Foto.Doc.Ist/Viktor Yeimo/KM |
Aktivis,(KM)-- Indonesia, sejak Soekarno hingga Jokowi, nyawa manusia sudah menjadi pencitraan kekuasaan semata.
Penguasa Indonesia belum melepaskan diri dari budaya arkaik barbarisme. Hukum dan para penegaknya lebih pantas disebut arena industri perdagangan. Semua kejahatan dilegalakan sambil menutupi kejahatannya dengan argumen yang seakan-akan logis.
Membunuh para pengedar Narkoba tidak akan merubah Indonesia sebagai penjahat kemanusiaan. Jokowi hanya berhasil mencatat dirinya sebagai pembunuh dalam 5 tahun kekuasaanya, karena Jokowi, Indonesia maupun dunia tidak akan pernah berhasil memberantas Narkoba.
Jokowi adalah representasi dari karakter para penguasa Jawa yang selalu mengejar pencitraan diri dengan mengorbankan kemanusiaan lain. Sifat ekspansionisme, kolonialisme, militerisme, chauvinistik, dan sok superhero ala orang Jawa patut dilawan.
Dunia memasuki perabadaan kemanusiaan dimana cara-cara kemanusiaan harus dipakai dalam menghadapi kejahatan. Sudah banyak negara yang meninggalkan hukuman mati, dan berhasil memanusiaan penjahat kemanusiaan dengan cara-cara manusiawi.
Untuk semua yang bekerja sama dengan Indonesia, perlu anda pahami bahwa Negara yang bernama Indonesia ini, rakyatnya melarat miskin, keadilan hanya bagi penguasa dan kepentingannya. Membunuh para pengedar Narkoba tidak akan menyelamatkan warga negaranya yang setiap hari mati banyak akibat kejahatan negaranya sendiri.
West Papua adalah bukti dari korban kekerasan penguasa Indonesia. Tanpa Narkoba pun, setiap hari orang Papua mati dibawah kejahatan kekuasaan negara Indonesia.
stop state killing
0 thoughts on “Viktor Yeimo : Indonesia, Sejak Sukarno Hingga Jokowi Nyawa Manusia Papua Pencitraan Kekuasan Semata”