Saat : Jubir, Jhon Gobai membacakan pernyataan sikap didepan massa aksi di Malioboro, 0 KM/06 juli 2015 |
Jogyakarta, (KM)--Puluhan mahasiswa asal Papua yang menempuh kuliah di Yogyakarta menggelar aksi damai dan penaburan Lilin. Mereka mengecam pemerintah karena dinilai tidak tegas dan lambat dalam mengusut kasus “Biak Berdarah” yang menelan korban warga sipil sebanyak 230 orang.
Puluhan mahasiwa tersebut tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) Komite Kota Yogyakarta. Aksi penaburan lilin mulai pada pukul 18.00 WIB, Senin (6/7/2015) dari depan Malioboro 0 km Yogyakarta.
“Hari ini, tepatnya 6 Juli 2015, adalah hari berduka bagi kami. Yakni bertepatan dengan 17 tahun terjadinya kasus Biak Berdarah sebagian dinuh terang-terang, sebagian hilang tanpa jejak, ada juga yang digulung dalam karung dibuang dipantai, dan banyak yang siksa.” Tegas Mikael Kudiai, sebagai Koordinator aksi
Puluhan mahasiwa tersebut tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) Komite Kota Yogyakarta. Aksi penaburan lilin mulai pada pukul 18.00 WIB, Senin (6/7/2015) dari depan Malioboro 0 km Yogyakarta.
“Hari ini, tepatnya 6 Juli 2015, adalah hari berduka bagi kami. Yakni bertepatan dengan 17 tahun terjadinya kasus Biak Berdarah sebagian dinuh terang-terang, sebagian hilang tanpa jejak, ada juga yang digulung dalam karung dibuang dipantai, dan banyak yang siksa.” Tegas Mikael Kudiai, sebagai Koordinator aksi
“sebagai bentuk bentuk perlawanan terhadap tiga pilar utama yang sedang memusnakan orang Papua yakni, Kolonialisme Imperialisme, Liberalisme, karena sejarah biak Berdarah tidak terlepas dari Perjuanagan Papua meredeka, sehingga untuk telepas dan bebas dari semua tindakan pelanggaran HAM yang sampai saat ini.Hak menentukan Nasip Sendiri adalah Solusi Demokratis Bagi Rakyat Papua” tegas Ketua AMP Pusat Jefri Wenda.
Tragedi tersebut kata Mikael telah menewaskan setidaknya 230 korban. Detailnya, sebanyak 8 orang meninggal dunia, 3 orang hilang, 4 orang terluka, sebanyak 33 orang ditahan tanpa ada alasan jelas dan sebanyak 150 orang disiksa dan sisanya masih belum diketahui alias misterius.
Ketua AMP Komite Kota Yogyakarta, Abi Douw kepada www.kabarmapegaa.com mengatakan, "Negara harus betanggung Jawab atas semua pelanggaran HAM yang tak pernah terselesaikan dari tahun 63- hingga teakhir kasus Dogiyai kemarin”
Tragedi tersebut kata Mikael telah menewaskan setidaknya 230 korban. Detailnya, sebanyak 8 orang meninggal dunia, 3 orang hilang, 4 orang terluka, sebanyak 33 orang ditahan tanpa ada alasan jelas dan sebanyak 150 orang disiksa dan sisanya masih belum diketahui alias misterius.
Ketua AMP Komite Kota Yogyakarta, Abi Douw kepada www.kabarmapegaa.com mengatakan, "Negara harus betanggung Jawab atas semua pelanggaran HAM yang tak pernah terselesaikan dari tahun 63- hingga teakhir kasus Dogiyai kemarin”
“Kasus tragedi Biak Berdarah, kata Abi, Negara tidak serius menangani peristiwa itu. Sekarang sudah 17 tahun Tragedi terjadi saat orang Papua di Biak Kibarkan bendera Bintang Kejora di Pelabuhan Biak” tegasnya
Semntara itu, Gres putri asal Biak , kepada www.kabarmapega.com terkait kejadian tragedi Biak Berdarah 06 Juli 1998.
“waktu itu , kata Gres, saya masih duduk di SD kelas 5 waktu itu kami tidak sekolah karena kejaian itu, kejadian itu tidak jauh dari rumah saya, saat itu situsi dalam ketakutan, banyak orang yang meninggal saat itu, ada yang hilang, ada yang ditembak mati ditempat, ada juga yang diculik “Hilang” sampai saat ini belum mereka yang hilang belum ketemu dengan keluarganya.” ungkapnya
Pantauan kabarmapegaa, dalam aksi kali ini mahasiswa papua yogyakarta menggormati arwah yang telah korban dalam tragedi “Biak Berdarah” menjalakan lilin, bergantian berorasi, dan Puisi serta cerita “kesaksian” pelanggaran HAM Papua. Sementara pihak keaman “Polisi” menempati jarak kurang lebih 1 KM dari tempat aksi.
Sipora Soa Mahasiswi asal Wamena, Mengisi panggung aksi dengang membacakan sebuah puisi yang Ia ciptakan saat aksi berlangsung, dengan Jugul "Kerinduan Seorang Mama"
Mikael Tekege, dalam orasinya mengatakan “kami tidak pernah merasakan bebas dari tanah kami sendiri , pelanggaran HAM di papua terus terjadi, Karena pemerintah tidak pernah mengusut tuntas tragedi pelanggaran HAM Biak Berdarah. Pemerintah hanya memanfaatkan kekayaan alam Papua. Tapi akyatnya ditindas dan dibunuh. Karenanya, kami wajib melawannya,” Tegas dengan nada bersemangat.
Dalam Aksi ini, bertepatan dengan 17 tahun tragedi "Biak Berdarah" Aliansi Mahasiwa Papua menuntut dan mendesak rezim Jokowi Dodo- Jusuf Kalla untuk ; Pertama, Buka ruang demokrasi yang seluas-luasnya, Berikan kebebasan dan HAk menetukan Nasib Sendiri Bagi Rakyat Papua sebagai Solusi Demokrasi. Kedua, Tarik Militer (TNI/Polri) organik dan Non-Organik dari seluruh Tanah Papua sebagai Syarat Damai.
Ketiga, Tutup Freeport, BP, LNG Tangguh dan MNC lainnya Yang merupakam Dalang kejahatan kemanusiaan di Atas Tanah Papua.(Kudiai Manfred/KM)
0 thoughts on “17 Tahun Tragedi Biak Berdarah, Mahasiswa Papua Yogyakarta Gelar Aksi Bakar Lilin”