Siswa-Siswi Kelas XII Walt Whitman Rostow, SMA Adhi Luhur, Nabire, Papua. Foto. Dok Prib/KM |
Rekan-rekan
generasi perubahan. Maaf, sebelumnya, penulis ingin menyapa dengan mengucapkan
selamat membaca pada topik yang diangkat sekaligus ingin ditulis ini. Topik ini
kemungkinan rekan-rekan telah mengetahui arti dari Siombolis Mutualisme.
Tetapi, penulis merasa topik ini sangat penting untuk dibagikan kepada siapa
saja yang akan membaca.
Topik
ini, tidak akan dijelaskan sebuah opini, namun akan diceritakan dalam bentuk
Cerita Pendek (CERPEN) yang mengkisahkan beberapa orang sewaktu SMA.
Salam…!
*****
Di
bangku Kelas XIII IPS Walt Whitman Rostow, SMA Adhi Luhur, ada beberapa pemuda
yang sebagai pelajar. Mereka ini, ketika melakukan sesuatu harus bersama-sama.
Saat
itu, di Jam pelajaran sosiologi, Guru Longginus Mananggsan yang sebagai Guru
Sosiologi menjelaskan mengenai Simbolis Mutualisme. Kata Pak guru bahwa
Simbolis Mutualisme adalah satu pihak dengan pihak lain saling bekerja sama dan
saling menguntungkan antara satu dengan yang lain.
Setelah
menjelaskan panjang lebar menganai topik itu, tiba-tiba muncul perdebatan
antara pelajar sendiri atas kekiliruan penafsiaran.
Ceritanya,
bukan perdebatan serius namun hanya main-maina (bercanda). Heheheh…!
Perdebatan
itu, memunculkan sebuah Cerita Menipu Orang Banyak (MOB), diantaranya Yosua
Tipagau, Aden Isidorus Dimi, Anggela Tekege, Ocharia Gobai, Fransiskus Degei,
Topilus Bastian Tebai juga penulis sendiri.
Kalimat
Simbolis Mutualisme ini, seakan-akan sebagai kalimat yang tepat, dibuat sebuah
MOB. Sebab, ketika bertemu antara satu teman dan teman lain, selalu saja
terjadi perdebatan yang melucuhkan orang. Contoh, Yosua Tipagau, Koo seperti simbiolis saja, begitupun juga direspon
dengan teman yang lain. Hehehehehe.
Kadang,
saya sendiri hancur dengan tertawa saja (wohohohoho).
Kata ini seakan-akan dibuat seperti kata tertawa, di saat kita pulang, datang
ke sekolah, makan, selalu saja diucapkan kata itu. Akhirnya apa, kadang makanan
yang kita makan, tidak jadi makan, Kkarena tertawa saja.
Hehehehehehehe.
Kira-kira
kata itu, diceritakan selama 1 bulan. Tetapi, ketika berpikir kembali diucapkan
lagi. Rekan-rekan juga pasti sudah mengetahui hal demikian.
Kata
yang kadang kita merasa lucu untuk orang lain, selalu disebut-sebut.
Hehehehehe, macam itu sudah.
Rekan-rekan,
saya rasa cerita pendek ini, hanya cerita konyol yang hanya melihat kembali
sewaktu kejadian di bangku SMA, bersama teman-teman saya.
Sekarang
teman-teman saya ini telah kulia. Ada yang kulia di Yogyakarta, Jayapura, Solo,
Bandung, Bogor, Nabire dan Manado. Juga ada yang sudah menjadi Tentara Nasional
Indonesia (TNI).
Hehehehehehehe….!
Selama
kawan-kawan. Selamat membacar. Syalom Tuhan Memberkati.
Alexander Gobai
0 thoughts on “Siombolis Mutualisme”