Gubernur Papua, Lukas Enembe. (Foto: google.com) |
Timika,
(KM)—Gubernur
Papua, Lukas Enembe, sangat kecewa sekaligus marah lantaran tiga menteri
Kabinet Kerja itu secara diam-diam berkunjung ke area Pertambangan PT Freeport Indonesia.
Apalagi menurut dia, lawatan itu tanpa berkoordinasi dengan pemerintah
setempat.
"Pak
Gubernur sangat marah. Kami juga marah karena tiga menteri itu datang melakukan
kunjungan kerja ke PT Freeport tanpa terlebih dahulu berkoordinasi dengan pemda.
Apakah memang aturan protokoler kementerian seperti itu?" kata Bupati
Mimika, Eltinus Omaleng, di Timika, Senin (21/9), seperti dilansir dari Antara,
merdeka.com, Senin, (21/09).
Eltinus
mengatakan dia saat ini sedang berada di Manado, Sulawesi Utara, guna
menghadiri rapat kerja dengan Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Agraria,
dan kementerian terkait lainnya soal penyelesaian status hukum tanah-tanah
bandara bekas peninggalan pemerintahan kolonial Hindia Belanda.
Ketiga
mentri itu, yaitu: Menteri Perindustrian Saleh Husin,
Menteri Energi Sumber Daya Mineral Sudirman Said,
dan Menteri Perencanaan Pembangunan/Kepala Bappenas Sofyan Djalil.
Ketiga
menteri didampingi sejumlah pejabat teras BUMN itu, tiba di Bandara Moses
Kilangin, Timika, pada Sabtu (19/9) pukul 04.30 WIT. Mereka menumpang pesawat
Airfast milik PT Freeport Indonesia. Rombongan kemudian melanjutkan perjalanan
ke Tembagapura dengan menumpang helikopter Airfast milik PT Freeport. Eltinus mengatakan,
baru mengetahui kegiatan kunjungan kerja ketiga menteri itu sehari setelahnya.
"Mereka
meminta untuk melakukan rapat dengan kami dari Pemda Papua dan Pemda Mimika di
Pendopo Rumah Negara (rumah jabatan Bupati Mimika di Karang Senang-SP3) pada
hari Minggu jam 10 pagi. Saya langsung lapor ke Pak Gubernur. Kami menolak
permintaan mereka karena itu hari libur. Apalagi bertepatan dengan kegiatan
ibadah," ujar Eltinus.
Terkait
hal itu, kata Eltinus, Pemprov Papua dan Pemkab Mimika menyatakan akan menyampaikan
surat protes keras kepada Presiden Joko Widodo
di Jakarta.
"Kami
akan sampaikan surat protes keras ke Presiden di Jakarta. Lain kali tidak boleh
pakai cara-cara seperti ini. Kalau ada menteri mau datang, terlebih dahulu
harus koordinasi dengan pemda," ucap Eltinus sambil bersungut.
Eltinus
juga mempertanyakan ada kepentingan apa di balik kunjungan ketiga menteri
secara diam-diam ke Freeport. Dia menilai selama ini pemerintah pusat
memberikan hak-hak sangat istimewa kepada PT Freeport Indonesia.
Akibat
adanya perlakuan istimewa itu, ujar Eltinus, terkadang para pejabat Jakarta
tidak pernah merasa ada pemerintahan di Papua yang juga punya hak dan
kewenangan mengatur dan mengawasi Freeport.
Kunjungan
kerja ketiga menteri itu berlangsung di tengah-tengah sengketa dengan warga
Suku Amungme. Mereka meminta perusahaan penambangan emas asal Amerika Serikat
itu membayar ganti rugi lebih dari Rp 400 triliun atas pemanfaatan lahan jutaan
hektare buat kelanggengan bisnis pertambangannya.
Tuntutan
imbal balik pemanfaatan tanah hak ulayat itu didasarkan atas kenyataan. Selama
lebih dari 40 tahun Freeport Indonesia beroperasi di Papua, perusahaan itu
belum pernah sepeser pun membayar ganti rugi hak ulayat Suku Amungme.
Freeport
kabarnya hanya membayar dana satu persen, atau sekarang disebut dana kemitraan
dari pendapatan kotornya sejak 1996, sebagai bentuk tanggung jawab sosial
kepada masyarakat setempat. Tentu bukan itu keinginan warga setempat dan jumlahnya
pun jauh dari harapan.
PT
Freeport Indonesia merupakan perusahaan penanaman modal asing (PMA) pertama di
Indonesia yang menjalin kontrak karya I dengan Pemerintah Indonesia pada 1967.
Mereka memperpanjang kegiatan pengerukan emas dan hasil tambang lainnya melalui
kontrak karya tahap II pada 1991, semasa pemerintahan Presiden Soeharto.
Menjelang
masa akhir kontrak karya tahap II PT Freeport pada 2021, mereka kini terus
melobi pemerintah di Jakarta guna segera mendapatkan kepastian perpanjangan
kegiatan pertambangannya, melalui Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK).(Alexander
Gobai/KM)
0 thoughts on “Gubernur Papua Marah Tiga Menteri Kunjungi PT. Freeport Diam-Diam”