Wajah anak-anak SD YPPGI Desa Demago, Kecamatan Tigi Barat Kabupaten Deiyai, Papua yang sedang merindukan guru untuk mendidik dan mengajri mereka. (Beatus.KM) |
Gorontalo (KM) - SD YPPGI Desa
Demago, Kecamatan Tigi Barat
Kabupaten Deiyai-Papua, yang didirikan sejak puluhan tahun yang silam oleh
almarhum Pelipus Waine melalui karya dan rukung Doa dari seluruh umat jemaat
Nazir Demago Klasis Tigi Barat itu,
masyarakat Demago merasa merasa keprihatinan
terhadap sekola tersebut, karena kekurangan tenaga (guru)
yang mendidik dan mengajar anak-anak mereka.
Sekarang sudah berjalan enam (6) tahun tanpa guru (tenaga pengajar). Masyarakat setempat kuatir kemanakan, anak-anak mereka dalam penerus Deiyai
kedepan.
Namun,
Sayangnya, Yohanes Pigome yang berlatar belakang pendidikannya selesai dari
Sekolah Menengah Atas (SMA) itu mwlihat
kondisi tidak adanya guru, Ia terpaksa harus mengajar adik-adiknya walau
pengetahuannya pas-pasan. Pigome sudah partisipasi mengajar
adik-adiknya dari tahun 2014 hingga saat ini.
Yohanes
Pigome, kepada Kabar Mapegaa, mengatakan, saya disini hanya
bantu-bantu mengajar sebagai honor, karena hari ke hari selama ini saya melihat
semua anak sekolah kurang mendapatkan belajar dan mengajar dengan baik karena
kekurangan guru bahkan guru bernip kepala sekolah saja tidak menetap mengajar.
“Untuk pribadi saya masih
ragu mau mempelajari guru-guru bernip yang masih ada sekarang di sekolah ini
dalam hal kepala sekolah, karena apa..? gedung sekolah sudah masih bagus, hanya
kekurangan assecories komputer dan lain sebagainya,” tegasnya saat diwawancara, Jumat (19/08) via telpon.
Kemudian Pigome menjelaskan bahwa dirinya bukan seorang
guru, Pigome mengaku diripun masyarakat biasa.
“Maka, kami masyarakat Demago
merasa kecewa dengan keadaan keaktivan serta efektivitas mengajar guru-guru
sekolah ini tidak serius mengajar,
bahkan pemerintah kabupaten Deiyai belum perhatikan penempatan guru yang serius-serius
mengajar,” kata lulusan SMA itu.
Sehinggah, Lanjut Pigome, efek
dari itu, berapa generasi tidak mendapatkan pendidikan dengan serius/baik. “Sekarang pekerjaan
sahari-hari meraka berkebun (petani) dan
terpaksakan diri mereka kawin karena tenaga guru yang mendidik dan mengajar
tidak ada.,” tegasnya dengan nada kecewa.
Katanya, Dia sebagai putra daerah yang putus sekolah dari
SMA merasa sedih dengan keadaan hidup adik-adiknya dan merasa rugi generasi penerus kabupaten Deiyai kedepan.
Maka
itu, Yohenes Pigome tegaskan kepada pemerintah Kebupaten Deiyai mohon
penempatan tugas guru-guru itu dengan baik, jangan tugaskan di sekitaran kota
saja, tetapi harus melihat Sekolah Dasar (SD) yang pelosok seperti Kampung Desa
Matadii, Demago, Waiyamo dan beberapa sekolah terepencil yang mendiami di
kabupaten Deiyai. Dan juga tugaskan guru-guru yang punya berwawasan tinggi
mencintai keadaan masyarakat dan siswanya setempat, bukan guru yang makan
disini buang air di tempat lain.
“Saya mengajak kepada alumni dari SD YPPGI Demago yang sudah selesai
dari keguruan pendidikan yang mendapatkan gelar S.Pd, harus datang mengajar
disini. Jangan mecari persaingan dalam peran politik instansi kepemerintahan,” tegasnya
.
Pewarta: Beatus Pigome
Editor: Manfred Kudiai
0 thoughts on “Tidak Ada Tenaga Pengajar, Tamatan SMA Ini Lebih Memilih Mengajar Adik-adiknya di SD YPPGI Demago Deiyai”