Yogyakarta ,(KM)-- Bertepatan dengan hari pendidikan nasional 2015 pada Sabtu, 2 Mei 2015, Kementerian Pendidikan Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta (KP-BEM USD) mengadakan seminar pendidikan dengan tema “Membangun pendidikan dengan pedagogik Ignatian”. (02/05)
Dalam seminar pendidikan ini dihadirkan Prof.Dr.Paul Suparno,SJ dan Dr.Markus Budiraharjo,M.Ed sebagai pembicara utama tentang pendidikan yang memanusiakan manusia muda. Seminar itu pula dihadirkan dua inspirator muda Yogyakarta yang berada di bawah koordinasi Anies Baswedan sebagai penggagas dan ketua Indonesia Mengajar.
Pada seminar ini, kedua pembicara utama membagikan ilmu yang mereka miliki tentang pendidikan yang memanusiakan manusia muda bangsa. Seperti slogan USD bahwa civitas akademika tidak hanya cerdas dalam ilmu pengetahuan saja, tetapi juga menjadi manusia bagi sesama (humanis). Maka ada istilah yang biasa dipakai di kalangan pendidikan Yesuit bahwa kita menjadi manusia bagi sesama (People is man for others).
Selain itu, pendidikan yang dicanangkan oleh seorang tokoh pencetus Yesuit yakni St.Ignatius dari Loyola juga mewariskan pada generasi berikutnya bahwa pendidikan yang baik itu tidak hanya dilihat dari kemampuannya dalam memahami ilmu pengetahuan saja. Tetapi juga seseorang harus memiliki kepekaan kepada orang lain (sesama). Jika mempunyai ilmu dan berbela rasa juga tidak cukup. Maka kita perlu melakukan apa yang kita rasakan, kita harus tunjukkan kepada orang lain bahwa kita memiliki ilmu pengetahuan dan kita memiliki rasa kasih kepada sesama. Maka dalam pendidikan Yesuit, ada tiga hal utama yang menjadi dasar yakni 3C (Competence, Conscience and Compassion).
Seperti dijelaskan pada bagian di atas bahwa competence adalah kompetensi atau ilmu pengetahuan yang kita terus pelajari pada tingkat pelajar (mahasiswa) di ruang kelas. Ilmu yang kita dapatkan, tidak hanya bersama guru (dosen) di ruang kelas saja, tetapi kita mengembangkan kompetensi sendiri dengan belajar di luar kelas seperti di toko buku, di rumah dan di tempat kita tinggal.
Ilmu yang kita dapatkan di kelas dan di luar kelas itu lalu kita berbagi dengan orang lain (sesama) yang sangat membutuhkan bantuan dari kita. Kita harus berpikir bahwa sesuatu hal yang kita dapatkan dari hasil usaha, itulah yang juga dinanti- natikan oleh orang lain (sesama). Misalnya, pada suatu kali ujian, kita medapatkan nilai 10 dan teman kita mendapatkan nilai 5. Maka, kita akan tersentuh hati untuk membantu teman saya itu belajar sehingga kedepannya dia bisa mendapatkan nilai 10. Itulah artinya dari conscience (ikut berbela rasa).
Ilmu yang kita dapatkan di kelas dan di luar kelas itu lalu kita berbagi dengan orang lain (sesama) yang sangat membutuhkan bantuan dari kita. Kita harus berpikir bahwa sesuatu hal yang kita dapatkan dari hasil usaha, itulah yang juga dinanti- natikan oleh orang lain (sesama). Misalnya, pada suatu kali ujian, kita medapatkan nilai 10 dan teman kita mendapatkan nilai 5. Maka, kita akan tersentuh hati untuk membantu teman saya itu belajar sehingga kedepannya dia bisa mendapatkan nilai 10. Itulah artinya dari conscience (ikut berbela rasa).
Selain itu, ilmu yang kita miliki lalu bagikan kepada orang lain. Kita berbela rasa kepada sesama manusia. Kemudian kita ingin membantu orang lain. Nah, aksi nyata dari kita kepada sesama yang membutuhkan bantuan dari kita itu. Misalnya, kita ketika memiliki ilmu lalu kita merasa tidak cukup kalau tidak membagikan kepada orang lain. Maka tidak sedikit dari kita yang membagikan ilmu yang kita miliki, misalnya di sekolah, di tempat- ibadah, di perkampungan, dsb. Nah, aksi nyata itulah yang dimaksud dengan istilah compassion.
USD Mengajar (USDM)
USD Mengajar (USDM)
Untuk mewujudkan 3C yang dicanangkan pada setiap satuan pendidikan yang dikelolah Yesuit, maka para civitas akademika melakukan berbagai hal yakni tidak hanya pada bidang ilmu pengetahuan saja, tidak hanya kegiatan bersifat internal saja. Tetapi lebih pada sosial dan aksi nyata kepada masyarakat luas. Tindakan yang kerap dilakukan mahasiswa bersama masyarakat adalah menjadi agen of change di tengah masyarakat. Salah satu aksi nyata yang dilakukan adalah mengajar generasi muda bangsa, berdayakan anak- anak yang kurang mampu dalam hal intelektual, disiplin dalam hidup.
Tujuan utama kehadiran pendidikan pedagogik Ignatian adalah memanusiakan manusia muda. Hal seperti itulah yang disampaikan oleh Rm.Driyarakara, SJ dan Rm.Mangun Wijaya,Pr. Mereka memiliki pemikiran- pemikiran tentang menjadi manusia sejati, tidak hanya setengah- setengah saja, tetapi haruslah utuh (menyeluruh). Hal itulah yang disampaikan oleh Prof.Paul Suparno,SJ dalam seminar.
Seminar kali ini juga menjadi ajang puncak USD mengajar (USDM) yang dilakukan oleh 48 mahasiswa USD di beberapa tempat di kota Yogyakarta dan sekitarnya. USD mengajar ini juga menjadi embrio untuk berusaha masuk pada program Indonesia mengajar. USD mengajar ini disetujui oleh pihak kampus USD dan dibentuk pada bulan Februari 2015. Tujuan dibentuk USDM ini adalah menjadi wadah penyaluran ilmu pengetahuan dan memanusiakan manusia muda di seluruh nusantara.(Mako/KM)
Tujuan utama kehadiran pendidikan pedagogik Ignatian adalah memanusiakan manusia muda. Hal seperti itulah yang disampaikan oleh Rm.Driyarakara, SJ dan Rm.Mangun Wijaya,Pr. Mereka memiliki pemikiran- pemikiran tentang menjadi manusia sejati, tidak hanya setengah- setengah saja, tetapi haruslah utuh (menyeluruh). Hal itulah yang disampaikan oleh Prof.Paul Suparno,SJ dalam seminar.
Seminar kali ini juga menjadi ajang puncak USD mengajar (USDM) yang dilakukan oleh 48 mahasiswa USD di beberapa tempat di kota Yogyakarta dan sekitarnya. USD mengajar ini juga menjadi embrio untuk berusaha masuk pada program Indonesia mengajar. USD mengajar ini disetujui oleh pihak kampus USD dan dibentuk pada bulan Februari 2015. Tujuan dibentuk USDM ini adalah menjadi wadah penyaluran ilmu pengetahuan dan memanusiakan manusia muda di seluruh nusantara.(Mako/KM)
Oleh : Agustian Tatogo, S.Pd.
0 thoughts on “Pendidikan: Memanusiakan Manusia Muda”