Bernard Agapa, Korban Tabrakan. (Foto: Dok Prib.) |
Jayapura, (KM) – Pelayanan kesehatan untuk mahasiswa Papua di Manado sangat
memperhatikan.
Atas nama Bernard Agapa yang
kulia di Universitas Negeri Manado (Unima) di Jurusan Fisioterapi, pada Kamis, (13/10/16) mengalami patah tulang
di bagian paha kirinya, hingga dirawat di
Dua Rumah Sakit (RS) yang ada di Manado, namun belum maksimal
penanganannya. Hal tersebut, menjadi tanggapan buruk bagi mahasiswa Papua yang
mengenyam pendidikan di Manado.
Salah Satu Mahasiswa di
Manado yang juga sebagai Senior Mahasiswa Papua di Manado, Mesias Tatago, SE,
mengatakan, pelayanan kesehatan di Manado sangat kurang menjamin lebih khusus
mahasiswa Papua yang mengalami sakit apalagi kena tabrakan.
“Buktinya, pada kamis, 13
Oktober 2016, atas nama Bernard Agapa yang kulia di Universitas Negeri Manado
(Unima) di Jurusan Fisioterapi, kena tabrakan dari kendaraan roda dua dan
tulang paha kiri patah. Hingga kini dua kesehatan belum menanganinya dengan
baik,”katanya kepada kabarmapegaa.com,
Jumat, (28/10/16) dari Manado.
Kata dia, Bernard Agapa,
setelah ditabrak di bawah di rumah Sakit Betesda tepatnya di Jln. Trans
Manado-Tomohon. Selama dirawat dan
dioperasi di rumah sakit itu, belum mendapatkan solusisnya. Karena dengan
alasan belum ada waktu yang tepat.
Lanjutnya, setelah itu,
pihak kesehatan Betesda, memberikan rujukan untuk dioperasi di Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD), Malalayang, Manado. Setelah disana, hasil pun sama.
Dikatakan, pelayanan
kesehatan atau dokter belum memberikan respon yang baik. Hingga kini, kata
dia, Bernard belum mendapatkan tanggapan
yang baik untuk dioperasi tulang paha yang terkena kecelakan.”kata Mesias.
Pihaknya menilai bahwa,
pelayanan kesehatan untuk orang Papua tidak dilayani dengan baik.
Padahal, RS. Dibangun
untuk melayani orang-orang yang sakit. Namun, yang dilakukan pelayan kesehatan,
masih menerapakan sukuisme dan memilih orang. Ini tak boleh,”katanya.
Sementara itu, salah satu
mahasiswa asal Kabupaten Paniai yang kulia di Manado, Anton Gobai, mengatakan,
proses operasi atas nama Bernard Agapa yang terjadi tabarakan pada tanggal 13
Oktober 2016 ditunda-tunda terus oleh pelayanan kesehatan atau dokter.
“Sudah tiga kali, pulang
balik Rumah Sakit hanya minta operasi tulang paha kirinya. Namun, belum ada
tanggapa baik, karena alasan belum ada dokter dan banyak pasien,”kata Gobai.
Sebenarnya, Kata Gobai,
pasien, Bernard Agapa sudah meminta
dioperasi dari 1 minggu lalu. Namun, belum ada tanggapan serius oleh dokter
yang menanganai.
Pewarta : Alexander Gobai
0 thoughts on “Mahasiswa Papua di Manado Kecewa Atas Layanan Kesehatan Yang Kurang Baik”