 |
| Tambang Freeport. |
Jakarta, (KM)—Pengusaha tembang di Freeport boleh saja tersenyum atas keberadaan tambaga yang selalu menghasilan emas, timah dan nikel di freeport, timika, papua. Atas dasar itu, pemerintah memberikan kelonggaran terhadap berbagai Negara yang akan dijadikan bahan Ekspor dan Impor.
Dengan adanya alasan itu, ada beberapa hal yang menjadi revisi eskpor dalam pengoperasaian di tambang Freeport.
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dede I Suhendra menjelaskan ada beberapa revisi aturan ekspor ini yang akan dijalankan, selasa (13/01).
Alasan pertama : pemerintah akan memasukkan produk akhir bauksit yaitu propan, berkadar Al minimum 78% ke dalam daftar mineral yang boleh diekspor. Dengan tambahan itu, kini ada empat jenis produk akhir bauksit yang boleh diekspor ke luar negeri,”seperti yang dirilis tribunnews.com
Kedua : pemerintah akan mengubah nama konsentrat pasir besi menjadi konsentrat besi. Pertimbangannya, selama ini penamaan konsentrat pasir besi menghambat ekspor karena pencatatan harmoni sistem (HS) di Kementerian Perdagangan produk ini justru dimasukkan ke dalam kategori konsentrat ilmenit atau konsentrat titanium. Akibatnya, mereka terkena harga patokan ekspor (HPE) yang lebih mahal.
Ketiga: Kementerian ESDM akan mengubah penamaan pasir zirkonium dengan memasukkan kandungan hafnium (Hf). "Kami mempertimbangkan kondisi lapangan banyak pengusaha tidak bisa ekspor, sehingga kadar minimumnya kami ganti menjadi Zr+Hf 65,5%," ujar dia.
Keempat : kadar mineral non-logam bentonit diturunkan. Kelima, kadar minimum produk samping tembaga batangan, yakni tembaga telurit akan diturunkan.
Sementara Direktur Utama Indoferro, Radius Suhendra, berharap pemerintah tak mengubah lagi regulasi ekspor mineral karena bisa mengganggu investasi. "Jangan sampai produk ore dibuka lagi, karena bisa mengganggu rencana usaha,"katanya.(001/KM)
Dengan adanya alasan itu, ada beberapa hal yang menjadi revisi eskpor dalam pengoperasaian di tambang Freeport.
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dede I Suhendra menjelaskan ada beberapa revisi aturan ekspor ini yang akan dijalankan, selasa (13/01).
Alasan pertama : pemerintah akan memasukkan produk akhir bauksit yaitu propan, berkadar Al minimum 78% ke dalam daftar mineral yang boleh diekspor. Dengan tambahan itu, kini ada empat jenis produk akhir bauksit yang boleh diekspor ke luar negeri,”seperti yang dirilis tribunnews.com
Kedua : pemerintah akan mengubah nama konsentrat pasir besi menjadi konsentrat besi. Pertimbangannya, selama ini penamaan konsentrat pasir besi menghambat ekspor karena pencatatan harmoni sistem (HS) di Kementerian Perdagangan produk ini justru dimasukkan ke dalam kategori konsentrat ilmenit atau konsentrat titanium. Akibatnya, mereka terkena harga patokan ekspor (HPE) yang lebih mahal.
Ketiga: Kementerian ESDM akan mengubah penamaan pasir zirkonium dengan memasukkan kandungan hafnium (Hf). "Kami mempertimbangkan kondisi lapangan banyak pengusaha tidak bisa ekspor, sehingga kadar minimumnya kami ganti menjadi Zr+Hf 65,5%," ujar dia.
Keempat : kadar mineral non-logam bentonit diturunkan. Kelima, kadar minimum produk samping tembaga batangan, yakni tembaga telurit akan diturunkan.
Sementara Direktur Utama Indoferro, Radius Suhendra, berharap pemerintah tak mengubah lagi regulasi ekspor mineral karena bisa mengganggu investasi. "Jangan sampai produk ore dibuka lagi, karena bisa mengganggu rencana usaha,"katanya.(001/KM)
0 thoughts on “Dede I Suhendra : Ada beberapa revisi aturan ekspor Freeport di Tembagapura”