Foto : Bendera AMP/Ils |
Ketiga aktivis AMP yakni Piyan Pagawak, Roy Kogoya dan Aminus Tinal. Pagawak adalah seorang Ketua AMP Komite Kota
(KK)Bandung. Dan Kogoya adalah seorang Bendahara KK Bandung. Sedangkan,
Tinal adalah salah satu anggota AMP KK Bandung. Ketiganya adalah
mahasiswa yang sedang kuliah di Bandung dan di kampus yang berbeda-beda.
Tanpa
menunjukan surat penangkapan, tanpa Pemberitahuan,tanpa bertanya
terlebih dahulu, PASPANPRES langsung menyeret dengan kasar serta
membawa ketiga Aktivis AMP ke luar dari badan jalan. PASPANPRES
juga menyita barang bawaan ketiga Aktivis AMP yaitu:
- Handphone (3 Buah)
- Dompet (3 Buah)
- Noken Papua (1 Buah)
- Baju kaos bergambar bendera organisasi AMP (1 Buah)
- Buku bacaan umum (2 Buah)
- Buku tulis (3 buah)
- Ballpooint (3 buah)
Setelah
melakukan penyitaan, PASPANPRES mengarakan ketiga Aktivis AMP ke
Polsek Kebon Kawung untuk diserahkan ke Polrestabes Bandung Kota.
Polrestabes melakukan penahanan sewenang-wenang selama sembilan jam
dengan alasan untuk kepentingan interogasi. Polrestabes Kota Bandung juga
tidak memenuhi hak ketiga aktivis AMP untuk memilih pengacara Hukum.
Selain itu, Polrestabes Kota Bandung juga melakukan interogasi
terhadap ketiga aktivis AMP tanpa meperoleh haknya untuk mendapat
pendampingan hukum selama proses interogasi.
Satu minggu
sebelum PASPANPRES dan Intelijen melakukan penculikan, penangkapan dan
perampasan hak milik terhadap tiga Aktivis AMP, beberapa Polisi dan
Intelijen terus mendatangi mahasiswa-mahasiswa asal Papua yang tinggal di
rumah-rumah kontrak dan Asrama Mahasiswa Papua.
“Apakah mahasiswa Papua akan melakukan demo saat Konfrensi Asia Afrika (KAA) berlangsung?”.
“Apakah Aliansi Mahasiswa Papua akan memobilisasi massa?”.
“Apakah AMP akan mengibarkan bendera Bintang Kejora?”.
“Bagaimana sikap AMP terhadap Konfrensi Asia Afrika yang akan segera dilaksanakan?”.
Para
Polisi dan Intelijen melakukan teror dan intimidasi terhadap mahasiswa
Papua dengan cara mendatangi rumah-rumah kontrak dan asrama-asrama
Mahasiswa Papua untuk terus menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang sama
secara berulang kali.
Seorang Aktivis AMP di Komite Pusat
(KP) AMP yang namanya tidak mau disebutkan, juga merasa tidak nyaman
karena terus mendapatkan panggilan masuk lewat handphone dari seorang Intelkam untuk menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang sama secara berulang kali.
Lembaga
Bantuan Hukum (LBH) Bandung yang melakukan pendampingan hukum terhadap
Aktivis AMP juga mendapatkan ancaman agar tidak melakukan pendampingan
hukum bagi Aktivis AMP.
Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) sebagai Negara anggota dan yang menjadi tuan rumah
Konfrensi Asia Afrika (KAA) yang diselenggarakan pada 23 -24 April 2015
di Jl. Asia Afrika – Bandung, membuat Pemerintah Indonesia membiarkan
aparat negaranya melakukan represifitas terhadap mahasiswa Papua secara
umum, AMP dan LBH Bandung yang melakukan pendampingan hukum terhadap aktivis AMP.
Tindakan-tindakan represif dan militeristik
tersebut merupakan upaya-upya sitematis negara Indonesia dalam melakukan
teror dan intimidasi sebagai upaya pembungkaman ruang demokrasi dan
pembungkaman terhadap kekritisan mahasiswa Papua dan masyarakat Indonesia
pada umumnya.
Aksi Lompat pagar tiga aktivis AMP ke dalam
Kedutaan Besar Australia di Denpasar-Bali pada tanggal 8 Oktober 2013
ketika Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) APEC sedang berlangsung, tentu
merupakan sebuah pengalaman“buruk” tak terlupakan bagi Negara Indonesia.
Aksi lompat pagar saat itu bertujuan untuk meminta suaka politik kepada pemerintah Australia akibat penindasan Militer
Indonesia yang semakin masif dan terorganisir di Tanah Papua.
Melihat
dan mengalami penindasan militer yang tak pernah jedah terjadi di
seluruh Tanah Papua dan di seluruh Indonesia maka dengan tegas, kami
Aliansi Mahasiswa Papua menyatakan sikap politik kepada seluruh kaum tertindas di dunia, kepada Rezim Jokowi-Jusuf Kalla dan Negara-negara anggota
KAA,bahwa:
- Aliansi Mahasiswa Papua menolak dan melawan segala bentuk penindasan dan penghisapan terhadap manusia di dunia.
- Aliansi Mahasiswa Papua mendukung penuh kemerdekaan rakyat Palestina.
- Aliansi Mahasiswa Papua mendukung penuh semua perjuangan Kemerdekaan bangsa-bangsa lain di seluruh dunia.
- Aliansi Mahasiswa Papua mendukung tanpa syarat Penghapusan Kolonialisme didunia.
Sehingga Aliansi Mahasiswa Papua menuntut kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia, agar:
- STOP melakukan penculikan, penangkapan sewenang-wenang terhadap seluruh aktivis Papua dan aktivis Pro Demokrasi di Seluruh wilayah Indonesia!
- STOP melakukan teror dan intimidasi terhadap semua aktivs Aliansi Mahasiswa Papua dan aktivis Pro Demokrasi lainya seperti; (LBH) Bandung!
- SEKARANG JUGA, berikan Hak Menentukan Nasib Sendiri bagi rakyat Papua dan Demokrasi yang seluas-luasnya bagi rakyat Indonesia!
- SEGERA, negara-negara anggota Konferensi Asia Afrika (KAA) menghapuskan segala bentuk kolonialisme di wilayah jajahannya masing-masing!
Demikian situasi penindasan militer yang kami alami serta Pernyataan Sikap Politik dan Tuntutan Aliansi Mahasiswa Papua.
KETUA UMUM
ALIANSI MAHASISWA PAPUA
JEFRI WENDA
0 thoughts on “Pernyataan Sikap AMP Atas Penangkapan Tiga Aktivis di Bandung”