(Mahasiswa asal papua bersama mahasiswa lainnya dari Indonesia di Oregon US |
Yogyakarta, (KM)--Asosiasi Mahasiswa Papua di Luar Negeri, mengeluarkan tuntutan kepada pemerintah Provinsi Papua. Akibat persoalan dana. Bantuan dana dari pemerintah provinsi Papua melalui Badan Sumber Daya Manusia (BSDM) tak kunjung diterima sejak akhir desember lalu.
Berikut adalah pernyataan sikap Asosiasi Mahasiswa Papua di Luar Negeri yang dierima media ini Rabu, (8/2/17) via pesan online.
Kami segenap students Papua khususnya diluar negeri yang telah mendapatkan beasiswa dibawah label Sumber Daya Manusia (SDM) di Provinsi Papua, terancam dengan ketelan uang tuition dan akomodasi. Kami ingin segera merelealisasikan uang dengan secepat mungkin. Kalau kemungkinan dananya masih belum atau lama di cairkan dan tau juga ada tapi menolehkan ke lain hal, mohon supaya Pemerintah Provinsi Papua dalam hal ini BSDM Papua mencari tahu celah ini agar dapat di tutupi agar students Papuan di luar negeri bisa belajar dengan kondusif.
Kami sepakat membuat suatu usulan students satu sama lain di luar negeri bahwa orang tua kami di Papua ambil satu kesempatan untuk berdemo ke Pemprov Papua.
“Menyangkut kita punya permasalahan beasiswa mulai dari tuition hingga uang akomodasi yang sudah berbulan-bulan ini belum diterima sejak juni-juli (sammer) 2016 lalu karena adanya solusi yang belum jelas dari pemerintah kita, dan adanya informasi tentang pergantian pejabat di Pemda yang kemungkinan bisa mengakibatkan penundaan lagi untuk memproses kita punya hak selanjutnya. Maka, ada satu hal yang mungkin kita bisa lakukan untuk lebih tegas lagi ke Pemda yaitu meminta tolong ke orang tua kita semua untuk berkumpul bersama-sama datang ke Kantor Gubernur Papua, untuk bertemu Gubernur atau pejabat tinggi siapa yang bisa bertanggung jawab disana. Jika teman-teman mau bekerja sama mari kitong set up schedule yang pas untuk kebanyakan orang tua agar bisa hadir,” chattinggan kami.
Berikut adalah tempat dan kasus-kasus yang kami hadapi selama beasiswa dari Pemerintah belum kirim sampai saat ini tepat pada tanggal 08/02/2017:
Arizona
Sudah 7 bulan, 12 mahasiswa Papua di (Arizona State University (ASU) Arizona, USA. belum terima biaya studi dari Pemda Papua. Persoalan yang mereka hadapi saat ini adalah sudah 7 bulan atau hingga Februari 2017 mereka belum juga mendapat transfer pengiriman biaya studi dari Pemda Papua agar bisa mendaftar kuliah. Ini terhitung sejak mereka dikirim studi di Arizona, AS pada bulan Juni 2016 lalu. Untuk aplikasi pendaftaran online saja, per orang harus membayar 85 dolar AS. Tapi uang itu di dapat dari mana karena mereka belum punya uang! Belum lagi untuk biaya lainnya ketika sudah terdaftar dan siap untuk kuliah.
Texas
Karena tidak membayar biaya kuliah dan asrama, keempat Mahasiswa terpaksa memilih meninggalkan kampus dan asrama mereka di Texas untuk tinggal sementara waktu bersama mahasiswa Papua yang lain di Reno, Nevada, US. Sedangkan barang-barang mereka tetap dibiarkan di asrama sambil menunggu kejelasan pengiriman biaya dari Pemda Provinsi Papua ke rekening mereka.
Kanada
Situasi sama dialami puluhan pelajar dan mahasiswa Papua di Kanada.
Dari 35 orang yang dikirim pemerintah daerah, 15 anak SMA (Bronte College) dan 20 orang kuliah di University (Humber College).
“Kurang lebih tiga bulan terakhir ini kami belum menerima biaya studi dan biaya hidup kami,” seorang mahasiswa di Kanada.
Kesulitan finansial jelas berdampak pada kondisi belajar mereka di sekolah, kampus maupun di tempat tinggal. Bahkan, sebagian besar dari pelajar dan mahasiswa Papua yang ada di Kanada sudah tak melanjutkan kuliah lagi.
“Ada juga yang membatalkan semester, lebih mirisnya ada yang dikeluarkan dari kelas untuk tidak mengikuti pelajaran karena belum memperpanjang izin tinggal atau Visa. Mau urus Visa tentu butuhkan uang,” tulisnya.
Alasan lain beberapa orang sudah dikeluarkan oleh pihak pemilik rumah kos karena yang bersangkutan terlambat membayar biaya sewa. Selain itu, masih banyak persoalan lainnya. Ini keluhan yang sedang kami alami saat ini, sejak tiga bulan lalu.
Oregon dan California
Beberapa mahasiswa Papua di Corban University (Oregon) dan San Bernadino University (California), mereka sering mengalami keterlambatan pengiriman biaya studi dari Pemda Provinsi Papua hingga tiga sampai empat bulan. Keterlambatan ini kadang menyebabkan terjadinya tunggakan pembayaran biaya di kampus dan asrama atau apartemen tempat mereka tinggal.
Washington state
Akibat dari itu, beberapa mahasiswa yang tinggal bersama host family sudah dikeluarkan karena rent of due date habis. Sebelumnya, host family diminta bersabar sekaligus beri kesempatan untuk memenuhi uang rentnya. Tetapi, karena janji tersebut telah berlalu bahkan beberapa bulan tak bayar, akibatnya dua siswa SMA kembali ke Papua. “Kalau kamu tidak lagi bayar, kamu akan dideportasi ke negara asalmu,” ujar host family kepada dua siswi SMA yang telah kembali ke Papua.
Mendengar itu, mereka berdua memutuskan untuk pulang ke Papua sebelum barang-barangnya dikeluarkan secara kasar.
Pengakuan sama datang dari beberapa mahasiswa sekampus. “Kami malu sekali hanya janji dan janji trus kepada host family. Apalagi mereka ini orang barat, bicaranya hanya to the point. Kami bersyukur karena mereka beri kami beberapa bulan untuk tinggal walaupun kami belum bayar rent,” kata seorang mahasiswa di Green River Collage, Washington state.
New Zealand
Di New Zeland, students Papua tingkat SMA telah dipulangkan karena kabarnya tunggakan mereka sudah mencapai Rp10 miliar. Lanjut studi atau tidak mereka lagi sedang menunggu informasi dari pemerintah saat ini di Papua.
Filipina
Students di Filipina juga mendapatkan hal yang sama. Sering Pemerintah kirim sebagian bahkan keterlambatan yang fatal sekali. Instructor kami tidak melihat dengan senyuman dikarenakan tidak mencukupi tuitionnya.
Australia
Pemilik rumah tinggal kami tidak senang lagi lihat kami seperti kami pertama datang dirumahnya. Jajahan kami tidak masuk sejak tahu lalu.
Semua yang kami tuliskan ini tidak termasuk students Papua di negara lainnya yang mengenyam ilmu. Kepercayaanmu adalah kepercaanku nanti. Tidak kami punya uang yang di gunakan kalau mendapatkan bantuan dari pemerintah. Lebih parah itu anak-anak petani, hanya bisa kirim hasil kebun. Kami bilang itu tidak mencukupi kehidupan kami di luar negeri. Anak-anak pejabat pun demikian. Sebanyak uang yang orang tua kirim, itu hanya sekejap, bagaikan sekam yang ditiup angina hilang lenyap tanpa berbekas. Konsekuensinya, pendapatan level atas, menengah dan atas mustahil disekolahkan di di luar negeri. Kalau kedapatan seorang mahasiswa yang bersekolah diluar negeri hanya di biayai oleh orang tuanya, kami tidak dapat dipercaya karena saking mahalnya uang sekolah dan keseharian. Bisa-bisa orang tua tersebut adalah seorang pencoleng di kantor kecuali mereka Papuans yang sudah lama tinggal di luar negeri.
Akhirnya, kami minta pencerahan dari Pemerintah terkait beasiswa ini secepatnya. Kalau kami tinggal diluar negei tanpa kekosongan di dompet? Bagaimana yang kami bisa lakukan. Charge/beban kepada institusi dan tempat tinggal kami saat ini terhitung tidak murah, bagaimana itu semua mengatasinya? jika dana-dana tersebut bercabang ke pilkada dan dan lan-lan. Kami mohon supaya pemerintah jangan ikrar yang tidak sunguh-sunguh kapan akan diterima uang.
Dengan harapan kami yang sepenuhnya adalah bahwa hal-hal ini terjadi hanya karena rencana Tuhan. Kedepannya lebih bekerja dengan takut akan Tuhan. Belajar dari kesalahan.
Liputor : Manfred/KM
0 thoughts on “Tuntutan Asosiasi Mahasiswa Papua di Luar Negeri kepada Pemerintah”