Foto Istimewa Demianus Nawipa |
Oleh :
Demianus Nawaipa
Menurut ilmu
pengetahuan yang saya belajar, sebutan nama pulau Papua (sekarang) seharusnya
kita sebut nama yang diembriokan dari pada zaman purba, dan tidak terlepas dari
benua raksasa (Supercontinet) yang
disebut sebagai “Benua Pangaea.”
Menurut Alfred
Wegener, yang menerangkan tentang Apungan Benua (Continental Drift). Konsepnya itu sangat menerangkan bagi saya bahwa
posisi pulau Papua (Sebutan Sekarang) pada zaman purba berada di belahan bumi
bagian selatan atau se-daratan dengan Amerika Selatan, Afrika, Australia, India,
Selandia Baru dan benua Artik (South Pole)
yang disebut sebagai anak benua raksasa (Supercontinet
Child) dinamai “Gondwana Land”
pada zaman Jurassic awal, sekitar 180 Juta Tahun yang lalu. Pada zama jurassic
akhir sekitar tahun 160 juta tahun yang lalu, anak benua raksasa bagian selatan
mulai terpisah secara perlahan-lahan, dan pergerakannya sedang berlangsung
sampai saat ini.
Pulau Papua (Sebutan sekarang) adalah cikal bakal dari benua Australia, yang terbentuk
dari bebatuan sedimen Australia bagian utara mulai pada zaman Cretaceous akhir
(Kapur) sekitar 55 juta tahun yang lalu, dan pulau itu disebut sebagai “Convergen Land” artinya; “ pulau yang
terbentuk karena tabrakan/tubrukan antara dua lempeng ” kemudian akibat
tabrakan dua lempeng itu terbentuk busur gunung api (Vorcanic Arc) pada
lempeng benua.
Pulau Convergen Land
alias Pulau Papua itu sedang mengalami pengangkatan dari dasar laut dan
mengalami penderitaan yang sangat signifikan karena posisinya terletak pada
pertemuan antara tiga lempeng besar dunia, yaitu lempeng Indo-Australia yang
bergerak ke arah utara di bawah lempeng benua Eurasia, lempeng Pasifik yang
bergerak ke arah barat di bawah pulau Papua (Convergen Land) dan lempeng benua
Eurasia.
Pada pergerakan
tersebut sampai saat ini sedang berlanjut. Maka untuk mengenal jejak cikal
bakal terbentuknya pulau “Convergen Land” (Nama Purba/Asli) dilihat pada batas lempeng
tektonik dan paparan/dangkalan Sahul.
Catatan
:
Saya berpikir bahwa
untuk pemberian nama pada segalah-galahnya yang ada di planet bumi ini diberi
nama oleh makluk mulia (Manusia).
Namun, sebelumnya manusia itu bisa menganalisa genesa, morfologi, habitat, dan
semua ciri-ciri yang ada pada benda/hewan yang bersedia diberikan nama oleh
manusia itu. Setelah dianalisis diberikan nama sesuai dengan pengamatannya.
Tawaran saya Pulau
Papua bisah disebut “Pulau Convergen Land”
Penulis
: Demianus
Nawipa (Mahasiswa Teknik Geologi IST AKPRIND Yogyakarta)
MANTAP OM
ReplyDelete