Yustus Muyapa. Dok : Prib/KM |
Oleh : Yustus Muyapa
Senin
(29/9/2014) tadi malam, kira kira pukul (22.00 WIT) ada beberapa mahasiswa/I Agadidi
yang tinggal di PALDAM, Jayapura telah melaksanakan diskusi mengenai mengenai
organisasi dan kepemimpinan masa depan yang baik dan benar. Situasi diskusi
itu, sangat rama dan tenang. Kemudian, juga dalam diskuis adakalahnya dengan
minuman berwarna, yakni kopi menjadi teman diskusi sementara.
Dalam
diskusi itu, dikatakan Globalisasi persaingan antara daerah dan marga politik
yang kurang berbobot atau politik yang tidak memiliki harapan demi membangun
masyarakat Papua.
Terlebih
dengan menciptakan dan membentuk gubuk-gubuk kecil yang akhirnya menciptakan
persaingan antara daerah dengan daerah, kampung dengan kampung lain, suku
dengan suku lain, marga dengan marga yang lain, keluarga dengan keluarga lain
bahkan persaingan antara sahabat-dengan sahabat. Maka, akibatnya menciptakan
publik persaingan.
Pendiskusian
itu, terlebih difokuskan tentang generasi Agadide kedepan. Bagaimana dapat
mempertahankan kesatuan dan persatuan dalam wahda organisasi, sebagai suatu
wahda yang akan membentuk karakter sebagai pemimpin masa depan bangsa.
Kesatuan
dan persatuan ini, bukan dilihat dari keseombangan dan keegoisan diri pribadi yang kemudian dapat terbentuk kepemimpinan. Tetapi, dilihat dari karakter dan sifat seseroang. dari satu kemudian dapt diukur dengan kemampuan seseorang.
Belajar Organisasi adalah tempatnya untuk mencapai tujuan bersama yang baik. disitu akan diajarkan bagaimana membentuk karakter, menciptakan sifat yang baik dan terutama menegtasi masalah ketakutan dalam mempin orang banyak.
dengan hal itu pun, secara tomatis kita sudah menjawab masalah pemekaran. karena kita sudah salah satu persoalan batin yang kadang menghambat perjalan kepemimpian kita. nyatanya, orang membuat perbedaan karena kekurang mengetahui jiwa sosial, yang ada ada hanya jiwa sosialisme. Isme-isme yang bermunculan dalam otaknya.
Realitas
kehidupan sosial zaman sekarang di Papua kita melihat dari beberapa aspek dalam
masyarakat terutama aspek politik. Dengan adanya politik yang tidak membangun
atau politik kepentingan sekelompok orang, agar pemekaran berarti bukan menciptakan
kesejaterahan masyarakat tetapi malah menghancurkan beberapa aspek sosial
bahkan menghancurkan generasi kedepan.
Aspek
sosial budaya, dengan adanya pemekaran, manusia berbudaya akan dipengarui oleh
berbagai macam tawaran dari pemekaran itu. Pertama-tama pemekaran organisasi
dengan membuka pemekaran pastilah orang akan membutukan lahan yang cukup besar
untuk membangun banyak macam perumahan. Lalu apa yang terjadi disana?
Menciptakan
kesempitan kerja untuk orang asli pribumu, membuka lahan bagi orang lain dan
membukan kesempatan kepada orang lain.
Dengan
demikian, untuk mengatasi masalah diatas
seklaigus menjawa masasalh itu, perlu ditelusiri secara prbadi, apakah kita
sebagai mahasiswa sudah dengan sungguh
memperispakan diri untuk mampu menciptakan gerakan baru yang sifatnya membatasi
masalah dalam sebuah masalah.
Artinya
kita harus belajar dalam berorganisasi kepemimpinan dan belajar hal-hal lain
pun. Sebab, msalah diatas adalah bentuk dari kemelaratan kita pribai yang belum
mengetahui apa rugi dan untung dari sebuah pemekaran. Maka, kita sebagai
mahasiwa harus muda memhami kontesk ini, dengan cara membuka diri, menngerti
dan menganalisasi sebuah masalah dan lain-laian.
Begitupun
juga dengan pendiskusian malama ini. diskusi ini merupakan salah bentuk
kepemimpinan untuk menjawab rasa ketakutan dalam menjawab masalah. Hal ini
terus menerus perlu dilakukan,”kata
kakak senior, Nikodemus Bunai.
Yang mendiskusikan masalah di atas ialah kakak-kakak senior, Marten Yogi Nikodemus Bunai, Petrus Muyapa, Agustinus Kadepa, Petrus Yumai, Stepanus Yogi, Rudi Nakapa, Yusak Nawipa, dan Marius Gobai.
Yustus
Muyapa Penulis di Media Kabar Mapegaa (KM)
0 thoughts on “Belajar Organisasi Adalah Membentuk Karater Kepemimpinan Masa Depan Bangsa”