BREAKING NEWS
Search

Belajar dari Guru besar Tukang Parkir Ditemani Kopi Torabika


Guru adalah Pahlawan tanpah jasa.agust Kadepa/KM.

KM-Cerpen Malam itu pukul 02;00 am waktu yang sangat menjanjikan di  seberang  persimpangan jalan tepatya di JL. Solo depan BNI kota Yogyakarta. Sambil duduk santai di temani kopi torabika yang menghangatkan dahaga yang kering di timpah matahari siang. Berjalannya waktu, masih kopi torobika memberiku hangat.

Tepatnya malam itu, ada Mas Jawa berkunjung datang katanya “ Mas lagi ngapain? Jawabnya “ ngak ko Mas, aku lagi nyatai aja sambil minum kopi torabika, Mas mau ngak?  Ngak aku lagi ngerja, nanti kalo ada waktu istirahat  aku datang ya? “Ok uda, Mas hati-hati ya Mas” jawab balik.

Beberapa  menit kemudian aku jalan-jalan disekitar kompleks itu, lalu aku melihat ada seseorang lagi menyibukkan diri dengan mendorong sesuatu di malam itu. Dengan perlahan aku mendekatinya dengan diam-diam kerena saat itu gelap di sekitar itu karena lampu didepan perumahan itu  di kasih matikan sehingga ketika orang yang lewat tidak dapat saling melihat dengan jelas,sehingga terlihat hanyalah bayangan bertanda bahwa orang ada lewat  di jalan tersebut.

Lalu Aku mendekatinya ternyata Mas  yang tadi itu, Mas.. kerjaan Mas disini ya? Tutur pertama dari aku, dan masnya menjawab “ iya Mas, kerjaan aku disini” ternyata Mas itu hanyalah seorang Tukang Parkir “ kirain aku, masnya kerja di salah satu proyek bangunan” jawab aku kepadanya, kata mas dengan tuturan yang sederhana “ Ngak ko, aku kerja disini tiap malam mulai dari jam 12;00 pm” jawab aku dengan keherenan kepadanya “ ohh gitu ya Mas, apakah masnya setiap malam kerja seperiti ini? Iya Mas, emangnya kenapa? Aku udah lama sekali, ketika bangunan warnet ini berdiri dan saya sudah terbiasa pada pukul dua belas malam keatas berarti waktu untuk bekerja mencari duit dan kerjaan saya disini hingga pagi menyinsing lalu pada pukul 07;00am pagi  saya pulang ke tempat tinggal saya  untuk melanjutkan kegiatan lain.

Di saat itu tergegatlah hatiku untuk merenungkan kata masnya dengan bahasa yang sederhana itu. Kopi torobika masih temani di perselahan menit, kata masnya lagi berulang kali “mas kerjaan ku seperti gini, hidup ini perlu jalani dengan target dan perencanaan waktu yang baik pula, satu menit yang mas lewati bagiku adalah limaratus rupiah sen yang terlewatkan begitu saja mas sebagai anak yang mudah jangan pernah lalai dalam membuat perencanaan, karena perencanaanlah membuat mas hidup teratur untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan.

Di saat itu kata Masnya sagat bijak dan senang untu mendengarkanya sambil rembulan menemani kopi torabika manjadi saksi bisu diatas banguk bambu yang sudah peot itu, di sela-sela kursi bambu itu terlihat ada suatu barang, Aku tanya kepada Mas “ Mas  barang  di bawa itu apa isinya? Lalu masnys mejawab “ itu hanya sebuah radio, sekiranya dapat menemani saya di malam hari dengan berita dan seberapa buku kecil-kecil dan sebagiannya adalah koran, aku menikmati itu dimalam hari ketika tamu warnet tidak keluar dari internetan mereka, masnya dengan suara yang santai pula membagi pengalamannya kepada Aku “ mas aku jadi kamu membaca koran dan buku kecil-kecilan ini menjadi penyedap otak saya kemudian ketika aku medengarkan siarang  itu merupakan suatu hiburan walaupun di malam-malam yang lalu kadang mengahadapi hujan, dingin  dan gigitan nyamuk, namun semua yang saya sebutkan tadi memberiku kelegahan sehingga hujan, dingin dan gigitan nyamuk bukan menjadi alasan utama untuk meyelesaikan pekerjaan saya sebagai tukang parkir di malam hari.

Sambil nyatai dengannya, perasaan si Aku mejadi terharu kepada Mas itu di malam itu, di saat itu masnya di temani dengan rokok kebanggaanya yaitu Maliboro. Ketika mengeluarkan asapnya terliaht sekali setip detukan asap rokoh yang dikeluarkan itu sepertinya tersimpan berbagai maka entah apa tidak tahu hanya tahu adalah masnya.

Aku merasah tidak tenang dan menanyakan hal itu kepada mas itu “ mas aku melihat setipa asap rokok yang di kasih keluarkan itu aneh sekali, sepertinya ada makna yang terkandung didalamnya dengan gaya isap rokok mas, boleh ngak  ceritakan itu? Ngak kok biasa aja, tapi memang aku pikirkan sesuatu, setiap asap rokok yang saya kasih keluarkan terkandung  berjuta rancangan mengenai pandangan hidup sebenarnya yang saya harus lakukan.

Saat itu memakan waktu yang banyak  pula dengan iringan rembulan malam yang indah itu. sementara hati pun merasah senang cerita-cerita dari mas Jawa itu, sepetinya menegukkan hati guna melangka untuk menemukam pandangan hidup mengenai pembaharuan  dalam menatap kehidupan manusia yang berdinamika ini.

Dengan berjalanya waktu, terlihat di samping Aku ada mobil yang mewah sekiranya mobil itu beli dengan uang yang besar, berkisaran  tujuh ratus jutaan. Pada waktu itu menujukkan pagi pukul 03;00 am. Kemudian Aku tanya kepadanya “ Mas mobil itu miliknya siapa? Soalnya terlihat kren dan sepertinya mobil itu beli dengan uang yang besar dan terlihat  mobil itu produk luar negeri” masnya menjawab “ mobi itu milik-ku” wah dari situ Aku heran “kok mobil ini bisa-bisa milik tukang parkir yang berpakain jelek dan kerjany tidak menghasilkan uang banyak hanya limaratus rupaiah per pengunjung” .

Tanya kembali Aku kepadanya “ Mas kok, Mas bisa miliki ini ” setidaknya masnya miliki motor pun masih dalam tanda-tanya. Masnya menjawab dengan suara sederhana “ hidup itu tidak perlu paksa dan berusaha menjadi orang punya berpakain rapih” namun hidup itu, malahan bertanya kepada kita bagaiman kita memaknainya dengan posisi kita, saya sebagai tukang parkir mulai pukul 12;00 pm sampai 07;00 pagi begitupun anda; melawan tantangan, menangis akan sesuatu, menderita, bahagia adalah semua bentuk dimana kita memaknai hidup, hanya bagaiman kita mengolahnya secara rapi sesuai dengan kemampuan kita yang di berikan oleh sang pencipta”.

Aku tanya lagi kepadanya “ mas beli mobilnya dimana? Masnya menjawab “ aku beli di jepang dengan uang sebesar sembilang ratus juta” dugaan Aku salah ternyata mobilnya lebih dari Aku mengirakan tadi. Sambil keheranan sang Aku memikirkan bahwa ternyata nasehat masnya tadi sangat benar sesuai dengan pengalamnya menjadi juru parkir malam di warnet.

Beberapa menit kemudia ia menceritakan semua pengalamanya tetang bagaiman ia berawal menjadi sang juru parkir hangga saat ini, ternyata mas Jogja  itu mempunya usaha yang banyak, salah satunya adalah warnet tersebut itu miliknnya. Ia memperkejakan banyak karyawan kemudian ia menjadi juru parkir di depan warnet itu hanya untuk malam hari. Perjalanan hidupnya sagat menyenangkan dan mengaharukan untuk didengarnya karena ia berawal dari sang juru parkir sampai Ia mendapatkan mobil mewah tersebut dan banyak usaha yang Ia punya diatara lain taksi yogya, tempat cuci mobil, bengkel, warung  yang sempat ia ceritakan, namun tetapi ia memperkerjakan orang lain menjadi karyawan dan ia sendiri menjadi juru parkir depan warnet.

Seusai mendengarkan ceritanya, sang Aku tanya kepadanya “ mas kok jadi tukang parkir dan kerjanya di malam hari, masnya ngak capek ya?, sebenarny si, masnya harus kerja di kantor dan di ruangan yang bagus” masnya menjawab degan suara yang nyaring di dengar “ aku cinta  dan itu akan saya lakukan selama hidup saya yaitu menjadi Sang Juru Parkir di malam hari, karena segala sesuatu yang saya punya saya lebih bangga menjadi juru parkir dan itu memang saya makani itu” tambahnya “ kebanggaan akan tercipta ketika kita berjalani sesuai dengan jalan kehidupan yang semestinya kita jalani tidak usaha berpindah tempat itu hanya merugikan anda”.

Setelah mendengarkan semuanya, sang Aku terberkati dan Pulang ke tempat tinggalnya “Mas terimakasih ya? Sang Aku “ iya mas mongo-mongo” tutur Mas.(KM -kadepa Agust)


TAG

nanomag

Media Online Kabar Mapega adalah salah situs media online yang mengkaji berita-berita seputar tanah Papua dan Papua barat secara beragam dan berimbang.


1 thought on “Belajar dari Guru besar Tukang Parkir Ditemani Kopi Torabika