Aksi Demo Damai dari AMP Yogyakarta. (Foto: Admin/KM) |
Yogyakarta, (KM)—Mahasiswa dan Mahasiswi Papua yang
bergabung di Aliansi Mahasiswa Papua kota Yogyakarta menggelar demo damai
dengan menyikapi tindakan yang dilakukan militerisme di Papua atas perilaku
yang tidak memanusiawi terhadap Orang Papua.
“Perilaku
Negara Penjajah Indonesia melalui Polisi, TNI, Intelijen, dan seluruh jajaran
aparat keamanan Indonesia masih saja
melakukan tindakan tidak manusiawi terhadap rakyat sipil dan tokoh Papua,” Kata
Juru Bicara, Kudiai Kigiba, kepada www.kabarmapegaa.com, Kamis,
(03/09/15) yang diterima press Relase.
Kata
dia, Tercatat dalam sejarah Papua, pada dekade 1960an - 1970an, pengkondisian,
pencaplokan, pendudukan, pembantaian, pembunuhan massal, genosida, penculikan,
pemenjarahan, pengejaran, dan membumi hanguskan daerah-daerah di wilayah adat
Papua masih terjadi yang nyata hingga yang sistematis,"jelasnya.
“Kurang
lebih tercatat dari 800 ribu jiwa orang Papua setelah aneksasi 01 Mei 1963
hingga konsiparsi manipulasi Pepera Juli-Agustus 1969 oleh Indonesia, jumlah
orang Papua yang dibunuh dalam operasi-operasi militer Indonesia mencapai 500 ribu
jiwa,”pungkasnya.
Lebih
lanjut, kudia mengatakan, dari pembunuhan para tokoh-tokoh Papua hingga rakyat
sipil, sampai hari ini masih terjadi. Pencatatan stantistik Populasi Orang
Papua di Tanah Papua tercatatat jumlahnya semakin menurun drastis akibat
kekerasan Negara yang membabibuta secara nyata dan tersistematis,”jelasya.
“Data
2013/2014 mencatat jumlah orang asli Papua rata-rata 1,7 juta jiwa. Sedangkan
non-Papua 2 juta jiwa. Data tahun 2015, hingga bulan Mei dikabarkan tercatatat jumlah
orang asli Papua 1,5 juta jiwa dan non-Papua 2,3 juta jiwa. Tidak hitung tahun,
dalam beberapa bulan saja jumlah orang Papua berkurang 200 ribu,”tandasnya.
Ia
menjelaskan terkait kasus di Timika bahwa, Kasus penembakan di Timika, Jumat,
28 Agustus 2015 yang menewaskan dua warga sipil diantaranya adalah Emanuel
Mailmaur (23) dan Yulianus Okoware (23), tiga warga sipil dan satu pelajar SMA
kritis di RSUD SP IV dan V Mimika. Teragedi yang memilukan sebuah tindakan
tidak manusiawi oleh TNI AD di Timika,”jelasnya.
Ini kronologis:
Pada
acara pukul Tifa yang berlangsung di Koperapoka, dua orang tak dikenal latar belakang
dan statusnya, datang di tempat acara tersebut dalam keadaan mabuk dengan memakai
kendaraan bermotor.
Karena
kedua orang tak dikenal itu datang dalam keadaan mabuk sehingga masyarakat
menolak dan meminta agar tidak boleh masuk ke tempat acara tersebut. Kemudian
kedua orang tersebut diminta pulang ke rumah mereka oleh masyarakat Mimika.
Mereka (pelaku) pulang dengan emosi dan penuh kemarahan.
Lalu
beberapa saat kemudian kedua orang tak kenal itu datang ke tempat acara
tersebut. Ternyata masyarakat melihat bahwa kedua orang itu bawa dengan senjata
laras panjang dan pisau sangkur.
Kemudian,
dua orang pelaku itu tawar-menawar dengan penjaga keamanan yang berjaga di
tempat acara tersebut. Namun dalam keadaan emosi dan marah yang meledak-ledak
kedua pelaku itu mendobrak paksa masuk dalam acara tersebut dan mengacaukan
situasi acara tersebut.
Mereka
(pelaku) pun menodong dengan pisau ke
arah masyarakat Mimika di sekitar pusat acara. Tak hanya itu, kedua pelaku juga
menodong dengan menggunakan senjata laras panjang. Karena keadaan tersebut,
warga mulai takut dan cemas. Acara pukul Tifa pun mulai kacau karena kehadiran
orang tak kenal itu.
Kemudian,
kedua orang itu (pelaku) keluar dari tempat acara pukul Tifa ke jalan raya.
Dari jalan raya itulah, pelaku mengeluarkan tembakan ke arah masyarakat dan
orang-orang yang ada sekitar sepanjang jalan raya Koperapoka.
Banyak
masyarakat Mimika lari ke sana ke sini karena takut kena peluru senjata tajam.
Para pelaku menembak ke arah masyarakat dengan peluru tajam tetapi tidak
mengenainya. Namun ada banyak orang yang kena peluru tajam dan ada yang
meninggal di tempat.
Nama-nama
korbannya; Imanuel Mailmaur (23) tewas ditembak di tempat, Yulianus Okoware
(23) tewas ditembak mati di tempat, Marthinus Apokapo (24) luka di pinggang
kiri karena kena peluru, Marthinus Imapula (25) luka di kaki kena tembakan
peluru. Dan masih ada yang mengalami luka-luka tembakan tetapi tidak bisa
terdata karena banyak aparat keamanan tidak mengizinkan mengambil data para
korban di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Mimika.
Setelah
mencari tahu siapa para pelaku penembakan itu, ternyata mereka berasal dari
Kodim 1710. Kedua pelaku itu adalah Serka Makher dan Sertu Ashar.
Kasus-kasus
penembakan oleh gabungan militer Indonesia dalam beberapa bulan ini tercatatat,
Kabupaten Lanny Jaya (membumi hanguskan), Kabupaten Timika (Konflik suku yang
disebabkan oleh TNI/POLRI), Kabupaten Paniai (Penenmbakan 5 pelajar, anak,
peremuan dan petugas satpan dan RT Kampung Awabutu), Kabupaten Dogiyai (Penenmbakan
warga sipil, Kampung Ugapuga), Kabupaten Yahukimo (Penenmbakan warga sipil dan
pengejaran), Kabupaten Tolikara (Penenmbakan terhadap warga sipil) dan pada
hari kamis 27 Agustus 2015 penculikan oleh Densus 88 terhadap tiga warga sipil
di Base-G, Jayapura. Mereka yang diculik adalah Wilhelmus Awom (L/26), Selemon
Yom (L/27), dan Yavet Awom (L/19).
Negara
Kolonial Indonesia terus memakai sistem Militerisme sebagai alat untuk terus
menguasai wilayah adat Papua, dan terus memburu manusia Papua yang
mempertahankan hak asasinya. Negara Indonesia terus memperluas wilayah kekayaan alam Papua demi
kepentingan ekonomi-politik bagi Negara-negara Kapitalisme Indonesia dan Global.(Alexander
Gobai dan AMP/KM)
0 thoughts on “AMP Kota Yogyakarta Gelar Demo Damai Menyikapi Tindakan Militerisme di Papua”