Pelaku dan Korban Sama-sama Komsumsi Miras, (Foto: Dok. KNPB/KM) |
Kaimana (KM)-- Frans Jafata 14 tahun, siswa kelas 1 SMP YPK
Kaimana, anak asli Kaimana asal suku Mairasi meninggal dunia karena kecelakaan maut.
Frans ditabrak oleh pengemudi kendaraan roda empat yang menguasai dengan
mengkonsumsi minuman keras pada senin malam (14/01/2017) kemarin, dan pengemudi Mobil Hasbula Puarada langsung mengamankan diri ke
Kantor Polisi.
Dalam kejadian itu Frans mengalami
patah tulang dan koma selama hampir seminggu dan akhirnya meninggal dunia di rumah
sakit umum Kaimana pada sabtu siang (21/01/2017).
Kejadian itu juga sempat menghebohkan
Kaimana. Masyarakat Kaimana bingung mau menyalahkan siapa, karena korban dan
pelaku sama-sama mengkonsumi Miras. Pihak korban sempat ingin mengamuk, namun
aparat keamanan berusaha mengamankan suasana sehingga tidak terjadi konflik
antara pihak korban dan pelaku.
Dari informasi yang menerima awak
media ini Senin, (23/01/2017) dari Ketua Dewan Adat Kaimana Johan Werfete mengatakan kejadian itu
adalah kesalahan pemerintah dan aparat Kepolisian karena tidak mempu
memberantas Miras di Kaimana.
"Sudah berulang-ulang, Kecelakaan Maut terjadi di Kaimana hanya karena
satu alasan Yaitu Miras. Dalam hal ini kita bisa katakan bahwa tidak ada
upaya serius dari pemerintah untuk mengatasi persoalan ini, kalau pemerintah
mau selamatkan orang Papua, Pemerintah harus bisa memberantas Miras dari Kota
ini,”Tuturnya
menanggapi peristiwa kematian bertubi-tubi akibat Miras di Kaimana.
Menurut
Dewan Adat hanya karena Miras, satu persatu anak Papua mati
muda. Peristiwa kematian paling banyak di Kota ini dilatarbelakangi oleh faktor
Miras. Sementara pemerintah dan aparat keamanan tidak punya solusi yang baik untuk melakukan pencegahan.
Setiap kali kecelakaan yang
diakibatkan oleh Miras selalu saja persoalan itu ditangguhkan kepada pelaku,
alias konsumen yang tidak dapat mengontrol diri sehingga mengakibatkan
kecelakaan.
“Tanpa melihat lebih jauh akar persoalan, dimana Miras menjadi faktor utama sehingga perlu
diberantas”,
ujar Jhohan.
Dia lagi, Disisi lain, pihak Gereja Juga tidak punya pernyataan secara terbuka
kepada Pemerintah dan juga Kepolisian untuk mengambil sikap tegas. Tetapi malah
memandang korban-korban Miras sebagai upah Dosa. Jadi kecelakaan yang terjadi
sampai mengakibatkan kematian adalah upah dari perbuatan para pelaku.
“Mengapa Gereja diam, sementara korban-korban
adalah umat TUHAN. Gereja harus memiliki sikap yang Jelas dan tegas mengenai
Masalah ini” Tegas Johan dengan penuh penyesalan.
Menyikapi hal itu, aktifis Komite
Nasional Papua Barat (KNPB) Kaimana, Yohanis Furay sangat menghawatirkan sikap
Pemerintah dan DPR karena sempat
mendengar DPRD Kaimana pernah mengesahkan Perda Miras namun tidak memiliki
dampak apa-apa di kalangan masyarakat. “Katanya DPRD Kaimana Pernah membuat
Perda Miras, tetapi kenapa masih terus terjadi kematian orang Kaimana karena faktor
Miras? “ sanggahnya dengan muka bertanya-tanya.
Ia menyatakan bahwa kalau modelnya
seperti ini berarti Pemerintah dan pihak keamanan Indonesia sedang
mengatur kematian orang Papua secara sistematis melalui Miras, sehingga miras sulit
untuk diberantas.
Dia juga mengatakan pemuda Papua kalau mau
selamat harus bertobat agar tidak mati sia-sia. “Kematian orang Papua sudah
disusun secara sistematis dengan jalan Melegalkan Miras, jadi kalau mau selamat
lebih baik bertobat, karena Pemerintah Kolonial dan Pihak Kepolisian tidak
mungkin melenyapkan Minuman Keras” tambahnya.
0 thoughts on “Siswa SMP Frans Jafata Ditabrak Mobil, Pelaku dan Korban Sama-sama Komsumsi Miras: Apa tanggapan Publik Mengenai Miras?”