Ist@ (google.com)
|
Dengan
adanya seluk beluk hasil hutan ini. kebutuhan masyarakat tidak pernah mengalami
kesulitan dan kesusahan dalam keluarga dan kehidupan mereka. Yang ada hanya
bagaimana masyarakat berpikir untuk mengelolah hasil hutan dan alam itu sendiri.
Hal ini, bisa kita katakan bahwa hutan telah hidup bersama-sama dengan
masyarakat. Mereka selalu hidup berdampingan dan saling memengaruhi
antarmasyarakat dan hutan alam papua. Otomatis kehidupan mereka, tidak pernah merasa kesulitan dan kesusahan.
Akan
tetapi, dengan adanya perkembangan teknologi yang sedang maju ini. mengakibatkan,
masyarakat akan semakin jauh lebih mengenal yang namanya teknologi. Namun,
tidak seperti itu yang muncul. Akan tetapi, masyarakat malah lebih jauh dari
kehidupan teknologi.
Dengan
adanya teknologi itu, malah masyarakat tidak semakin senang. Namun, mereka
ingin yang sederhana saja, yang bisa membawa hasil yang baik. Tidak ada saling
kontak antara manusia dengan alam. Kehidupan mereka semakin jauh. Oleh karenanya,
masyarakat dan alam sudah tidak ada saling berkaitan dan bersama.
Oleh
karenanya, banyak penghasilan tambang-tambang (perusahaan-perusahan) yang masuk
dan merusak hasil alam papua. Terutama perusahaan yang mana mengambil hasil
hutan papua dengan tanpa ijin, mengambil hasil hutan dengan tidak menusiawikan
manusia dan mengambil hasil kekayaan hutan dengan sifat kekerasan. Dengan demikian,
hasil hutan papua sudah semakin habis. Akibat dari itu, pengambilan hutan yang
besar-besaran.
Dengan
demikian, Hasil penelitian organisasi kampanye lingkungan global Greenpeace
tahun 2009-2010 menunjukkan setiap tahun 300.000 hektare hutan di Papua rusak,
kata Koodinator Greenpeace Wilayah Papua, Richard Charles Tawaru.
"Kerusakan
hutan terparah terjadi di wilayah selatan Papua dan sejumlah daerah di Papua
Barat," kata Tawaru di Jayapura, Jumat.
Ia
mengatakan laju kerusakan hutan di wilayah Papua cukup mengkhawatirkan karena
setelah tiga tahun luas hutan yang pada 2005-2009 mencapai 42 juta hektare
lebih sudah berkurang signifikan.
Menurut data pemerintah, rata-rata deforestasi di Papua mencapai 143.680 hektare per tahun dan khusus untuk wilayah Papua Barat sampai 293 ribu hektare per tahun,(www.antarnews.com).
Menurut data pemerintah, rata-rata deforestasi di Papua mencapai 143.680 hektare per tahun dan khusus untuk wilayah Papua Barat sampai 293 ribu hektare per tahun,(www.antarnews.com).
Akan hal
ini, pengambilan hasil hutan di papau sudah semakin menyusut (www.tabloidjubi.com)/atau(http://z.tabloidjubi.com/index.php/2012-10-23-00-07-55/advertorial/6060-hutan-papua-menyusut)
Apalagi
banyak tambang-tambang yang masuk menguasai hutan alam papau. Contohnya di kota
merauke, banyak penghasilan hutan yang diambil dari perusahaan Mife. Yang
menguasai hasil tambang kaya ini, dari negara Jepan. Dari hari ke hari
penghasilan yang di hasil di sana sekitar 75% banyak kaya. Bila, hal terus
terjadi, maka hutan alam papua akan semakin menyusut dan punah.
Akibat dari
itu semua, kehidupan masyarakat papua akan semakin tersingkir dan terbelakang.
Akibat menjual tanah kesana-kemari tidak memikirkan efek yang nantinya terjadi.
Bila habis menjual tanah, akibatnya masyarakat hidup dengan penuh kemisikinan.
Dan pada akhirnya, kehidupan masyarakat papua sudah sangat jauh tersingkir dari
perkotaan.
Dengan
demikian, kehidupan masyarakat hanya bisa bergantung pada kekayaan alam pada
zaman dahulu. Namun, sekarang masyarakat hanya bisa bergantung pada sifat
konsumtif. Mereka tidak bisa memproduksi barang mentah menjadi barang jadi,
namun hanya bisa mengonsumsi prokduksi dari orang lain. Dengan begitu,
masyarakat akan semakin terpinggir oleh
pengusaha-pengusaha di luar dari papua.
0 thoughts on “Hutan Alam Papua Menipis, Pengambilan Hasil Hutan Papua Semakin Meningkat”