Ketua Ikatan Mahasiswa Papua (IMAPA) Bogor Yunus Ekii Gobai Foto: dok www.kabarmapegaa.com |
Timika, (KM)—Ketua Ikatan
Mahasiswa Papua (IMAPA) Bogor mengatakan
konflik agraria memiliki dua bentuk yaitu perampasan tanah dengan cara
kekerasan aparat dan perampasan dengan cara penjarahan.
“Selama ini di Papua saya
pandangan mereka terkait isu agraria
dinilai merugikan petani,” kata Gobai kepada media kabarmapegaa, sabtu,
(24/9/2016) dari Bogor via telepon selluer.
Dikatakan, unsur-unsur
yang terdapat dalam agraria seperti tanah, air dan udara adalah hal yang tak
boleh di kuasai oleh segenlintir orang atau praktik mengkomersialisasikan aset
kehidupan.
Masalah
agraria kini menjadi ketimpangan sosial yang tak boleh didiamkan dan akan tetap
bertahan bila gerakan-gerakan sosial tersendak atau hilang di tengah kekuasan
kapitalis.
Diam
dalam ketertindasan atau bangkit melawan penindasa merupakan sebuah kalimat
yang kini harus teraktualkan dalam ketimpangan sosial yang semakin tak mengenal
batas.
“Keprihatinan
mahasiswa akan nasib kaum tani
bertepatan juga dengan Hari Tani Nasional,”ucapnya
Menurutnya, menyoroti
permasalahan yang dialami petani khususnya di Papua. Mereka beranggapan nasib
petani tak kunjung jelas apalagi lahan-lahan produktif dialih fungsikan menjadi
bentuk-bentuk lain.
“Kesejahteraan
adalah hak kita semua termasuk para petani yang nasibnya tak kunjung jelas saat
ini. Lahan-lahan produktif mereka dihilangkan, diganti dengan bentuk lain,
sangat memprihatinkan menurut saya,”pungkasnya
Pewarta: Chiristoforus T
0 thoughts on “Ketua IMAPA Bogor; Hari Tani "Tanah Untuk Rakyat"”