, guna mewujudkan kebutuhan
keluarga mereka. Mereka sangat mengaharapkan bahwa dengan melalui jualan itu,
akan menjamin semua keterbatasan-keterbatan dalam perekonomian keluarga mereka.
Tiap hari, mama-mamaku Papua
mengeluarkan keringat, hanya menjual jualan mereka di pasar demi mendapatkan
uang. Mereka sangat kelihatan lelah dan cape. Namun, karena situasi
perekonomian keluarga mereka sangat lemah dan terbatas. Maka, mereka gunakan
tenaga mereka untuk berjualan. Hanya untuk mendapatkan uang.
Jualan salah satu prodak atau alat
penghasilan uang. Dimana jualan ini, boleh dikatakan Usaha Kecil Menengah
(UKM), dari mama-mamaku papua. Mereka selalu mencari dan mencari, bagaimana
saya bisa mendapatkan uang, sehingga saya bisa memperbaiki perekonomian
keluarga saya sementara terjadi keterbatasan dalam keluarga. itu yang ada dalam
pemikiran mereka.
Namun, sangat disayangkan sekali,
betapa buruknya menempatkan jualan mereka di pinggir jalan. Apa gunanya jualan
mereka, hanya ditempatkan di pinggir jalan. Hal itu kan, sangat tidak
memanusiawikan, bukan? Keprihatinan ini, sangat membuat duka di batin
mama-mamaku papua.
Jika dilihat-lihat dari latar
belakang pemilik tanah. Merupakan hasil tanah dari orang papua dan ini miliknya
orang papua, bukan milik orang lain. Namun, mengapa mama-mamaku papua, terlihat
terdampar dari realita yang ada. Malah mereka menjual di pinggir jalanan.
Sangat disayangkan sekali melihat mama-mamaku papua.
Sedangkan yang bukan pemilik tanah
papua atau yang bukan asli orang papua. Malah mereka yang mendomisasi
tempat-tempat jualan mama-mamaku papua. Mereka menguasai tempat jualan orang
papua. Hal ini, sangat tidak memanusiawikan, bukan?
Memang semua punya hak, untuk
menempatkan dirinya terhadap lokasi jualan. Namun, jika dilihat mengapa
mama-mamaku papua selalu dipinggirkan dari hal demikian. Padahal, mama-mamaku
papua, sangat mengharapkan bahwa kami juga harus punya lokasi tempat jual yang
aman, sehingga kami bisa merasakan keindahan untuk menjual hasil kami. Itu yang
dipirkan dari pemikiran mama-mamaku papua.
Jangan ada orang yang berkuasa dan
mendominasi pasar. Dimana orang yang berkuasa itu, tidak memunyai hak, untuk
mengatur manajeman di dalam pasar. Dan tidak ada orang yang berkuasa atas
tempat-tempat (lokasi-lokasi) jualan. Hal ini, jika dianggap seperti itu! Maka,
kehidupan pasar, akan terlihat satu jenis penjualan saja. Misalnya dari suku
bugis, ketika ia berkuasa tempat-tempat pasar. Maka, akan terlihat satu jenis
suka saja yang akan menjual penghasilanya. Dan ketika terjadi hal itu,
tentunya, akan terjadi kontak sosial yang tidak sehat antarsesama kan bukan?
Oleh karenya, dominasi dan
mendominasi tidak boleh di tetapkan di pasar. Sebab, akan terjadi kontak yang
tidak sehat nantinya.
Dengan demikian, mama-mamaku papua,
merasakan seperti demikian. Sebab, ada dominasi dan mendominasi dari
pihak-pihak tersebut, sehingga mereka menjual jualan mereka di pinggir jalanan.
Tiap hari aku melihat itu, aku
kadang-kadang memikirkan, apa gunanya ada kabupaten dan bupati yang mimimpi
kabupaten itu. Mengapa tidak diperhatikan mama-mamaku papua yang sementara
masih berjualan dipinggir-pinggir jalan. Salah satu contohnya di pasar KPR,
Nabire, Papua.
Disana kehidupan mama-mamaku papua,
sangat memperihatinkan. Mereka jualannya di pinggir-pinggir jalanan tiap hari.
Sangat disayangkan sekali. Hanya karena kegiatan jualan itu saja. Mareka selalu
,mengeluarkan keringat guna mewujudkan perekonomian keluarga mereka.
Akankah, para pemerintah bisa melihat
realita yang terjadi dan sedang terjadi di tanah papuaku. Lebih khususnya di
Kabuaten Nabire. Jika pemerintah bisa mengatur sesuai dengan visi-misinya yang
berlaku. Dan hal itu, bila dipertegas. Tentunya akan baik.(Bedei Kigiba/SA)
0 thoughts on “Mama-mamaku Papua, Jualan di Pinggir Jalan”