BREAKING NEWS
Search

Mencari Sarang Burung di Hutan Rimbah Menghijau Inggal Bugin Ilaga

Ilustrasi.Hutan Ilaga.ist

Oleh: Stepanus Pigai

              ............................ PENGALAMAN YANG TERLEWATI.................

Cerpen_(KM)--Kenangan akan terlewati dengan berputarnya rotasi bumi, namun tetapi kenangan itu akan tersimpan dalam memory ingatan. 

Kutipan sebuah kenangan yang terlewati yaitu; suatu kali aku masih umur sekitar sembilan tahun, pada suatu siang hari saya bersama kakak-kakak pergi ke hutan mencari sarang burung di hutan yang sangat indah dengan terlihat rerumputan yang menghijau hutan rimbah itu di Inggal Bugin, Kecamatan Ilaga. 

Seketika selesai mendapatkan beberapa sarang burung kami kembali dengan sangat senang sekali, karena apa yang kita inginkan itu sudah ada harapannya. 

Namun setelah tibah di rumah....!!!

“Hay...anak-anak kalian dari mana saja sehari ini”? Kata Ibunda ku Motenagoo. 

“Mama (Motenagoo) saya bersama kedua adik ku Natho Pigai dan Step Pigaikami kehutan mencari Sarang Burung”. Jawab kakak Honny Pigai.

 “Ohhh, iya tidak apa-apa, tapi jika lain kali kalian jalan harus beritahu Mama dulu ya”. Jawab dan tanya pula, Mama Motenagoo. 

“Mama maaf kami bertiga tidak beritahu baru jalan” Jawab kaka Honny Pigai. 

“Baik tidak apa-apa, kalian sudah lapar kah”? Jawab dan tanya Mama Motenagoo.

“Mama (Motenagoo) kami lapar ini”. Jawab serentak/bersamaan.

 “Anak-anak ku Mama (Motenagoo) sudah masak jadi kalian mandi baru makan ya”. Tanya Mama Motenagoo. 

“Terimah kasih Mama (Motenagoo)”. Jawab serentak/bersamaan.

 “Oke sama-sama anak-anak ku, kalian jangan lupa doa ya”. Jawab dan tanya Mama (Motenagoo). 

“Ok Mama”. Jawab Serentak/bersaaan. 

Setelah makan siang selesai kami istirahat sore. Lalu karena sangat badannya lemah dan soak sehingga saya ketiduran sampai bangun sekitar jam 07.00 WIB, namun saya ditinggalkan oleh kakak ku berdua untuk pergi menankap sarang burung yang sudah kami lihat di siang harinya. Kaget bangun saya dari ketidurannya, aku melihat tak satu cahaya pun yang tidak menyinari, hanya tertutup ruang dan dinding-dinding pun tak bisa dilihat, karena gelap sudah tanda malam, aku bagun dari tidurnya lalu keluar kehalaman rumah kami. Namun dingin salju Kelaboo terasa hingga nadi-nadi tulang pun terasa dingin oleh salju gunung Kelaboo.

Lalu aku menetap keluar angkasa, kini terlihat pancaran bulan purna yang sangat terang hingga terlihat pun indah pesona alam Ilaga. Karena terang cahaya bulan purnama, maka saya memutuskan agar harus pergi ketempat dimana kakak berdua pergi. 

Keputusan itu semakin memberi semangat dan keberaniaan untuk pergi, lalu saya mulai keluar dari halaman rumah ke depan halaman sekolah, namun depan pintu pagar utama sebelah kiri macam ada sesuatu yang berdiri disamping aku, lalu aku menatap ke kiri samping aku, sehingga mata ku menatap seorang yang memakai busana asli Papua, yaitu ia memakai Koteka dengan busana keaslihan Papua Gunung yang lengkap, karena terasa takut aku tak berkata apapun namun berpaling muka lari menuju Honai dimana; Ayah, Ibu dan adik-adik aku ada. 

Seketika tiba di honai, karena rasa takut ada tak bicara apapun diam hingga terbaring sampin Ibu ku, lalu Ayah Ia merasa aneh terhadap ku hingga Ayah tanya kepada ku, 

hay.....Step Pigai aku tak sangka tidak sepertinya, ada sesuatu yang anda lihat atau lakukan, apa kah? Jujurlah anak ku.

Lalu aku menjawab dengan rasa gugup; Bapak ada orang didepan pintu utama, saya melihat Ia memakai busana asli Papua Gunung,

jawab Bapak,oh.....iya anak ku Step Pigai jangan takut itu “penunggu” yang selalu bersama kalian dan Ia selalu melindungi kami semua, 

jawab Aku ; "Oh Iya Bapak, tetapi saya masih takut dengan hal yang aku lihat itu," 

beberapa detik setelah Ayah dan saya berbincang-bincang kedua kakak ku muncul atau tiba lalu langsung sebelum kakak berdua duduk aku tanya kepada kedua kakak ku. 

Hay...kakak ku berdua, apakah kalian berdua sudah ketemu orang yang ada didepan pintu utama itu kah.? 

Lalu kakak Honny Pigai menjawab "dik kami dua tidak ketemu dan lihat."

Aku diam saja tidak menjawab apa-apa, tapi bapak menjelaskan semuanya yang tadinya saja lihat itu. Setelah itu lalu kakak Honny Pigai bilang Step Pigai ini burung mu, namun aku sangat karena kakak ku memberikan burung yang sudah ditangkap dalam sarangnya sehidup-hidupnya, namun beberapa detik kemudia aku berpikir dan mengucapkan terimah kasih pada sang khalim bahwa; aku memiliki kakak-kakak yang punya hati yang baik dan sangat mencintai terhadap kami adik-adiknya.Saya sangat berterima kasih kepada sang khalim dan juga memiliki kedua orang tua ku yang sangat mempunyai cinta terhadap kami dan memiliki jiwa Ayah rumah tangga (kebapaan) dan Ibu rumah tangga (keibuan) sehingga keluarga kami sangat indah dalam kehidupannya dimasa kecil bahkan dimasa remaja ini pun. Kebahagiaan keluarga kami selalu ada dari pengalama demi pengalaman kehidupan kami pun sangat sederhana, tetapi hidupnya indah bagaikan lukisan yang menarik dilihat banyak orang, seperti itulah kehidupan keluarga kami sampai saat ini pun demikian. Idee uminaa Noukai & Naitai wiya.

Surabaya, 22/04/2015


TAG

nanomag

Media Online Kabar Mapega adalah salah situs media online yang mengkaji berita-berita seputar tanah Papua dan Papua barat secara beragam dan berimbang.


0 thoughts on “ Mencari Sarang Burung di Hutan Rimbah Menghijau Inggal Bugin Ilaga