Frans Pigai (Foto: Dok/KM) |
Oleh: Frans Pigai
Opini,
(KM)--Sejatinya
Pendidikan Usia Dini adalah menguji dan mengembangkan kemampuan diri sendiri
dan mengajari diri sendiri bagi anak Papua yang berada di tujuh wilayah adat
Papua.
Pendidikan
di Papua jelas perlu untuk dikembangkan terus-menerus. Program filsafat yang
berbasis pendidikan untuk anak usis dini yang ada di tujuh wilayah tanah adat
Papua adalah salah satu usaha yang perlu dilakukan, guna mewujudkan tujuan
tersebut.
Program
ini amatlah penting, karena filsafat pendidikan anak tidak hanya memberikan
pengetahuan baru, tetapi juga mengajak orang untuk berpikir tentang hidupnya
secara lebih mendalam dan juga dapat membentuk karakter bagi kaum dini.
Pendek
kata, filsafat adalah bagian penting dari pendidikan hidup (Lebensbildung)
setiap orang. Dengan kemampuan bernalar kritis serta reflektif, filsafat
membentuk cara berpikir, dan mengajarkan orang untuk membuat keputusan dengan
berpijak pada pertimbangan-pertimbangan yang tepat. Hal ini tentu amat
dibutuhkan oleh setiap orang, terutama bagi anak usia dini di tanah Papua baik
yang berarda di pegunungan maupun pesisir pantai. Namun, kemampuan ini tidak
datang begitu saja, melainkan kemampuan harus dilatih secara berulang-ulang di
dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, idealnya, kemampuan ini harus
dilatih secara usia dini.
Disinilah
arti terpenting dari program filsafat pendidikan untuk anak untuk konteks
Papua. Peran guru, orang tua, pemerintah dan masyarakat luas juga amatlah
besar, yakni sebagai “fasilitator filosofis”, guna membantu anak berpikir secara
mandiri dan kritis. Pada tingkat yang lebih luas, program filsafat pendidikan
untuk anak juga bisa berperan amat besar untuk meningkatkan mutu sumber daya
manusia di tanah leluhur Papua. Ini amatlah penting untuk menunjang kemajuan
bangsa.
Namun,
program filsafat pendidikan untuk tidak boleh jatuh pada birokratisasi yang
justru membunuh roh kritis dari filsafat yang berbasis pendidikan itu sendiri.
Ia juga harus memberikan ruang yang memadai untuk berdialog dengan kultur
setempat yang sebelumnya sudah ada di tanah Papua.
Penulis:
Mahasiswa Papua Kuliah di Surabaya Juga Aktif di Media Kabar Mapegaa
0 thoughts on “Pendidikan Usia Dini di Papua Perlu Dikembangkan Terus-Menerus”