Oleh : Marthen Agapa
"Tindakan penembakan tni/polri tidak setimpal perbuatan masyarakat. Pertumpaan darah terjadi karena kurang profesionalisme aparat keamanan terhadap masyarakat di daerah terpencil"
Ilustrasi.Ist. |
Terjadi pertumpaan darah lagi di Ugapuga Distrik Kamuu Timur Kabupaten Dogiyai pada kamis malam sekitar pukul 10 WPB, oleh aparat keamanan yang bertugas di wilayah MEEPAGO. Pertumpaan darah bisah terjadi karena pemalangan jalan poros Nabire – Paniai oleh beberapa pemuda setempat lantaran kendaraan menabrak anjing yang sementara berburu bersama pemuda – pemuda tersebut. Setelah anjing mati mereka turun memalang dijalan sekitar pukul setengah 6 (enam) sampai setengah 10 (sepuluh ) malam, hanya ada 4 kendaraan mobil yang lewat yakni 2 kendaraan dari arah Kabupaten Nabire ke Kabupaten Deiyai/Paniai dan 2 kendaraan mobil dari arah Kabupaten Deiyai/Paniai ke Kabupaten Nabire. Sebelumnya mereka menggantung anjing yang sudah menabrak, diatas kayu buah Sebagai barang bukti untuk memperjelas tujuan pemalangan mereka, sehingga beberapa mobil yang lewat menyumbang sesuai target bayaran yang mereka tentukan.
Setelah 4 kendaraan mobil itu lewat jalan sudah sepih hingga pukul 10.00 malam wpb, mereka sedang siap - siap mau pulang ada 1 (satu) kendaraan dari arah kabupaten Deiyai dan Paniai muncul dalam keadaan lampu mobil mati. Sehingga saat itu belum bubar jadi 2 pemuda tahan mobil dan menagi dan yang lain disamping ruas jalan.
Tagihan dilakukan oleh Yoseni Agapa siswa kelas 2 SMP Boduda Distrik Kamuu Timur, berdiri diarah kiri mobil dan kena peluruh besi lalu mati tempat, sedangkan Melianus Motte baru tamat SMP Boduda, diarah kanan mobil kenah alat tajam dibagian tangan dan 8 yang lainnya berhasil melarikan diri dari tempat kejadian. Kejadian penembakan rentetang terjadi tanpa ada komunikasi, minta keterangan dan tanpa peringatan teguran mengeluarkan tembakan kepada kelompok pemalangan menggunakan alat Negara sehingga 1 orang mati tempat kenah peluruh.
Kejadian penembakan kepada masyarakat Papua lebih khusus Kabupaten Dogiyai cukup sadis artinya pelanggaran yang dibuat masyarakat tidak setimpal dengan tindakan aparat keamanan yang cukup kriminalistis hingga korban nyawa. Beberapa tahun belakangan ini yang terjadi di kabupaten Nabire, Dogiyai, Deiyai dan Paniai hanya pemalangan jalan, minum mabuk dan berjudi togel ditembak mati oleh keamanan Negara. Sedangkan para koruptor – koruptor Negara diproses melalui riil aturan secara baik tanpa ada gangguan keamanan, tetapi penerapan riil aturan terhadap rakyat kecil yang ada di daerah terpencil cukup kecam. Pihak aparat keamanan perlu ketahui bahwa rakyat kecil yang ada di daerah terpencil memiliki pengetahuan yang terbatas. Sehingga aparat keamanan yang bertugas didaerah baru harus bertindak secara professional.
Pihak keamanan yang bertugas di pedalaman Papua khususnya daerah MEEPAGO sangat komunikatif soal komunikasi dengan masyarakat setempat. seandainya pihak keamanan berkomunikasi secara baik dan lancer dengan masyarakat untuk mencari solusi pasti saja mereka akan berpikir dan ikuti arahan tetapi pihak aparat keamanan bersifat membiarkan dan mengandalkan alat Negara untuk menyelesaikan proses persoalan. Jadi pada intinya “melalui kontak senjata tak ada akhir yang baik tetapi melalui komunikasi akan menemukan solusi yang dapat memuaskan kedua belah pihak.
Dihadapan prajurit TNI/POLRI, Presiden Indonesia Ir. JokoWidodo minta agar tidak saling curiga atau saling tidak percaya antara TNI/POLRI dengan masyarakat yang ada di tanah Papua. sebagai panglima tertinggi, Jokowi minta kepada jajarannya agar tidak lagi menggunakan pendekatan militeristik atau paradigma lama yang melekat di tubuh satuan ini untuk membangun rakyat dalam mencapai kesejahteraan. Jokowi minta kepada TNI/POLRI di Papua agar dapat merubah paradigma yang selama ini melekat pada TNI/POLRI yaitu pendekatan keamanan yang represif, ini adalah larangan keras kepada petinggi TNI/POLRI beberapa waktu lalu di media. Penyampaian larangan kepala Negara RI sudah sampaikan kepada petinggi TNI/POLRI tetapi sampai kapan merubah pradigma lama itu diatas tanah papua?.
Sudah puluhan tahun pihak TNI/POLRI ditugaskan di seluruh Indonesia dengan tugas dan tanggung jawab yang sama bahkan pendidikan pun sama, tetapi impelementasi di Papua terlihat jauh berbeda dengan daerah lain di Indonesia. Melihat dengan keadaan yang berjalan, hubungan pendekatan TNI/POLRI kepada masyarakat non papua sangat erat, sedangkan pendekatan TNI/POLRI dengan masyarakat papua cukup rumit dan selalu bertolak belakang. Dari segini, pihak TNI/POLRI belum berhasil membangun pendekatan pihak aparat keamanan kepada masyarakat papua. Dengan daya upaya mereka untuk membangun pendekatan yang cukup sistematis, strategis dan relevan kepada masyarakat papua tetapi terlihat belum terwujud dan tak berhasil.
Oleh karena itu, pihak keamanan mengambil sikap tegas dan keras demi membangun hubungan erat dengan masyarakat Papua namun tidak terlaksana sesuai harapan mereka. Sikap tegas dan keras membuat masyarakat Papua lebih jauh dan selalu menjadi musuh berat, artinya bahwa pihak TNI/POLRI tidak berasil dalam pendekatan dengan masyarakat Papua. Dengan demikian aparat keamanan datang ke Papua bukan untuk melindungi, mengamankan dan mengayomi rakyat Papua tetapi kehadiran mereka untuk membunuh dan membiarkan rakyatnya.
Selalu lain wujud penanganan masalah di kabupaten MEEUWO pada umumnya Pegunungan bahkan Papua seluruhnya jauh berbeda dengan kabupaten lain di Indonesia. Terlihat lain karena tindakan – tindakan persolan kecil bisah menjadi persolan besar sedangkan persoalan – persoalan besar bisa menjadi persoalan kecil, hal ini dapat membingunkan masyarakat Papua. Apakah kurang diberikan pengetahuan dan pembinaan dari atasan? Ataukah dibuat – buat oleh oknum tertentu untuk memusnahkan ras Malanesya?
Kita dapat menganalisa bahwa ada tujuan tertentu yang sedang targetkan oleh elit – elit tertentu didalam satuan TNI/POLRI. Seandainya tidak ada tujuan tertentu, tidak munking mengeluarkan peluruh untuk menembak manusia. Manusia adalah ciptaan ALLAH yang paling mulia, dengan demikian tak munkin manusia menembak manusia, kecuali setang yang bisah membunuh manusia. Dengan persoalan seperti ini dapat mengidentifikasi bahwa didalam tubuh TNI/POLRI sudah dirasuhi hal buruk. Maka itu pimpinan daerah “BUPATI, DPRD dan toko – toko masyarakat penting untuk mengontrol pihak TNI/POLRI yang tugas di daerah.
Sungguh sangat ironis, Petinggi – petinggi Negara menggelapkan puluhan juta rupiah ketimbang rakyat kecil meminta kerugian menabrak anjing piara dengan 50 ribuh – 100 ribuh rupiah ditembak mati. Bisah ditembak mati kecuali rakyat kecil mendirikan Negara sendiri. Dimanakah tindakan keadilan? Adakah rasa kemanusian atau tidak? Seolah – olah aturan di Repoblik ini berlaku hanya pada rakyat kecil.
Kita kembali mengoreksi bahwa penangan masalah pelanggaran berat seperti membunuh orang, korupsi miliaran rupiah diproses secara aman dan benar berdasarkan mekanisme sedangkan hanya memalang jalan karena menabrak anjing ditembak mati tempat. Kalau belum tau jangan bikin tau-tau, kalau tidak mampu jangan anggap hebat dan mampu dengan alat Negara itu. Kami pihak keluarga limpahkan darah manusia dipundak TNI/POLRI dan Selamat menjalankan tugas keamanan Negara dengan darah manusia yang Tuhan beri kepada setiap manusia di dunia ini.
Tindakan aparat keamanan di Nabire, Dogiyai, Deiyai dan Paniai perlu indetifikasi tuntas ada apa ditembak tanpa alasan prinsipil.(Pete/Man/KM)
Penulis adalah Mahsiswa Papua kuliah di Jayapura Papua
0 thoughts on “Tindakan Penembakan TNI/Polri Papua Tidak Setimpal Perbuatan Masyarakat”