“Anak Papua, dilantarkan dan dibelakangi oleh manusia yang tidak bisa memanusiakan manusia. Maka Ajari aku, menjadi manusia yang bisa memanusiakan manusia”.
Oleh :
Alexander Gobai
Semenjak aku dilahirkan dari kedua
orang tuaku, aku adalah anak yang paling manja dalam keluarga. Namun, tidak
sepantasnya aku menerima hal itu dari kedua orang tuaku. Aku sangat bersyukur
dan patut kepada kedua orangtuaku, sebab aku masih memunyai kedua orang tua yang
mau melindungi dan menjagaku dalam setiap langkahku.
Setelah beberapa tahun kemudian, aku
di sekolahkan oleh kedua orangtuaku. Aku sangat gembira dan senang, Sebab, bisa
mendapatkan teman yang banyak di sekolah. Namun, bukan hal itu, yang menjadi
hal utama dalam hidupku. Akan tetapi, dalam lubuk hatiku yang kecil mengatakan
bagaimana caranya memanusiakan manusia yang berguna dalam masyarakat. hal itu
yang aku selalu impikan dalam hidupku.
Selama aku bersekolah, aku melihat
keindahan di atas “Tanahku Papua” yaitu Alam Papua yang selalu menyinari
pulau-palau papua di seluruh nusantara. Aku sangat merindukannya, dan ku ingin
dia berada di sampingku.
Selain itu, aku tak pernah melihat
manusia yang bijaksana (Arif) yang bisa membangkitkan semangat orang lain
sehingga orang lain pula, bisa menjadi orang yang berguna dalam masyarakat. aku
kadang-kadang menangis melihat hal demikian, di atas tanahku sendiri.
Tanahku Papua adalah rumahku, tempat
tinggalku dan aku selalu merindukannya. Begitupun juga dengan seekor cendrawasi
yang selalu bersiul-siul di tangkai pohon yang kering yang selalu membangkitkan
semangatku. Namun, kini aku tak pernah merasakan semangatnya itu, yang selalu
membangkitkan aku untuk menuju kesuksesan hidupku.
Kehidupanku sangat susah dan sulit di
atas Tanahku Papua. Melihat hal itu, aku setiap saat menangis melihat Man
yang kadang dan selalu mengalami kelaparan, kehausan bahkan tiap tahun
mengalami penderitaan. Orang papua telah habis (punah) satu demi satu. Aku
sangat sedih melihat hal itu.
Hal ini, disebabkan karena kurang
diperhatikan oleh pihak-pihak yang berkuasa baik pemerintah maupun
penguasa-penguasa lain. Yang seharusnya memberi bantuan kepada Man
yang sedang menanti dan menunggu bantuan tersebut. Namun, yang diberikan ialah janji-janji palsu. Aku sedih melihat manusia
Papuaku.
Selain itu, anak-anak papua baik
pemuda/I, mahasiswa/I, dan yang masih duduk di bangku pendidikan menengah. Aku
selalu melihat mereka, sebagian mengikuti di dalam pengaruh-pengaruh yang
sewajarnya tidak perluh diikuti dalam kehidupan. Namun, karena pengaruh budaya
asing yang luar biasa maka, mereka mengikuti perkembangan yang sedang
berkembang. Jika hal ini terjadi, dengan demikian generasi-generasi penurus
yang memunyai impian untuk membangun papua akan habis (punah) satu demi satu.
Aku sangat sedih melihat generasi-generasi yang memunyai impin-impin yang
besar, yang kemudian tidak dijaga dari pengaruh-pengaruh yang ada.
Jangan biarkan anak Papua meninggal
di atas Tanah Papua karena
ancaman-ancaman itu. Namun, perluh memberi perhatian penuh kepada
generasi-generasi penurus bangsa papua. Sehingga dapat merasakan dan mewujudkan
melalui pendidikan, sehingga tercipta bangsa yang makmur di atas Tanah Papua.
Sebab, hal ini menyangkut tentang harga diri yang kemudian akan membangun Papua
menuju kesejahteraan.
Dengan demikian, “Tangisan dan Tawa
Anak Papua” jangan dibiarkan dan menangis terus di atas Tanah Papua. Namun,
perluh diberi dukungan dan motivasi yang bisa membangkitkan semangat dalam
hidup, sehingga dapat terwujud impian-impian, mimpi-mimpi dan cita-cita yang
telah ditanamkan dalam hati dan pikiran. Tangisan Anak Papua hanya untukmu!
Kehidupanku telah nyata, ketika masih
dibangku pendidikan. Aku selalu merasakan kehidupan yang baik maupun yang
buruk. Aku selalu berdoa kepada yang Maha Kuasa semoga di tahun ini tidak
terjadi kondisi-kondisi yang buruk dalam kehidupan manusia. Aku Bangga apabila
terihat senyuman dan tawa anak papua yang akan memberikan suasana papua yang
lebih aman dan sentosa.“TANGISAN DAN TAWA ANAK PAPUA HANYA UNTUKMU”
Penulis : (Mahasiswa
Papua Kulia di Kampus Universitas Teknologi Yogyakarta)
0 thoughts on “TANGISAN DAN TAWA ANAK PAPUA”