a. Masuknya Injil Di Tanah Papua
Dalam perjalanan sejarah Papua yang panjang, memiliki
cerita yang tidak pernah terlepas dari diri orang Papua. Sejak Johann G.
Geisler dilahirkan pada tanggal 18 Pebruari 1830 di Langen-Reichenbach, Jerman.
Ayahnya seorang penjahit, anggota gereja Lutheran yang
aktif, dan ia pun mengusahakan agar anak-anaknya untuk bisa bersekolah. Dalam
tahun itu juga ayahnya membawanya ke Berlin. Geisler secara teratur pergi ke
gereja dan mengunjungi semacam sekolah minggu untuk orang dewasa.
Di atas pintu bangunan sekolah itu tertulis “Pergilah ke
seluruh dunia dan beritakanlah Injil”. Geisler langsung terkesan oleh kata-kata
ini. Di sana ia diterima dengan ramah oleh sekelompok besar anak-anak muda,
para calon zendeling yang memimpin kumpulan-kumpulan doa yang diadakan di situ.
Malam Tahun Baru 1849-1850 disebut oleh Geisler, yang
masih berumur 19 tahun, sebagai malam yang sangat penting: “Mataku mulai
terbuka waktu itu dan Roh Kudus bekerja dalam hatiku.” Ia memohon dalam doanya
untuk menjadi seorang Kristen yang benar dan Sang Gembala menerimanya di dalam
kasihNya.
Pada waktu ia sedang memikirkan hal ini, dengan cara
bagaimana ia bisa menjadi milik Kristus, tiba-tiba muncullah zending di depan
matanya. Pada tanggal 14 Agustus 1851, saat Geisler berumur 21 tahun, dalam
suatu pesta zending, ia mendengarkan khotbah mengenai nats “Pergilah ke seluruh
dunia”.
Setelah mendengarkan kotbah tersebut, ia pun tidak
ragu-ragu lagi bahwa pesan ini ditujukan kepadanya. Keraguannya mengenai
pengetahuan, pengertian, dan kepercayaannya terhapus oleh kata-kata di dalam
nats itu: “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di surga dan di bumi.”
(Matius 28:18).
Lalu, pada tahun 1852, ia ditahbiskan untuk melakukan
pekerjaan zending. Segera sesudah itu, ia menuju ke Indonesia. Pada tahun
1855-1898, maka Injil masuk pertama kalinya dengan insiatif dari missionaris
asal Jerman: Geisleres Evangelist Gossner (1733-1858). Dia didukung oleh
pelayan Tuhan asal Belanda: Otto G. Heldring. Keduanya memiliki beban yang sama
untuk misi ke tanah Papua. Mereka mempersiapan orang-orang untuk menjadi
pelayan di sana. Bukan kebetulan Carl
Ottow dan Johan Geissler ada di bawah asuhan
mereka.
Kedua anak asuhan mereka: Ottow
dan Geissler tiba di tanah Papua pada hari
Minggu, 5 Februari 1855 di Mansinam, sebuah pulau kecil dekat Manokwari dengan
bermodalkan bahasa Numfor. Mereka berlutut di pantai dan berdoa untuk mengklaim
seluruh tanah Papua hanyalah bagi Kristus. Demikianlah nantinya tanah Papua
menjadi tanah Kristen. Pelayananan didukung secara finansial oleh pemerintahan
Belanda.
b. Masuknya Penguasa
Globalis Di Tanah Papua
Pada tanggal 12 juli 1912 perusahan Freeport Sulphur
Company membangun tambang belerang kedua di Amerika Serikat dengan menggunakan
Frasch. Pada tahun 1932, upaya Freeport untuk mencari cadangan meluas sampai ke lousiana.
Pada saat seorang ahli geologi Belanda Jean Jacquese Dozy ditemani Pilot Wissel dkk, menemukan Ertsberg di tahun 1936 dan konstruksi tambang dilakukan dalam
tahun 1960-an, di wilayah ini hanya terdapat beberapa ratus orang saja. Dari
hasil penememuan bijih tembaga ini dianggap tidak berguna dan tersimpan selama
bertahun-tahun begitu saja di perpustakaan Negeri Belanda.
Namun, Van Gruisen tertarik dengan laporan
penelitian yang sudah berdebu itu dan kemudian membacanya. Dengan berapi-api, Van
Gruisen bercerita kepada pemimpin Freeport Sulphur, jika selain
memaparkan tentang keindahan alamnya, Jean Jaques Dozy juga menulis tentang kekayaan alamnya yang begitu melimpah.
Tidak seperti wilayah lainnya diseluruh dunia, maka
kandungan biji tembaga yang ada di tubuh Gunung Ersberg itu terhampar di atas
permukaan tanah, jadi tidak tersembunyi di dalam tanah. Mendengar hal itu, Forbes
Wilson
sangat antusias dan segera melakukan perjalanan ke Irian Barat (tahun 1960-an) untuk
mengecek kebenaran cerita itu.
Di dalam benaknya, jika kisah laporan ini benar, maka
perusahaannya akan bisa bangkit kembali dan selamat dari kebangkrutan yang
sudah di depan mata. Forbes Wilson menyebut gunung
tersebut sebagai harta karun terbesar, yang untuk memperolehnya tidak perlu
menyelam lagi karena semua harta karun itu telah terhampar di permukaan tanah.
Dari udara, tanah disekujur gunung tersebut berkilauan ditimpa sinar matahari.
Forbes Wilson
juga mendapatkan temuan yang nyaris membuatnya gila. Karena selain dipenuhi
bijih tembaga, gunung tersebut ternyata juga dipenuhi bijih emas dan perak !
Menurut Wilson, seharusnya gunung tersebut diberi nama GOLD MOUNTAIN, bukan Gunung Tembaga. Sebagai seorang pakar
pertambangan, Wilson memperkirakan jika Freeport akan untung besar, hanya
dalam waktu tiga tahun pasti sudah kembali modal.
Pimpinan Freeport Sulphur ini pun bergerak dengan cepat.
Pada 1 Februari 1960, Freeport Sulphur meneken kerjasama dengan East Borneo
Company untuk mengeksplorasi gunung tersebut.
Namun lagi-lagi Freeport Sulphur mengalami kenyataan yang
hampir sama dengan yang pernah dialaminya di Kuba. Perubahan eskalasi politik
atas tanah Irian Barat tengah mengancam. Hubungan Indonesia dan Belanda telah
memanas dan Soekarno malah mulai menerjunkan pasukannya ke Irian Barat.
Tadinya Wilson ingin meminta bantuan kepada
Presiden AS John Fitzgerald Kennedy (JFK) agar mendinginkan Irian Barat.
Namun ironisnya, JFK malah sepertinya mendukung Soekarno. Kennedy
mengancam Belanda, akan menghentikan bantuan Marshall Plan jika ngotot
mempertahankan Irian Barat. Presiden AS, John F Kennedy ditembak saat bersama
istrinya di mobil kap terbuka pada 22 November 1963.
Apalagi mendengar Kennedy akan menyiapkan paket
bantuan ekonomi kepada Indonesia sebesar 11 juta AS dengan melibatkan IMF dan
Bank Dunia. Semua ini jelas harus dihentikan! Segalanya berubah seratus delapan
puluh derajat ketika Presiden Kennedy tewas ditembak pada 22
November 1963.
Banyak kalangan menyatakan penembakan Kennedy merupakan
sebuah konspirasi besar menyangkut kepentingan kaum Globalis yang hendak
mempertahankan hegemoninya atas kebijakan politik di Amerika. Presiden Johnson
yang menggantikan Kennedy mengambil sikap yang bertolak belakang dengan
pendahulunya.
Johnson malah
mengurangi bantuan ekonomi kepada Indonesia, kecuali kepada militernya. Augustus
C.Long amat marah terhadap Soekarno dan amat berkepentingan
agar orang ini disingkirkan secepatnya. Mungkin suatu kebetulan yang ajaib, Augustus
C. Long juga aktif di Presbysterian Hospital di New York, dimana dia
pernah dua kali menjadi presidennya (1961-1962).
Sudah bukan rahasia umum lagi jika tempat ini merupakan
salah satu simpul pertemuan tokoh CIA. pada Maret 1965, Augustus C. Long terpilih
sebagai Direktur Chemical Bank, salah satu perusahaan Rockefeller. Pada bulan
Agustus 1965, Long diangkat menjadi anggota dewan penasehat intelejen
kepresidenan AS untuk masalah luar negeri. Forbes Wilson mendapat telpon dari
Ketua Dewan Direktur Freeport, Langbourne Williams, yang
menanyakan, “Apakah Freeport sudah siap untuk mengekplorasi gunung emas di
Irian Barat ? Namun pada saat penandatanganan kontrak dengan Freeport, juga
dilakukan oleh menteri Pertambangan Indonesia selanjutnya yaitu Ir.
Slamet Bratanata. Selain itu juga ada seorang bisnisman sekaligus
“makelar” untuk perusahaan-perusahaan asing yaitu Julius Tahija. Julius
Tahija berperan sebagai penghubung antara Ibnu Soetowo dengan
Freeport.
Dalam bisnis ia menjadi pelopor dalam keterlibatan
pengusaha lokal dalam perusahaan multinasional lainnya, antara lain terlibat
dalam PT Faroka, PT Procter & Gambler (Inggris), PT Filma, PT Samudera
Indonesia, Bank Niaga, termasuk Freeport Indonesia. Sedangkan Ibnu
Soetowo sendiri sangat berpengaruh di dalam angkatan darat, karena
dialah yang menutup seluruh anggaran operasional mereka.
Sebagai bukti adalah dilakukannya pengesahan
Undang-undang Penanaman Modal Asing (PMA) pada 1967 yaitu UU no 1/1967 tentang
Penanaman Modal Asing (PMA) yang draftnya dirancang di Jenewa-Swiss yang
didektekan oleh Rockefeller seorang Bilderberger dan disahkan tahun 1967. Pada
tahun 1969, Pepera di ilegalkan oleh kepentigan rockeffeler, akibat kepentingan
dari para ditaktor ini rakyat Papua menderita di atas kekayaannya sendiri. (Lisa Pease).
c. Sampari Akan
Berkibar
1. Mengenai
Manarmakeri (Byak).
Menurut sebuah mite orang Papua Manarmakeri adalah tokoh
utama (bukan legenda atau dongeng) di daerah Biak Papua. Mite Manarmakeri
mempunyai latar belakang sejarah, dipercayai oleh masyarakat sebagai cerita
yang benar-benar terjadi, dianggap suci, mengandung hal-hal yang ajaib, dan
tokohnya (Manarmakeri) adalah Dewa. Mite ini telah tersebar di seluruh tanah Papua
sejak dulu.
Ada sebuah keyakinan dari masyarakat penutur mite ini
bahwa sepetri janjinya, Manarmakeri akan kembali suatu saat. Sampai hari ini,
masih dinantikan kedatangan Manarmakeri di daerah penutur cerita maupun di
seluruh Papua. Cerita serupa yang tergolong mite terdapat di tiap suku di tanah
Papua.
Cerita-cerita ini membuat rakyat Papua tetap eksis untuk
hidup di tengah berbagai persoalan dengan harapan bahwa janji-janji tokoh dalam
mite di setiap daerah yang menjanjikan hari baru (Papua Baru) itu, suatu saat
nanti akan terjadi. Setelah beberapa lama tinggal dan menyebarkan
pengajarannnya, ia melanjutkan perjalanannya menuju ke barat. Sejak
keberangkatan hingga kini ia belum kembali. Menurut pesan yang ditinggalkan, ia
akan kembali pada suatu saat dengan membawa kedamaian, harta benda serta
makanan yang berkelimpahan. “Saat saya kembali, sampari akan berkibar-kibar
dari ujung pulau hingga ke ujung pulau di atas Tanah ini.”
2. Koyeidaba
(Mee-Paniai)
Nama
Mesianis suku mee yang seidentik dengan perjalanan Hidup Yesus Kristus adalah :
Koyeidaba
artinya : seorang penyelamat bagi manusia saat mengalami masalah, contohnya
saat masyarakat mengalami kelaparan memberi makanan, keselamatan dan hidup
dalam kehidupan manusia mee – di tanah Papua Melanesia.
Keyeidaba
pernah menyelamatkan manusia dari dahaga, kelaparan dan keselamatan serta
korban nyawa-Nya. Tetapi Ia pernah hidup kembali dan terangkat ke arah puncak
gunung (Gunung Odiyai) dan terangkat ke langit. Kemudian Ia pernah janji suatu
saat Ia akan datang kembali, untuk meraja Dunia di dalam Tangan-Nya. Ia juga berpesan
kepada manusia mee, kamu harus jaga hidup dan dogma yang ada padamu sampai kamu
akan memperoleh keselamatan.(A G/KM).
Penulis : Johan Rumkorem dan Demianus Nawipa.
0 thoughts on “Benih Yang Subur Di Atas Penderitaan Orang Papua”